Faiq dan hantu remaja wanita itu saling menatap sejenak. Kemudian Hanako memperkenalkan Faiq pada hantu remaja wanita itu.
“ Ini Papa Aku, Kakaknya Bunda Aku. Papa juga bisa liat Kakak cantik lho, dan Papa juga mau bantuin Kita nyari teman Kakak itu. Iya kan Pa...?” tanya Hanako.
“ Insya Allah. Siapa namamu dan temanmu yang hilang itu...?” tanya Faiq sambil tersenyum.
Melihat Hanako dan Faiq bicara pada sesuatu yang tak kasat mata di sudut ruang tamu membuat Heru sedikit tak nyaman. Padahal ini bukan kali pertama Heru melihat interaksi Faiq dengan makhluk ghaib. Namun saat menyaksikan anaknya juga asyik berinteraksi dengan makhluk ghaib membuat perasaan Heru berkecamuk.
Saat teringat saran Faiq tadi membuat Heru bersabar menunggu. Dari tempatnya duduk ia bisa mendengar celoteh manja buah hatinya seolah sedang mengomentari sesuatu. Diam-diam Heru tersenyum bangga melihat keberanian Hanako menghadapi makhluk halus yang entah bagaimana bentuknya itu.
Faiq dan Hanako pun nampak menyimak penuturan hantu remaja wanita itu. Sesekali Hanako menyela karena tak mengerti ucapan hantu remaja wanita itu.
“ Namaku Theresia. Aku tinggal di sini bersama Mami dan Papiku. Kami berasal dari Portugis...,” kata hantu Theresia mengawali ceritanya.
“ Portugis itu dimana Pa, jauh ga dari sini...?” tanya Hanako.
“ Jauh Nak. Portugis atau Portugal ada di benua Eropa sana. Kalo naik pesawat bisa sampe delapan belas atau sembilan belas jam dari Jakarta...,” sahut Faiq.
“ Apa orang di sana cantik seperti Kak There...?” tanya Hanako lugu.
“ Iya. Yang perempuan cantik seperti Kak There dan yang laki-laki ganteng kaya Papa dan Ayahnya Cici...,” sahut Faiq dengan sabar.
“ Oh gitu. Aku juga cantik kan Pa...?” tanya Hanako yang diangguki Faiq.
Mendengar percakapan Hanako dan Faiq membuat hantu Theresia tersenyum. Faiq memberi kode pada Hanako agar mendengarkan cerita hantu Theresia.
“ Ok Papa...,” kata Hanako sambil membuat gerakan mengunci bibirnya lalu seolah-olah menyimpan kunci bibirnya itu di saku bajunya.
Hal itu membuat hantu Theresia tertawa dan Faiq pun ikut tertawa. Sedangkan Hanako terlihat santai.
“ Aku lahir dan besar di Indonesia, itu lah sebabnya Aku bisa bahasa Indonesia. Papi Aku adalah pedagang kain yang terkenal di masa itu. Sedangkan Mami Aku hanya Ibu rumah tangga biasa. Aku sekolah di sekolah khusus kaum bangsawan dan pejabat. Di sana Aku punya teman dekat yang namanya Damian. Dia keturunan Belanda. Kami bersahabat dan sering menghabiskan waktu bersama. Selain rumah Kami berdekatan, Damian juga sering menginap di rumah Kami. Damian memang kesepian sejak Mamanya meninggal dunia. Apalagi Damian sering ditinggalkan Papanya patroli di malam hari. Karena tak tega, maka Papi mengijinkan Damian tinggal bersama Kami sampai Papanya kembali...,” kata Theresia.
Theresia menghentikan ceritanya. Ia terlihat berusaha menahan air matanya yang akan jatuh karena rasa sedih yang tiba-tiba menyeruak di dadanya. Faiq dan Hanako masih sabar menanti Theresia melanjutkan ceritanya.
“ Suatu hari terjadi kekacauan di daerah Kami tinggal. Keluargaku bersiap untuk pindah ke kota lain karena ga sanggup bertahan di sini. Saat itu Papi menolak Damian ikut bersama Kami karena khawatir akan menyulitkan langkah Kami. Aku berusaha meyakinkan Papi dan Mami agar membawa Damian ikut bersama Kami dan akhirnya mereka setuju. Lalu Aku mengantar Damian pulang untuk membereskan pakaiannya. Tapi saat hendak keluar dari rumahnya, Aku liat Papa Damian sudah terkapar di lantai dengan tubuh bersimbah darah. Aku lihat di rumah itu sudah banyak orang yang sibuk menjarah rumah Papa Damian. Saat mereka melihat Kami, mereka menangkap Kami dan mengikat Kami di kursi. Setelahnya Aku ga tau apa-apa lagi...,” kata Theresia mengakhiri ceritanya.
Faiq mengusap wajahnya perlahan karena ia tahu apa yang terjadi selanjutnya pada Theresia dan Damian.
“ Terus temannya Kakak kemana...?” tanya Hanako tak mengerti.
“ Aku ga tau, makanya Aku minta tolong sama Kamu cariin Damian. Keluarga Kami harus segera pergi,tapi Aku ga
mau pergi kalo Damian ga ikut...,” sahut hantu Theresia.
“ Kenapa Kamu nyari Damian di rumah makan itu...?” tanya Faiq.
“ Aku ga tau kalo itu rumah makan. Yang Aku tahu di sana ada rumah Damian. Dan Aku sedanga ada di sana sama
Damian. Tiap kali membuka mata Aku selalu balik lagi ke sana dan ga liat Damian, padahal jelas-jelas dia ada di sana bersamaku tadi...,” sahut hantu Theresia bingung.
Faiq mengangguk tanda mengerti. Ia meminjam tangan Hanako untuk menyentuh tangan hantu Theresia. Hanako pun membiarkan tangannya dijadikan media untuk mendeteksi kisah masa lalu hantu Theresia.
“ Apa Kalian bisa membantuku menemukan Damian...?” tanya Theresia penuh harap.
“ Insya Allah bisa. Tapi bagaimana ciri-ciri fisik Damian agar bisa Kami kenali...?” Tanya Faiq.
“ Oh iya Aku lupa. Damian itu bertubuh jangkung, kulitnya putih kemerahan, tangan kirinya bengkok karena pernah jatuh saat melompati pagar, ada tanda lahir warna hitam yang berjajar mirip pulau Andalas di pipi kanannya...,” sahut hantu Theresia.
“ Agak sulit ya. Tapi Kami akan berusaha melacak dimana keberadaannya. Butuh waktu yang lama untuk menemukan dimana Damian. Sambil nunggu Damian ditemukan sebaiknya Kamu pulang dulu sekarang...,” kata Faiq.
“ Aku harus pulang kemana, Aku kan ga punya tempat untuk pulang...,” sahut hantu Theresia sedih.
“ Kita ketemu nanti di luar, biar Aku ngobrolin ini dulu sama Ayahnya Hanako...,” kata Faiq.
“ Ok...,” sahut hantu Theresia lalu melayang menembus dinding dan pergi entah kemana.
Kemudian Faiq membawa Hanako duduk. Setelah membaca doa lalu Faiq mengusap kepala Hanako dengan lembut.
“ Kakak cantik bisa tinggal di sini Pa...,” kata Hanako tiba-tiba hingga mengejutkan Faiq dan Heru.
“ Cici dengar ya. Ga semudah itu Cici ngasih ijin orang lain tinggal di rumah ini. Cici harus ijin sama Ayah dan Bunda dulu. Kalo Ayah dan Bunda setuju, baru Cici boleh ngajak Kakak There tinggal di sini...,” kata Faiq memberi pengertian.
Hanako menoleh kearah ayahnya untuk minta persetujuan. Di luar dugaan, Heru menggelengkan kepalanya pertanda ia menolak hantu Theresia tinggal bersama mereka.
“ Tapi Yah, kasian Kakak cantik...,” rengek Hanako.
“ Ayah bilang ga, artinya ga ya Hanako...!” sahut Heru tegas.
Nada suara Heru yang sedikit lebih tinggi memancing perhatian Efliya dan Shera yang ada di ruang tengah. Keduanya pun ikut bergabung di ruang tamu dan duduk di sofa sambil menatap Heru dan Hanako bergantian.
“ Ada apa sih Yah...?” tanya Efliya dengan lembut.
“ Permintaan Hanako udah ga masuk akal Bun...,” sahut Heru.
“ Ga masuk akal gimana sih maksud Ayah...?” tanya Efliya tak mengerti.
“ Masa Hanako minta supaya Aku ngijinin hantu itu tinggal di sini sampe Kita nemuin temannya. Itu kan mustahil
Bun...,” sahut Heru gusar.
“ Terus Kakak cantik harus tinggal dimana Yah, kasian kan dia ga punya rumah...,” kata Hanako sedih.
Heru mengabaikan pertanyaan Hanako dan memilih pergi ke teras rumah.
“ Gimana nih Bang...?” tanya Efliya bingung.
“ Gapapa, ntar Abang yang urus. Sekarang Kamu ajak Hanako mandi, jangan lupa wudhuin dan gantiin bajunya ya...,” sahut Faiq.
Efliya mengangguk lalu membawa Hanako untuk melakukan apa yang diminta Faiq tadi. Sementara Shera terlihat santai sambil menatap lekat kearah suaminya.
“ Terus...?” tanya Shera.
“ Seperti biasa Bun. Kita yang bakal bawa dia pulang ke rumah. Gimana...?” tanya Faiq sambil mendekat kearah Shera.
“ Asal dia bukan type yang jahat, Aku ga masalah Yah...,” sahut Shera santai.
“ Makasih ya Sayang...,” kata Faiq sambil mengecup kepala Shera dengan sayang.
“ Sama-sama Yah...,” sahut Shera sambil tersenyum.
“ Kalo diijinin tinggal di sini Heru khawatir ga ada yang bisa menghandle saat hantu itu berulah nanti...,” kata Faiq sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
“ Wajar dong Yah. Itu artinya dia sayang sama Efliya dan Hanako. Apalagi dia ngerasa ga ngerti dan ga menguasai
bidang ini. Jadi daripada salah langkah lebih baik ditolak sejak awal...,” sahut Shera.
“ Ya udah kalo Kamu udah setuju, Kita balik sekarang yuk...,” ajak Faiq yang diangguki Shera.
\=====
Heru dan Faiq mulai mencari informasi tentang keberadaan Damian. Dimulai dari menyelidiki sejarah berdirinya rumah makan dimana hantu Theresia menampakkan diri.
Siang itu Faiq dan Hendro sengaja mampir ke rumah makan itu. Melihat kedatangan Faiq yang mereka kenali sebagai reporter televisi membuat para pelayan rumah makan menyambut Faiq dan Hendro dengan antusias. Para pelayan berharap rumah makan tempat mereka bekerja bisa masuk berita kuliner yang ditayangkan di televisi Sahabat.
“ Kami pesan menu favoritnya dua. Untuk minumnya Saya air mineral aja, kalo teman Saya ini Teh manis hangat ya
Mbak...,” kata Faiq.
“ Baik Mas, ditunggu sebentar ya...,” sahut sang pelayan sambil berlalu.
“ Jadi Kita nyari tau soal si Damian itu di sini Iq...?” tanya Hendro.
“ Iya...,” sahut Faiq sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok hantu Theresia.
Tatapan Faiq berhenti saat membentur sosok hantu Theresia di tengah ruangan sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Saat tak menemukan orang yang dicarinya, hantu Theresia pun pergi dengan wajah kecewa dan penasaran.
Tak lama kemudian pelayan datang membawakan pesanan Faiq. Sambil meletakkan makanan dan minuman di atas meja, pelayan itu menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan Faiq dan Hendro.
“ Manager rumah makan ada Mbak...?” tanya Faiq.
“ Ada Mas di dalam. Apa Mas Faiq mau ketemu sama Bu Ira...?” tanya sang pelayan.
“ Iya kalo Beliau ga sibuk. Atau Saya harus buat janji dulu kalo mau ketemu...?” tanya Faiq.
“ Biar Saya sampaikan sama Bu Ira dulu kalo Mas Faiq mau ketemu. Nanti Saya balik lagi ya Mas...,” sahut sang pelayan dengan santun yang diangguki Faiq.
Tak lama berselang sang pelayan kembali dengan membawa kabar gembira bahwa manager rumah makan itu bersedia menemui Faiq dan Hendro di ruangannya.
Sejam kemudian Faiq dan Hendro sudah ada di dalam ruangan manager rumah makan yang bernama Ira itu.
“ Rumah makan ini dibangun tahun 1930 oleh Kakek Saya Mas Faiq. Kemudian diteruskan oleh Papa Saya dan sekarang diterusin sama Saya deh...,” kata Ira membuka cerita.
“ Jadi ini kaya perusahaan milik keluarga ya Bu...,” gurau Hendro.
“ Bisa dibilang kaya gitu Mas Hendro. Soalnya 80% karyawan di sini masih memiliki hubungan darah satu dengan
yang lainnya. Kami di sini masih satu moyang alias memiliki Kakek yang sama...,” sahut Ira sambil tersenyum.
Mendengar penuturan Ira membuat Faiq dan Hendro merasa lega karena mengira kakek Ira adalah Damian. Namun dugaan mereka salah, karena kakek yang dimaksud Ira bukan lah Damian melainkan orang lain.
Jadi dimana Damian ?.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 376 Episodes
Comments
Purnomo perkasa
damian kan jd tukang sulap di TV itu kan?
2022-06-23
1
Nurjanah Tamim
seperti nya damian lagi maen sulap tor ama istri nya
2022-03-02
0
Siti komalasari
lanjut Thor
2021-12-15
0