13.

Di sebuah restaurant seafood de dekat stasiun kereta bawah tanah Ming Yue sedang menikmati sup kepiting yang dia pesan tanpa menyadari jika dirinya sedang diamati.

Pada meja ke tiga di deretan yang sama dengannya, departemen secretariat Grup Lu sedang mengadakan acara penyambutan anggota baru.

“Anran apa yang kau lihat?” Kong Mubai yang mengikuti arah pandangan Gu Anran. Apa yang begitu menarik sehingga menyita perhatiannya.

Kong Mubai mengakui jika dirinya sempat skeptic ketika mengetahui sekretaris presidensial yang barunya adalah seorang wanita. Dia bertaruh jika sekretaris baru itu tidak akan bertahan hingga satu minggu. Sekretaris presiden yang sebelumnya berhenti di hari ke tiga karena tidak sanggup mengikuti skema kerja yang padat dan pekerjaan yang menguras tenanga. Selain itu penyebab utama mereka mengundurkan diri adalah sikap presiden Lu yang sangat pemilih dan menuntut.

Tapi setelah satu bulan bekerja dengannya, Kong Mubai dikagetkan dengan banyak hal. Semua pandangan stereotype terhadap Gu Anran perlahan terpatahkan. Wanita benar-benar berbeda dari sekretaris-sekretaris sebelumnya yang bisa berlari sambil menangis saat presiden Lu mengkritinya habis-habisan gara-gara kopi yang dia buat tidak sesuai dengan seleranya. Tapi Gu Anran berbeda, dia lolos di hari pertma, presiden Lu tidak mengkritik kopi buatannya. Dia juga tidak salah mengambil dokumen atau lupa dengan jadwal meeting presiden Lu.

Selama pengamatannya Kong Mubai merasa puas dengan kinerja Gu Anran. Dia berharap bisa bekerja lama denganya dan tidak lagi repot-repot men-training orang baru.

Gu Anran langsung bisa mengenali Ming Yue saat dia melihat wanita itu masuk ke dalam restoran. Dia mengakui jika wanita itu memang secantik yang di rumorkan. Begitu melihatnya dia tidak bisa melepaskan pandangan matanya dan terus mengamati wanita itu.

Ketika dia melihat pelayan akan melewati meja Ming Yue, sebuah rencana terbesit di benaknya. Dia berdiri dan berkata kepada Kong Mubai “Senior Kong, aku ingin ke toilet sebentar.”

“Toiletnya ada di sebelah sana.” Kong Mubai menunjukkan arah toilet karena dia familiar dengan tempat ini. Setiap kali ada acara perkumpukan, mereka selalu datang ke restoran ini.

Ketika sampai pada meja nomor lima belas Gu Anran menyenggol pelayan itu dan menyebabkan nampan yang dia bawa terlepas dari tangannya.

“Ah!” Ming Yue berteriak ketika kuah panas dari sup yang dibawa pelayan itu mengenai lengannya.

“Maaf nona, saya tidak sengaja.” Pelayan itu segera menyeimbangkan tubuhnya, mengeluarkan serbet yang ada di dalam kantong apronnya untuk membersihkan noda pada baju Ming Yue.

Tapi sebelum

dia meyentuhnya Ming Yue mendorongnya hingga dia terjatuh terduduk di lantai.

Rasa perih dan terbakar yang Ming Yue rasakan membuatnya ingin menangis. Dia meraih air es yang ada di meja dan ingin menyiramkannya pada dirinya tapi seseorang menghalanginya.

“Nona saya mengerti anda sangat kesal tapi pelayan ini tidak bersalah. Saya tidak sengaja menabraknya. Saya minta maaf dan jika anda ingin marah marahlah kepada saya.” Gu Anran menahan pergelangan tangan Ming Yue dan menuangkan air es itu ke lantai.

Keributan itu mengundang banyak perhatian.

Seseorang mengenali Ming Yue dan berbisik kepada temannya. Bisik-bisik itu terdengar hingga ke meja sebelah dan akhirnya samapai ke telinga semua orang.

Mereka mulai menghakimi Ming Yue. Menganggap sikapnya sudah keterlalauan, pelayan itu tidak sengaja dan sudah minta maaf. Tapi dia malah mendorongnya hingga tertajuh dan masih ingin menyiramnya dengan air.

Perkataan Gu Anran yang berani mengkonfrontasi itu membuat orang-orang semakin menyudutkan Ming Yue.

Perkembangan yang tidak terduga itu membuat pelayan yang tadinya sudah siap kehilangan pekerjaan menjadi kembali percaya diri. Seseorang bersedia mengambil alih tanggung jawab darinya dan opini public juga berpihak kepadanya. Dia menjadi tidak takut, maju ke depan dan dengan berani berkata. “Nona saya sudah minta maaf dan anda mendorong saya kejadian ini impas. Tidak perlu memanggil manager.” Dia menghadapi Ming Yue dengan kepala yang diangkat tinggi.

Mign Yue tidak menggubris perkataan pelayan itu. Saat ini di hanya ingin pulang, lima puluh lima menit lagi jam sepuluh. Perjalanan menuju rumah membutuhkan waktu setengah jam jika jalanan lancar dan tidak macet. Dia masih harus menunggu taxi, jika terus belama-lama di sini untuk menanggapi mereka, dirinya sendiri yang akan rugi.

Dia berusaha melepaskan tangannya. Tapi orang itu tidak mau melepaskannya.

Ming Yue mengerutkan dahinya. Siapa wanita ini? Kenapa dia merasa ada permusuhan yang pekat darinya.  Apa mereka saling kenal?

Ah! Ming Yue sangat sebal. Kenapa dia tidak bereinkarnasi menjadi passerby saja! Menjadi tokoh antagonis terlalu melelahkan! Kemanapun dia pergi, walaupun sudah mengecek ramalan bintang dan almanak harian sebelum keluar rumah. Berusaha untuk selalu menghindari masalah tapi masalah yang datang kepadanya.

Ming Yue tidak mau repot dan memilih untuk melupakannya. Dia melihat jam pada jam tangannya. ****! Lima belas menit sudah berlalu! Kalau begini mau menyewa pesawat jet pun dia tetap akan terlambat pulang.

Karena sudah begini lebih baik dia tidak melepaskan orang-orang ini.

Ming Yue menarik sudut bibirnya ke atas hingga membentuk lengkungan simetris. Senyum yang sangat cocok pada wajahnya dan terlihat manis di hari-hari biasa. “Impas kau bilang?” senyumnya lenyap dan digantikan dengan sengiran sinis.

“Kau tahu berapa harga baju ini?” Ming Yue maju selangkah mendekati pelayan itu. “Yang Yuxi.” Dia menarik name plate yang tersemat pada baju pelayan itu.

Yang Yuxi yang baru saja mendapatkan keberaniannya mendadak menjadi seperti tikus yang dihadapkan dengan kucing besar. Gemetaran dan menunggu ajal.

Tapi Ming

Yue tidak tertarik kepadanya. Dia adalah kucing yang hanya memakan tuna premium

atau Wagyu beef.

“Dan kau nona Marry Sue, apakah kau yakin ingin bertanggung jawab?” Ming Yue mengganti targetnya.

Gu Anran tanpa sadar melangkah mundur ketika betatapan mata dengan Ming Yue. Untuk sepersekian detik dia merasa dirinya sedang berhadapan dengan predator. Rasa takut menyelimuti dirinya tapi dia dengan cepat menguasai diri. “Tentu saja, karena saya bersalah otomatis saya akan bertanggung jawab.” Gu Anran memaksakan sebuah senyum.

Rasa takut itu masih ada di dalam hatinya, tapi… ayolah, dia adalah tokoh utama di dunia ini. Tokoh antagonis seperti Ming Yue bukan tandingannya. Dia yakin bisa mengalahkannya.

“Baiklah jika itu maumu.” Ming Yue menyeret kaka-katanya hingga terdengar seperti dia terpaksa mengikuti kemauannya.

Mata Ming Yue berkilat. Dia paling suka dengan mangsa yang seperti ini, mangsa yang pura-pura tangguh dan berlagak menguasai situasi. Melucuti bulu-bulunya akan menjadi proses yang paling menghibur.

Gu Anran sekarang dia tidak yakin, Ming Yue yang dia tahu dan Ming Yue yang ada dihadapannya saat ini jauh berbeda. Tapi dirinya tidak bisa mundur begitu saja.

Menegakkan tulang belakangnya dan membusungkan dadanya, dia siap untuk menghadapi lawan.

Terpopuler

Comments

@shiha putri inayyah 3107

@shiha putri inayyah 3107

kamu pasti bakal nyesel karena udah ganggu Ming Yue.😏

2023-10-16

0

inayah machmud

inayah machmud

bakalan nyesel karena udah ganggu ming yue, 😏😏

2023-08-24

0

Wulan Falisha

Wulan Falisha

🧟

2022-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!