Hari-hari yang dilalui Faiq sedikit berbeda sejak ia mengetahui kelebihan yang dimiliki kedua anak kembarnya. Kini ia bersikap over protektif dan agak berlebihan menurut Shera hingga mereka kerap berdebat karena tak sejalan dalam menyikapi kelebihan kedua jagoan ciliknya itu. Nampaknya perdebatan mereka kali ini cukup sengit karena
suara keduanya terdengar hingga keluar kamar.
“ Tapi ga harus seketat itu mengawasi mereka Yah. Mereka masih kecil dan ga tau apa-apa...,” protes Shera.
“ Iya, Aku tau. Aku hanya ga mau mereka dimanfaatin sama iblis yang berkedok manusia Bun...,” sahut Faiq.
“ Aku ngerti maksud Kamu baik. Tapi kasih kebebasan mereka menikmati masa kanak-kanak mereka sebagaimana
mestinya dong. Ga usah dibebani sama aturan baku yang Kamu buat itu Yah...,” kata Shera tak suka.
“ Itu buat kebaikan mereka Bun...,” sahut Faiq tak mau kalah.
“ Tapi peraturan Kamu itu bikin mereka kuper dan ga tau apa-apa nanti...!” kata Shera dengan nada suara tinggi.
Mendengar perdebatan anak dan menantunya yang di luar kebiasaan membuat Erik dan Farah yang saat itu sedang ada di ruang makan pun terdiam. Mereka saling menatap dan mempertajam pendengaran mereka seakan mencoba mencari tahu penyebab pertengkaran Faiq dan Shera.
“ Kok tumben mereka sampe teriak-teriak kaya gitu sih Ma...?” tanya Erik.
“ Iya. Aku ambil si kembar dulu ya Pa, kasian kalo mereka harus liat pertengkaran kedua orangtuanya...,” sahut Farah sambil bergegas melangkah menuju ke kamar Faiq.
Farah mengetuk pintu kamar Faiq hingga menghentikan perdebatan Faiq dan Shera. Sesaat kemudian Farah membuka pintu.
“ Dimana Anak-anak...?” tanya Farah lembut.
“ Lagi tidur Ma...,” sahut Shera sambil membuka pintu lebar-lebar dan mempersilakan Farah masuk.
“ Apa yang Kalian ributin sih, suaranya sampe kedengeran keluar lho...,” tegur Farah sambil menyentuh pipi Iyaz dan Izar bergantian.
Faiq dan Shera terdiam. Keduanya nampak salah tingkah karena tak menyangka perdebatan mereka didengar oleh Farah dan Erik.
“ Gapapa Ma, cuma salah paham aja kok...,” sahut Faiq.
“ Salah paham apa sih Bang. Itu bukan salah paham namanya, tapi Kamu egois...,” kata Shera tak suka.
Mendengar panggilan Shera padanya yang berubah membuat Faiq sadar jika Shera tengah marah besar padanya. Faiq maju mendekati Shera, namun Shera terlihat bergeser menjauhi Faiq. melihat sikap Faiq dan Shera membuat Farah maklum jika yang diperdebatkan oleh keduanya adalah hal yang sangat penting.
“ Menurut Mama wajar kalo Kalian berdebat. Tapi usahakan jangan lakuin itu di depan Anak-anak. Mereka masih
kecil, usia mereka juga udah masuk tahap meniru. Apa Kalian mau anak Kalian tumbuh menjadi Anak yang keras kepala dan suka berdebat karena meniru perbuatan Ayah dan Bundanya...?” tanya Farah.
“ Ga mau Ma...,” sahut Faiq dan Shera bersamaan.
“ Makanya, biasain ngomongin masalah tuh berdua aja. Anak-anak ga perlu tau. Mungkin pas Kalian berdebat tadi ada kalimat yang ga pantas didengar sama Anak-anak. Makanya ga heran kalo Anak-anak bisa ngucapin kalimat yang ga layak untuk Anak seusia mereka...,” kata Farah lagi.
“ Emangnya Kalian berdebat soal apa sih. Kok Papa jadi penasaran nih. Abisnya Kalian kan ga pernah kaya gini
sebelumnya...?” tanya Erik tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan Erik, semua menoleh kearah pintu kamar. Di sana terlihat Erik yang bersedekap sambil
menatap Faiq dan Shera bergantian. Kemudian Faiq menghampiri sang papa dan menceritakan kesalah pahaman yang terjadi antara dia dan istrinya. mendengar penuturan Faiq membuat Erik tersenyum.
“ Itu perdebatan sehat, yang ga sehat karena Kalian lakukan di depan Anak-anak. Nanti Kita undang Om Fatur ke
sini atau Kita datang aja ke rumahnya. Mungkin Om Fatur bisa ngasih masukan sama Kamu dan Shera...,” kata Erik.
“ Ok deh Pa. Aku emang perlu bantuan Om Fatur banget kali ini. Aku ga mau salah ambil keputusan yang berimbas sama masa depan Anak-anakku Pa...,” sahut Faiq.
“ Kalo gitu Kita ke rumahnya sekarang...,” ajak Erik yang diangguki Faiq.
“ Iya, Aku siap-siap dulu Pa...,” sahut Faiq.
Erik pun berlalu dari kamar Faiq diikuti Farah. Sedangkan Faiq meraih jaket dari lemari dan mengenakannya dengan cepat. Kemudian Faiq menghampiri Iyaz dan Izar yang tengah terlelap dan mengecup kening dua jagoan ciliknya itu bergantian. Setelahnya ia mendekati Shera yang duduk di atas tempat tidur dan masih menampakkan wajah kesalnya.
“ Maafin Ayah ya Bun...,” kata Faiq sambil memeluk Shera dengan erat.
Mendapat perlakuan romantis dari Faiq membuat Shera luluh. Kemarahan yang tadi menguasainya pun menguap entah kemana. Shera membalas pelukan Faiq dan membenamkan wajahnya dalam pelukan suaminya itu.
“ Maafin Bunda juga Yah...,” sahut Shera sambil memejamkan matanya karena tak kuasa menahan haru.
“ Iya, Ayah udah maafin Bunda kok. Sekarang Ayah ke rumah Om Fatur dulu ya...,” kata Faiq sambil mengecup
bibir Shera.
“ Tapi balik ke rumah kan...?” tanya Shera.
“ Insya Allah, emangnya Aku mau balik kemana lagi...?” tanya Faiq sambil menahan tawa.
“ Kali aja Kamu punya tempat baru yang lebih menenangkan. Kalo di sini kan Aku selalu rewel, ga nurut dan sering
ngajakin Kamu ribut...,” sahut Shera salah tingkah.
Faiq pun tertawa mendengar ucapan Shera yang bernada cemburu itu. Faiq kembali memeluk Shera dan menghujaninya dengan ciuman hingga membuat wajah Shera merona karena malu.
“ So sweet banget sih Istriku ini. Aku tambah sayang deh...,” kata Faiq sambil tersenyum.
“ Ck, udah deh ga usah ngerayu mulu. Ditungguin Papa di luar tuh...,” sahut Shera sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Faiq.
Faiq pun tersentak lalu mengurai pelukannya dan bergegas keluar dari kamar. Sesaat kemudian terdengar suara deru kendaraan yang makin menjauh. Shera menoleh kearah jendela dan melihat mobil yang dikendarai suaminya itu keluar meninggalkan halaman rumah.
Shera kembali menoleh saat merasakan tangan kecil menarik gamis yang ia kenakan. Shera tersenyum saat melihat Iyaz sedang duduk sambil menatap kearahnya.
“ Eh, Anak Bunda udah bangun ya...,” kata Shera sambil meraih Iyaz ke dalam pelukannya.
“ Ayah na... Nda...?” tanya Iyaz terbata-bata sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan ayahnya.
“ Ayah lagi pergi sama Opa sebentar ya Nak. Iyaz mau puding kan, Kita ambil di kulkas yuk...,” ajak Shera sambil melangkah keluar kamar dengan Iyaz di dalam gendongannya.
Namun belum lagi langkahnya mencapai pintu, terdengar rengekan Izar. Rupanya ia juga terbangun dan protes karena Shera tak menggendongnya.
“ Zal.., Zal..., ngun Nda...,” kata Iyaz sambil menunjuk kearah kembarannya.
“ Oh iya. Maaf ya Nak, Bunda ga tau kalo Izar udah bangun juga...,” kata Shera sambil meraih Izar ke dalam gendongannya.
Izar tersenyum senang saat Shera menggendongnya, sedangkan Iyaz mengulurkan tangannya kearah Izar seolah menyapa kembarannya itu. Saat melewati ruang tengah Shera meletakkan kedua anaknya di atas karpet lalu beranjak ke dapur untuk mengambil puding mangga kesukaan si kembar.
\=====
Faiq dan Erik tiba di halaman rumah Darius. Di rumah itu lah Fatur dan keluarga kecilnya tinggal selama ini atas permintaan Darius dan almarhumah Gendis.
Saat akan menekan bel bersamaan dengan Bilqis yang membuka pintu karena bermaksud keluar untuk belanja
keperluan rumah tangga.
“ Assalamualaikum...,” sapa Erik dan Faiq bersamaan.
“Wa alaikumsalam, eh ada tamu jauh. Silakan masuk Bang, Faiq…,” sahut Bilqis ramah.
“ Makasih Qis. Papa sama Fatur ada kan…?” tanya Erik sambil melangkah masuk ke dalam rumah.
“ Ada Bang, sebentar Saya panggilin dulu ya…,” sahut Bilqis sambil berjalan ke bagian dalam rumah.
Sesaat kemudian Fatur dan Darius pun keluar menemui tamunya itu. Mereka saling berpelukan sejenak seolah lama tak bertemu, padahal baru seminggu yang lalu mereka berlibur bersama. Erik langsung membicarakan kegelisahan Faiq. Darius dan Fatur pun mendengarkan dengan serius apa yang dibicarakan Erik.
“ Wajar kalo Istrimu marah Nak. Dia merasa Kamu ga percaya kalo dia juga bisa menjaga Anak Kalian dengan baik…,” kata Darius sambil menatap Faiq lembut.
“ Aku ga maksud begitu Opa…,” sahut Faiq salah tingkah.
“ Semua masih bisa dicari jalan tengahnya kok, iya kan Nak…,” kata Darius sambil menepuk pundak Fatur yang duduk di sampingnya.
“ Betul Pa. Kita bisa awasi Anak-anakmu juga Hanako dari jauh. Jangan batasi kebebasan mereka, kasian mereka kan masih kecil. Jangan sampe saat mereka besar nanti justru mereka merasa terbebani dengan anugrah yang Allah berikan itu. Bukankah itu namanya kufur nikmat. Arahkan mereka, bimbing mereka, kalo bisa jadikan kelebihan mereka itu sebagai hal yang menyenangkan dan bukan menakutkan. Apa Kamu sependapat sama Om…?” tanya Fatur sambil menatap Faiq lekat.
“ Iya om…,” sahut Faiq cepat.
“ Bagus, Kita bisa mulai dari sekarang…,” kata Fatur.
“ Maksud Om…?” tanya Faiq tak mengerti hingga membuat Fatur tersenyum.
“ Gimana sih Kamu. Gara-gara sibuk mencari cara menjauhkan Anakmu dari iblis, Kamu malah ga sadar kalo Anakmu udah berinteraksi dengan makhluk halus yang berwujud Anak kecil sejak beberapa hari yang lalu…,” sahut Fatur sambil tertawa.
“ Apa…?!” kata Faiq, Darius dan Erik bersamaan.
Fatur tak menjawab dan hanya menggedikkan bahunya melihat reaksi tiga pria di hadapannya itu. Faiq yang merasa kecolongan langsung berlari cepat keluar rumah dan meninggalkan Erik di sana hingga membuat Erik, Darius dan Fatur tertawa.
“ Dasar anak sabl*ng. Masa Papanya ditinggalin gitu aja…,” gerutu Erik di sela tawanya disambut tawa Darius dan Fatur.
“ Ntar juga balik lagi Rik. Sekarang Kita ngobrol sambil ngopi aja yuk…,” ajak Darius.
“ Iya Bang. Biar Aku seduhin kopinya dulu sebentar ya…,” kata Fatur.
“ Ok deh…,” sahut Erik sambil tersenyum.
\=====
Iyaz dan Izar sedang menonton film kartun yang ditayangkan televisi. Namun fokus keduanya terpecah saat melihat sosok anak kecil yang berdiri di balik jendela sambil melambaikan tangan kearah mereka. Iyaz dan Izar saling menatap kemudian mengangguk. Lalu keduanya berjalan menghampiri anak kecil yang berpenampilan tak wajar itu.
Tak ada takut di wajah Iyaz dan Izar saat mereka harus berinteraksi dengan anak kecil itu. Tubuh anak kecil yang memang adalah hantu itu nampak lebam, kepalanya berlumuran darah, tangan dan kakinya penuh luka, perutnya pun koyak dengan tetesan darah dan usus terburai keluar.
Kemudian ketiganya terlibat pembicaraan serius. Izar bahkan mengulurkan tangannya untuk menyentuh darah yang terus merembes keluar dari perut anak kecil di hadapannya itu. Namun gerakan Izar terhenti saat Shera datang dan memanggil namanya.
“ Izar, Iyaz. Kalian ngapain di sana…?!” tanya Shera sambil menatap lekat kedua anaknya.
Shera tampak shock saat melihat kedua anaknya berdiri di dekat jendela sambil bicara dengan sesuatu yang tak terlihat. Shera menghampiri Iyaz dan Izar lalu membawa keduanya menjauhi jendela. Iyaz dan Izar menolak dan mulai menangis karena merasa dilarang bermain dengan 'temannya'.
Di saat seperti itu terdengar suara mobil memasuki halaman rumah hingga membuat Shera tersenyum. Ia merasa tenang karena semua akan terkendali saat Faiq datang.
Bersambung
" AL Fatihah untuk korban erupsi Gunung Semeru dan korban bencana alam lainnya. Semoga Allah beri kekuatan, ketabahan dan kesabaran menghadapi semuanya. Aamiin..
Alhadiniyah wakulli sholihan ilaa hadroti nabiyyil musthofa Rosulillahi SAW, Al Fatihah..."
\=======
( Menjawab pertanyaan dari para pembaca tentang kenapa up hanya 1 episode / hari. Di sini Author hanya mau bilang kalo proses awal novel Guna Guna dan Aku & Kamu Berbeda juga sama kok, up 1 episode / hari. Coba cek lagi dehh, jadi sabar yaa.. Makasih suportnya... )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 376 Episodes
Comments
Hariyanti Katu
lama bru baca lg klanjutan gendis🥰🥰masya Allah semangat ummiq
2024-07-03
1
Mahfiati Noor
bagus cerita ya
2022-07-18
0
Imran Kalimanjaro
saya selalu penasaran dgn cerita genre yg spt ini, makasih thor...
2022-05-16
1