Beberapa waktu kemudian, muncullah bayangan tentang siapa dan bahagaimana organisasi M 119 di benak Qinli.
"Beberapa inteljen militer kami memiliki spesialisasi dalam mencuri data, ada yang memiliki spesialisasi dalam menyingkap teknologi senjata. Ada yang diam-diam menggiring opini publik. Dan kalian (M119) adalah yang paling spesial," seru salah seorang kapten.
"M119 ... Beraksi!"
SWOSSHH ...
Mereka turun dari gedung tertinggi dengan dipimpin oleh Liang Qing. Di tengah aksi mereka, pemimpin tertinggi dari mereka mengejutkan mereka semua dengan sebuah pernyataan.
“Mulai sekarang ... BUBAR!!!”
..........
“Jangan!” teriak Liang Qing ketika siuman.
Huh ... huh ... huh ...
Nafasnya begitu memburu, hingga ia akhirnya bangun dan terduduk di atas brankar.
“Aku tidak mati ...” ucapnya spontan.
Ternyata tadi adalah mimpi buruknya.
“Ahirnya kau sadar.”
Qinli pun muncul dari samping.
Liang Qing menoleh ke arah sumber suara.
“Kau menyelamatkanku?”
Masih dengan tangan yang membereskan peralatan prakteknya, Qinli menjawab pertanyaan pasien tersebut dengan nyaman.
“Kalau kau datang terlambat dua menit, aku juga tidak akan mampu menyelamatkanmu.”
SSHHH ... UGH ...
Liang Qing memegangi dadanya. Beberapa bagian tubuhnya terbalut perban.
Meski masih merasakan sakit, ia mencoba bangkit dari brankar, dengan tertatih ia melangkah keluar ruangan.
“Selanjutnya kau mau kemana?” tanya Qinli.
Liang Qing berhenti ketika Qinli bertanya kembali padanya. Ia pun bersandar di bibir pintu.
“Aku tidak mempunyai rumah, aku sendiri juga tidak tau mau kemana.”
Ahirnya Qinli pun mempuyai sebuah ide untuk menahan pasiennya itu.
“Kebetulan akhir-akhir ini, aku kekurangan asisten, kau boleh tinggal disini untuk bekerja.”
SRAKK ...
Qinli membuka tirai jendela hingga nampak pemandangan langit biru di luar sana. Ia pun memandang hamparan langit untuk mereda kelelahannya.
“Bo ... bolehkah?” Ucap Liang Qing ragu.
“Boleh, aku akan memberimu gaji setiap bulan tidak terlalu tinggi, hanya 5000 yuan.”
“Bagaimana?”
Liang Qing mulai memikirkan penawaran dari Qinli. Terlebih ia sudah menyelamatkan nyawanya. Pantang bagi seorang prajurit untuk tidak membalas budi pada seseorang yang telah menolongnya.
“Kau telah menyelamatkanku ...”
“Nyawaku sekarang punyamu.”
“Kalau kau membutuhkan bantuanku, aku akan melakukannya dengan semangat tanpa rasa takut.”
“Kalau begitu, kau tinggal disini dulu untuk menyembuhkan lukamu.”
Belum sempat ia membalas perkataan Qinli dari luar pintu sudah terdengar suara teriakan wanita dari luar.
“Qinli ... cepat buka pintu!!” teriak wanita itu.
CEKLEK ... BAMM!!
Wajah Qinli terbentur pintu ketika membuka pintu untuk tamunya itu.
Sedangkan tamu pagi itu adalah Tan Zijin yang sudah membawa dua tiket untuknya.
Ia pun melangkah masuk dan mencoba mencari Qinli. Matanya menyisir ke seluruh ruangan. Tetapi ia belum juga menemukannya.
“Qinli, cepat ikut aku!”
“Qinli! Qinli!” teriaknya sekali lagi.
Qinli yang masih merasakan sakit di bagian wajahnya karena terantuk pintu segera menjawab panggilan Tan Zijin sebelum suara menggelegarnya menghancurkan toko obatnya itu.
“Disini,” ucapnya sambil mengusap wajahnya.
“Tan Zijin... ada apa pagi-pagi mencariku, apa kau sakit?”
Bukan meminta maaf, mulut pedas Tan Zijin tetap sama seperti biasanya.
“Kau yang sakit, bisakah kau melihat sedikit sisi baikku! Aku kesini atas nama [TANJI] Mengundangmu untuk berpartisipasi dalam kompetisi besar batu giok!”
“Kompetisi besar batu giok? Tu ... tunggu kita mau kemana?”
Bukannya mendengarkan penjelasan dari Qinli terlebih dahulu. Dengan angkuhnya Tan Zijin menarik dasi Qinli agar ia mengikutinya.
“Diam, ikut aku.”
... beberapa waktu kemudian.
Sampailah mereka di tempat yang dimaksud.
..."ALUN-ALUN JUDI BATU JIANG CHENG"...
Begitulah nama bangunan yang dituju Tan Zijin saat itu. Ternyata ia benar-benar mengajaknya pergi ke tempat itu.
Dengan masih menarik dasi Qinli, Tan Zijin mengajaknya masuk tempat itu dan bertemu dengan ayahnya.
Muka bantal dan lelah masih terlihat jelas di wajah Qinli. Tetapi yang namanya Tan Zijin memang benar-benar tidak mempunyai perasaan. Buktinya tanpa meminta persetujuan darinya, ia tetap memaksa Qinli untuk bersedia ikut dengannya.
“Ayah!”
Ternyata Tan Zijin mempertemukan Qinli dengan ayahnya.
“Wah, junior Qin, aku telah menantikan kedatanganmu,” ucapnya senang.
“Tu ... tuan Tan, maaf telah menunggu lama.”
Qinli pun merasa tak enak hati.
“Ha ha ha, tidak apa-apa, tapi kompetisi judi batu giok ini akan merepotkan junior Qin.”
“Judi batu? Tuan Tan, kau memintaku ke sini untuk menjadi penasehatmu?”
“Junior Qin, aku melihat kemampuanmu dengan mataku sendiri, kau harus membantuku.”
Sama halnya dengan sifat putrinya, Tan Zijin, ia juga memaksa Qinli untuk membantunya dalam kompetisi batu giok tersebut.
Tanpa ia minta, Tuan Tan kemudian menjelaskan beberapa hal pada Qinli tentang peraturan yang ditetapkan dalam kompetisi batu giok.
“Kompetisi batu giok ini dibagi menjadi dua bagian: judi batu dan ukiran batu, ketika batu judi mengeluarkan giok hijau, maka giok ini akan dilelang di tempat, kemudian harga jual tertinggi akan menjadi juara judi batu.”
Sedangkan di layar utama, sudah terlihat antrian nomor dua belas, Giok Qinglong full hijau.
Lalu Tuan Tan juga memperkenalkan anggota tim dari TANJI pada Qinli.
“Tiga orang ini adalah tim-mu, Wangchao, Zhaolin, dan Laoxu.”
“Mereka semua adalah anggota yang saya pilih dengan sangat hati-hati, ku percayakan judi batu ini kepada kalian berempat!” ucapnya mantap.
“Kali ini, ayah telah menghabiskan uang banyak untuk mengikuti kompetisi ini, kalau bisa masuk tiga besar, bayaranmu juga pasti akan banyak,” ucap Tan Zijin menambahi.
“Ha ha ha, benar, kalau junior Qin bisa membantu kami memenangkan kejuaraan, aku bersedia memberikan tambahan saham sepuluh persen perhiasan Tanji untukmu!”
“Tapi ...” ucap Qinli ragu.
“Aku ini sahabatnya Qingyin, kalau kau tidak mau melakukannya, aku tidak bisa jamin apa yang akan aku katakan pada Qingyin... “ ucap Tan Zijin sambil berbisik dan sedikit mengancam.
Ucapan Tan Zijin memang selalu dapat menciutkan hati Qinli. Terlebih jika menyangkut tentang istrinya Qingyin. Hingga hal itu membuat Qinli sedikit bergetar dan menyetujui permintaan Tuan Tan.
“Kalau begitu, aku usahakan...”
...⚜⚜⚜...
...ALUN-ALUN JUDI BATU...
“Yo, anak muda, kau benar-benar ingin memilih batu?” tanya Zhaolin salah satu Tim TANJI.
“Mumpung sudah datang kesini, aku juga ingin mencoba keberuntunganku."
Qinli pun menanggapinya dengan santai.
“Karena Tuan Qin punya ketertarikan memilih batu, maka sisa 1000 yuan ini kau ambil saja untuk bersenang-senang.”
Laoxu, anggota tim Tanji yang memakai kacamata ikut-ikutan bersuara. Bahkan ia juga memberikan sebuah kartu gold pada Qinli.
“Eh, bukankah ada jutaan?” tanyanya meragukan isi kartu itu.
“He, he ...”
“Bocah, kau pernah melihat uang sebanyak itu?” ucap Zhaolin.
“Sudah lumayan memberikanmu 1000 yuan, jangan serakah!”
Ternyata tim yang diberikan Tuan Tan tidak mempercayai kemampuan Qinli, dan bahkan mereka terang-terangan mengejeknya.
“Dengan kualifikasimu itu, kau tidak berhak ikut memilih batu,” ucap Zhaolin kemudian.
Setelah ditinggal ketiga orang timnya tadi, Qinli pun pergi memilih batu sesuka hatinya secara sendiri.
Ia pun pergi ke area batu yang dijual murah. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sampai ahirnya salah satu batu menarik perhatiannya.
Dengan energi yang dimilikinya Qinli, tanpa bersusah payah, ia pun mampu dengan cepat menemukan batu itu.
“Batu ini....”
.
.
...🌹Bersambung🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Novie Achadini
batu giok adanya didlm batu coral ya thor
2024-06-03
1
Vincent Da Vinci
hilang sudah minat nak terus baca bila jumpa Mc yg kejam pada diri sendiri, dihina Dan hendak dibunuh pun masih diam, hero yg bodoh.
2024-01-07
2
Eric ardy Yahya
wah , kalian pengen pingsan gak ? jangan salahkan Qinli kalau kalian dapat batu yang murahan dan palsu
2023-09-22
0