Belajar

Mereka mulai memikirkan perkataan ilmuan muda tersebut. Dan memikirkan langkah apa yang sebaiknya mereka lakukan.

Sementara di tempat lain, tim pencari sedang menyusuri lautan dari bagian tepi. Sebab menurut ketua tim, Cresen pasti sudah menjauh dari posisinya. Mereka mencoba mencari Cresen di pulau yang memiliki penduduk.

Tapi sudah cukup jauh mereka menyusuri lautan mereka belum menemukan apapun kecuali hutan bakau. Tidak ada tanda-tanda kalau pulau yang mereka lintasi memiliki penghuni. Tapi karena merasa lapar. Mau tidak mau mereka harus keluar dari pesawat tersebut. Mencari makanan di hutan.

Mereka tidak bisa menepi dengan pesawat sampai ke pulau yang mereka singgahi. Jadi mereka hanya bisa menepi dengan perahu karet yang disediakan di dalam pesawat. Mereka memancing ikan di tepi pantai. Memanggangnya dengan ranting kayu yang mereka temukan di hutan. Memasang tenda untuk bermalam di pulau itu. Dan melanjutkan perjalanan ke esokan harinya.

Setelah pagi tiba tim pencari kembali lagi ke dalam pesawat dan menyusuri lautan dan tibalah mereka di sebuah pulau yang besar dan berpenghuni. Orang-orang yang ada di sana heran melihat para pencari Cresen. Mereka bersembunyi dan mengawasi gerak-gerik tim pencari Cresen. Lalu melapor ke markas mereka.

"Ada sebuah kendaraan yang menepi di pantai. Beberapa orang berseragam turun dari kendaraan itu," ujar salah satu pelapor.

"Gawat apakah tindakan kita diketahui oleh pihak berwajib?"

"Sepertinya mereka bukan polisi yang sedang berpatroli. Mereka tampak seperti orang asing."

"Baiklah kalau begitu. Terus awasi mereka. Asal mereka tidak melewati kawasan kita. Kita tidak perlu melakukan tindakan apapun, yang mungkin akan merugikan kita sendiri," ujar pria berjambang yang tampak seperti ketua di tempat itu.

Tim pencari Cresen menemukan beberapa jejak kaki di tepi pulau. Dan hal itu membuat mereka mengikuti jejak tersebut menuju ke tengah hutan. Tanpa kalau mereka sedang diawasi.

Berbeda dengan Cresen saat ini ia sedang tidak diawasi. Dia dibiarkan bebas berkeliaran selama itu masih di area perkampungan. Cresen memperhatikan apa yang mereka kerjakan dan menyimak apa yang mereka ucapkan. Sesekali ia mengulang ucapan mereka.

"Anak ini sangat cepat mengingat kata-kata. Dia sangat pintar dibandingkan ketujuh bayi lainnya," ujar pengasuh Cresen.

Wanita itu sedang memukul-mukul kulit kayu yang sudah direndam untuk memisahkan serat-seratnya. Dan tindakannya membuat Cresen betah duduk diam memperhatikan tindakannya. Sambil sesekali mencoba memahami ucapan mereka.

Setelah serat kayu itu terpisah maka kulit kayu itu di rendam lagi. Untuk menunggu proses berikutnya pengasuh Cresen sudah tidak memiliki hal lain untuk dikerjakan. Sehingga ia memilih untuk mengunyah daun-daunan yang akan membuat gigi-giinya menjadi merah.

Cresen penasaran dengan kulit kayu yang sedang direndam. Jadi ia ingin melihatnya dan mengeluarkannya dari tempat perendaman. Hal itu dilihat oleh pengasuhnya.

"Hei jangan lakukan itu. Itu bukan mainan," ujar pengasuhnya.

Meskipun tidak mengetahui apa artinya, Cresen memilih meletakkan kembali kulit kayu tersebut. Lalu ia harus pasrah saat dimasukkan ke dalam keranjang. Pengasuhnya memeriksa tangan Cresen. Lukanya sudah sembuh dan tidak berbekas.

Jadi ia merasa akan aman jika membawa Cresen ke hutan. Sebab ia masih ingin mencari kulit kayu untuk dijadikan bahan pakaian. Dan membawa Cresen bersamanya agar tetap bisa mengawasinya.

Sambil berjalan ia mengucapkan kata-kata, setiap ia menyentuh sesuatu. Saat menyentuh pohon, maka ia akan mengucapkan kata pohon. Dan meminta Cresen untuk mengikuti ucapannya. Cresen pun mengikuti apa yang diucapkan oleh pengasuhnya. Hingga tibalah mereka di tengah hutan.

Saat pengasuhnya menemukan pohon yang pas. Keranjang Cresen di turunkan. Cresen membuka tutup keranjangnya dan melihat banyak tumpukan kayu yang sudah dikuliti bertebaran di sana. Membuat Cresen terpikir untuk menjadikan kayu tersebut menjadi perahu kayu.

Saat mendekati sebuah kayu dan mencoba mengangkatnya sesuatu terjatuh dari atas. Pengasuhnya segera melindungi Cresen sehingga ia yang kena. Satu buah busuk yang jatuh dari atas pohon tepat mengenainya saat melindungi Cresen.

Dan ternyata buah yang jatuh bukan itu saja. Satu persatu buah-buah dari pohon itu berjatuhan. Namun kali ini buah itu pecah dan ulat yang ada di dalam buah tersebut keluar. Cresen terkejut saat membuka matanya. Seekor ulat berukuran besar sebesar pergelangan tangannya menempel di punggung pengasuhnya.

"Aarrrgggkkk!" Cresen berteriak ketakutan.

Tapi dengan santai pengasuhnya mengambil ulat besar itu dari punggungnya. Dan melemparkannya sejauh mumgkin. Saat itu Cresen menyadari kalau pohon besar yang ada di hutan itu adalah pohon apel raksasa. Sehingga buah-buahnya juga besar seukuran rentangan tangan dua pria dewasa.

"Tempat ini berbahaya buatmu. Lebih baik kita ke tempat lain. Aku akan kembali ketempat ini jika keadaan sudah aman," ujar pengasuh Cresen.

Di sepanjang perjalanan Cresen memikirkan tentang kayu-kayu dan juga buah apel raksasa di tengah hutan. Tanpa ia sadari, pengasuhnya memasukkan sesuatu ke dalam keranjang. Buah yang berwarna hitam keungu-unguan. Sebesar kepala Cresen. Buah itu buah anggur raksasa.

"Makanlah, buah ini, namanya anggur. Anggur... ang-gur," kata pengasuh Cresen dalam bahasanya.

"Ang-gur," ujar Cresen mengucapkan kata yang diulang

Pengasuhnya tersenyum. Lalu mengeluarkan Cresen dari keranjang. Dan mengisi keranjang itu dengan buah anggur raksasa. Setelah penuh ia pun mengendong Cresen dilengannya sementara ia membawa buah anggur itu dalam keranjang menuju desa.

Sesampainya di desa ia menceritakan penemuannya. Dan para wanita pergi ke tempat itu untuk mengutip buah-buah anggur yang sudah masak. Sementara buah-buah anggur yang sudah dikutip diberikan pada para bayi.

Cresen melihat banyak kulit anggur membuatnya mengingat kalau kulit anggur bisa jadi pewarna pakaian. Saat itu ia menjadi teringat akan pabrik kakeknya. Pabrik kakek yang dibangun sebagai tempat pembuat kain. Ia pun semakin ingin pulang. Dan memikirkan cara membuat perahu.

Pada saat itu ia melihat wanita yang mengigit telinganya sedang bermain dengan kayu-kayu besar. Walau tidak bisa mengangkatnya kayu-kayu sebesar dua kali lipat paha orang dewasa itu bergeser.

Cresen mendapat ide untuk memanfaatkan tindakan bayi tersebut. Ia mengarahkan agar bayi yang pernah menggigit telinganya mendorong kayu-kayu tersebut menuju pantai. Dan para pengasuh bayi yang sedang menuju hutan tidak menyadari hal itu.

Kini kayu- kayu besar yang ditumpuk untuk bahan bakar sudah berpindah tempat. Dan mereka baru menyadarinya saat mereka kembali. Para bayi sudah tidak ada di kampung. Terlihat bekas kayu-kayu di dorong menuju ke arah lautan.

Saat para bayi melihat tindakan bayi penggigit dan Cresen mendorong kayu, mereka menjadi ikut-ikutan. Karena mengira Cresen dan bayi penggigit itu sedang bermain dorong kayu. Mereka suka melihat kayu-kayu berguling di tanah saat di sorong dengan kuat.

Meski baru berusia beberapa hari, bayi-bayi itu memiki kekuatan yang cukup besar. Sehingga Cresen hanya perlu mengarahkan mereka agar mendorong kayu-kayu tersebut menuju pantai. Dan Mangifera Indica mengikuti bayi-bayi yang sedang mendorong kayu itu dari belakang.

"Bibi? Di mana bayi-bayi dan kayu-kayu bakar?" tanya pengasuh Cresen pada wanita tua yang tertidur saat mengawasi para bayi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

hati2 aj tuh

2022-07-07

2

LA

LA

Cresen pinter memanfaatkan para bayi utk menjalankan rencananya.

2022-05-21

1

LA

LA

harusnya tanpa tahu✌pasti kalimatnya lom selesai 🤭

2022-05-21

0

lihat semua
Episodes
1 Penculikan
2 Mandi
3 Kelahiran
4 Tanda
5 Jantung
6 Bayi
7 Burung Pemakan Daging
8 Percobaan
9 Belajar
10 Kabur
11 Kapas
12 Upacara
13 Gulungan Benang
14 Bakar
15 Lumpur
16 Melamun
17 Dibakar
18 Minta Bantuan
19 Terjangkit
20 Air dari Langit
21 Air Makan Kapas Pohon Minum Batu
22 Mendarat
23 Lapisan Pertama
24 Kelompok yang Berbeda
25 Membuat Pagar
26 Jatuh
27 Awan Aneh
28 Selamat Tinggal
29 Tengah Laut
30 Batal Puasa
31 Hadiah Luar Biasa
32 Memasuki Pulau
33 Kuburan
34 Pendatang dan Penduduk Pulau
35 Kembali ke Perkampungan
36 Selembar Foto
37 Di Tepi Pantai
38 Kakek dan Penduduk Asli Pulau
39 Ledakan di Udara
40 Korban Berjatuhan
41 Digiring Seperti Ternak
42 Menyamar
43 Ikatan Batin
44 Hilang Kesadaran
45 Hewan-Hewan Menjadi Liar
46 Senjata Kimia
47 Anti Serum
48 Berangkat
49 Oryza Sativa dan Cresen Siuman
50 Rencana Pulang
51 Bekas Luka
52 Putra Oryza Sativa
53 Cresen dan Corazon
54 Anak Jenius
55 Membuat Catatan Bersama
56 Corazòn Pergi ke Sungai
57 Cerita Cresen
58 Hewan Peliharaan
59 Mengalah
60 Air Laut
61 Berenang di Laut
62 Anak Siapa?
63 Anak yang Hilang
64 Tentang Rumah
65 Sebuah Foto
66 Ring
67 Piring
68 Suara Panggilan
69 Pulau Gelap Gulita
70 Kisah Aves di Sebuah Pulau
71 KODE RAHASIA
72 Rencana Kabur
73 Akhir dari Masa Lalu
74 Panthera Tigris Terluka
75 Akhir Sang Papa
76 Oryza Sativa Bangun
77 Pertemuan Kembali
78 Laptop
79 Video Call
80 Belajar Mengenal Dunia Modern
81 Cresen Kembali
82 Impian Corazòn
83 Ujian
84 Salah Paham
85 Rindu
86 Hari Kedua ke Sekolah
87 Tes Golongan Darah
88 Dua Sample Darah
89 Hasil Percobaan
90 Mencari Pendonor
91 Ajakan
92 Pulang atau Tidak
93 Tiga Bulan
94 Rusak Tanpa Bisa Dihentikan
95 Bekerja Sendirian
96 Ucapan Selamat Tinggal
97 Akhir Sebuah Pulau
98 Era Baru
99 Manusia Baru
100 Rencana Busuk
101 Di Tengah Lapangan
102 Kebebasan
103 Usaha Bertahan Hidup
104 Pada Sebuah Pulau (End)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Penculikan
2
Mandi
3
Kelahiran
4
Tanda
5
Jantung
6
Bayi
7
Burung Pemakan Daging
8
Percobaan
9
Belajar
10
Kabur
11
Kapas
12
Upacara
13
Gulungan Benang
14
Bakar
15
Lumpur
16
Melamun
17
Dibakar
18
Minta Bantuan
19
Terjangkit
20
Air dari Langit
21
Air Makan Kapas Pohon Minum Batu
22
Mendarat
23
Lapisan Pertama
24
Kelompok yang Berbeda
25
Membuat Pagar
26
Jatuh
27
Awan Aneh
28
Selamat Tinggal
29
Tengah Laut
30
Batal Puasa
31
Hadiah Luar Biasa
32
Memasuki Pulau
33
Kuburan
34
Pendatang dan Penduduk Pulau
35
Kembali ke Perkampungan
36
Selembar Foto
37
Di Tepi Pantai
38
Kakek dan Penduduk Asli Pulau
39
Ledakan di Udara
40
Korban Berjatuhan
41
Digiring Seperti Ternak
42
Menyamar
43
Ikatan Batin
44
Hilang Kesadaran
45
Hewan-Hewan Menjadi Liar
46
Senjata Kimia
47
Anti Serum
48
Berangkat
49
Oryza Sativa dan Cresen Siuman
50
Rencana Pulang
51
Bekas Luka
52
Putra Oryza Sativa
53
Cresen dan Corazon
54
Anak Jenius
55
Membuat Catatan Bersama
56
Corazòn Pergi ke Sungai
57
Cerita Cresen
58
Hewan Peliharaan
59
Mengalah
60
Air Laut
61
Berenang di Laut
62
Anak Siapa?
63
Anak yang Hilang
64
Tentang Rumah
65
Sebuah Foto
66
Ring
67
Piring
68
Suara Panggilan
69
Pulau Gelap Gulita
70
Kisah Aves di Sebuah Pulau
71
KODE RAHASIA
72
Rencana Kabur
73
Akhir dari Masa Lalu
74
Panthera Tigris Terluka
75
Akhir Sang Papa
76
Oryza Sativa Bangun
77
Pertemuan Kembali
78
Laptop
79
Video Call
80
Belajar Mengenal Dunia Modern
81
Cresen Kembali
82
Impian Corazòn
83
Ujian
84
Salah Paham
85
Rindu
86
Hari Kedua ke Sekolah
87
Tes Golongan Darah
88
Dua Sample Darah
89
Hasil Percobaan
90
Mencari Pendonor
91
Ajakan
92
Pulang atau Tidak
93
Tiga Bulan
94
Rusak Tanpa Bisa Dihentikan
95
Bekerja Sendirian
96
Ucapan Selamat Tinggal
97
Akhir Sebuah Pulau
98
Era Baru
99
Manusia Baru
100
Rencana Busuk
101
Di Tengah Lapangan
102
Kebebasan
103
Usaha Bertahan Hidup
104
Pada Sebuah Pulau (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!