Matahari mulai meninggi tetapi di sebuah kamar ada dua orang manusia yang masih nyaman bergelung dengan selimut mereka. Kedua manusia itu sama-sama menikmati hangatnya selimut yang menutupi keduanya. Masih tersenyum karena dunia mimpi, kedua manusia tersebut belum sadar sepenuhnya akan kondisi kamar mereka yang berantakan.
Tak lama setelah itu, salah satu diantara mereka terbangun kemudian mulai menggerakkan tangannya ke atas karena merasa pegal dan kebas. Ternyata semalaman tangan tersebut ia gunakan untuk menopang kepala seseorang yang saat ini tidur dalam dekapannya. Nyawa masih belum terkumpul sepenuhnya sehingga seseorang itu belum menyadari jika ia tertidur sembari memeluk seseorang.
Orang yang pertama bangun tadi mulai melepaskan pelukan mereka. Perlahan ia mulai menjauhkan diri dan kedua matanya ia gunakan untuk menyesuaikan pencahayaan kamar. Lambat laun nyawa mulai terkumpul dan penglihatan mulai jelas sehingga ia bisa mengamati seisi kamar.
Kamar yang lebih tepat didefinisikan sebagai kapal pecah tersebut sangat nyata. Bagaimana tidak? di lantai kamar itu terdapat banyak baju yang berserakan. Belum lagi ada beberapa benda yang jatuh dan menggelinding entah kemana. Perlahan tapi pasti ia mulai mengingat rincian kejadian semalam.
'' ****, aku baru ingat" umpat seseorang yang terbangun lebih dulu.
Kemudian pandangan seseorang itu jatuh terhadap seorang perempuan yang tertidur di sampingnya. Perempuan itu tampak tertidur pulas seolah tidak ingin ada yang menganggu. Sekarang dirinya bingung harus bagaimana, ia sedang mempertimbangkan untuk membangunkan orang itu atau tidak?
'' Mending aku pergi dari sini sebelum Karen juga ikut bangun,'' ucap seseorang itu.
Namun sebelum dirinya benar-benar beranjak dari kasur, perempuan itu sudah terganggu tidurnya alhasil sekarang dia sudah bangun menyusul seseorang yang saat ini sedang bersamanya di sebuah kamar.
'' Marvel? Apa yang terjadi?'' tanya perempuan itu yang bernama Karen.
'' Ck. Apa kamu tidak ingat? Semalam kita one night stand,'' jelas Marvel.
'' Apa? Kamu gila, bagaimana bisa?''
'' Kita melakukannya atas dasar sama-sama mau, ingat itu'' balas Marvel yang mulai memunguti pakaiannya.
Karen mencoba mengingat kejadian semalam. Astaga ia baru tersadar jika kemarin ia juga ikut berpartisipasi untuk melakukan tindakan ini. Karen menghela nafas pasrah, tidak ada yang perlu disesali karena memang dirinya juga ikut andil.
'' Kamu mau pergi? Setidaknya bantu aku ke kamar mandi terlebih dulu. Badan ku sakit semua dan ini juga gara-gara kamu,'' ucap Karen yang melihat Marvel mulai mengenakan pakaian di depannya.
'' Ck jangan manja!! Kayak kamu baru sekali aja melakukan ini,'' tukas Marvel.
'' Ayolah aku minta tolong! Aku harus segera pergi takut ketahuan orang banyak nanti,'' pinta Karen lagi.
Akhirnya Marvel pun menyetujuinya. Marvel langsung menggendong Karen ala bridal style dan kemudian membawanya ke kamar mandi. Setelah berhasil masuk ke kamar mandi Marvel langsung menurunkan Karen di bathtub.
'' Cepat mandilah! Setelah ini aku akan pergi dulu. Dan terima kasih untuk yang semalam,'' ucap Marvel kemudian meninggalkan Karen yang tidak menyahut sama sekali.
Karen lebih memilih mengisi bathtub miliknya dengan air. Ia ingin merendamkam tubuhnya agar lebih rileks. Sekarang apa boleh Karen menyesal? Tidak Karen tidak akan mengingat kejadian semalam karena itu hanya akan menambah masalahnya. Saat ini yang ia butuhkan hanyalah air yang dapat mendinginkan kepalanya. Karen pun mulai menenggelamkan kepalanya ke dalam bathtub.
Sementara di luar kamar, Marvel mulai memunguti barang-barang miliknya. Sampai saat ini Marvel heran, apa yang ia lakukan semalam hingga barang-barang miliknya pun juga raib berserakan entah kemana.
'' Baju sudah. Ponsel sudah. Dompet sudah. Kurang apa lagi ya?'' monolog Marvel mengabsen barang-barang yang ia gunakan semalam untuk ke club.
'' Ah iya jam tangan. Dimana jam tangan ku?'' gumam Marvel mengobrak-abrik sekitar meja tempat ia menemukan ponsel dan dompetnya.
Setelah mencari di sekitar meja tidak ada, kemudian Marvel berinisiatif untuk mencari jam tangannya di ranjang. Ia berpikir jika jam tangannya mungkin terselip di balik selimut ataupun bantal. Marvel pun mulai menyingkap selimut yang ia gunakan semalam.
Tampak sekarang pandangan Marvel bukan tertuju pada jam tangan lagi yang baru ia temukan di bawah bantal. Marvel memang berhasil menemukan jam tangannya namun sekarang pandangan Marvel berpusat pada sprei ranjang tersebut. Pandangan Marvel membola begitu melihat ada bercak darah yang berada di sprei putih kamar.
Sprei putih itu jelas menampilkan warna merah darah yang memang kontras dengan warna sprei yang terpasang. Marvel mulai menerka-nerka apakah ia atau Karen terluka semalam? Tidak,, tidak ingatan Marvel masih jelas jika diantara mereka tidak ada yang terluka kecuali Karen yang tadi merengek kesakitan sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
'' Apakah dia masih segel?'' gumam Marvel setelah berpikir keras.
...****************...
Setiba Marvel di apartemen miliknya, kamar mandi adalah satu-satunya tujuan Marvel saat ini. Tadi sebelum meninggalkan kamar yang ia sewa dia tidak sempat mandi dan lebih memilih langsung pulang meninggalkan Karen. Saat ini pikiran Marvel masih memikirkan kejadian semalam yang ia lakukan.
'' Apa benar aku yang pertama?'' gumam Marvel berdiri di bawah shower.
Badan laki-laki itu terasa lengket karena ia belum menyentuh air sama sekali. Beruntung sekarang rasa lengket tersebut tergantikan dengan sejuknya air yang mengalir dari shower.
Usai menghabiskan waktu cukup lama untuk mandi, Marvel pun keluar dari kamar mandi. Dengan berbalut handuk sepinggang, laki-laki itu keluar menuju almari tempat ia menyimpan pakaian.
Marvel mengambil kaos hitam miliknya. Hari ini ia tidak bekerja. Biarlah karena hari ini Marvel sangat lelah dan sekarang ia hanya ingin bermalas-malasan di kamar apartemen miliknya.
Ada banyak masalah yang sedang terjadi di perusahaan dan itu sedikit membuat Marvel malas menanggapinya. Kemarin dia juga mendapat kabar jika ia akan turun jabatan. Perusahaan miliknya hampir diakuisisi oleh perusahaan lain. Masalah tersebut juga yang menjadikan Marvel malas untuk pergi ke kantor.
Dan sekarang yang ia lakukan adalah memasak makanan untuk mengisi perutnya yang kosong. Hidup sendiri di kota membuat Marvel bisa melakukan beberapa hal mandiri termasuk memasak. Keahliannya dalam memasak tidak boleh diragukan lagi.
Sambil menikmati makanan yang ia buat, Marvel membuka beberapa pesan dari ponselnya. Ada chat teratas yang menampilkan pesan dari ibunya. Sudah beberapa bulan ibunya menyuruh ia untuk pulang dan dengan seribu alasan pula, Marvel selalu menolak. Ia malas jika harus pulang dan bertemu ayahnya yang Marvel yakini belum berubah.
Beralih ke tampilan panggilan. Di situ juga tertera banyak panggilan tak terjawab dari ibunya. Ibu Marvel memang sangat menginginkan anaknya pulang. Terkadang Marvel juga kasihan ketika melihat ibunya yang menangis karena Marvel yang selalu menolak keinginannya untuk pulang.
Marvel kembali meletakkan ponsel miliknya. Ia malas memikirkan itu. Lebih baik sekarang ia menghabiskan makanan agar perutnya tidak berdendang sana-sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments