Di rumah Ibrahim.
Tangis Yusuf masih mendominais suara di rumah ini. Jika dihitung-hitung, sudah satu jam lamanya Yusuf menangis dan tidak bisa ditenangkan.
Bahkan di pelukam Ibrahim pun bayi itu tetap menangis, apalagi saat digendongan Sonya, tangia Yusuf tidak ada hentinya.
Membuat suami istri ini bingung, bagiamana caranya mendiamkan bayi kecil ini. Kepala rasanya sudah mau pecah.
Ibrahim bahkan mulai takut sang anak akan jatuh sakit jika terus menangis seperti ini.
"Sayang, diamlah Nak, ini Ayah," ucap Ibrahim, tubuhnya terus mengayun, menimang. Namun Yusuf tetap tak bisa diam.
"Ya ampun Mas, telingaku rasanya mau pecah. Coba berikan lagi padaku!" pinta Sonya, suaranya yang tinggi membuat Ibrahim makin tak merasa nyaman.
"Tidak perlu, Yusuf semakin takut mendengar suaramu itu!" kesal Ibrahim.
Membuat Sonya mengerutkan keningnya tidak terima.
Yusuf yang rewel kenapa aku yang di bentak. Batin Sonya.
Bik Sumi yang sunguh tidak tega terus mendengar tangis Yusuf pun akhirnya mengetuk
pintu kamar majikannya itu dengan sangat keras.
Tidak peduli meski nanti ia harus dimarah dan di pukul, bik
Sumi akan sekuat tenaga untuk mengambil Yusuf.
“Hih! Siapa sih ketuk pintu kayak orang kesurupan!” Kesal Sonya. Di kamarnya berisik dengan tangis Yusuf dan diluar sana seeorang
mengetuk pintunya dengan sangat keras.
Membuat kepala Sonya rasanya mau pecah. Ia butuh pelampiasan untuk meluapkan amarahnya ini.
Sonya membuka pintu itu dan bik Sumi langsung masuk tanpa permisi. Meminta izin masuk pun belum tentu diizinkan. Maka ia berani bersikap lancang seperti ini.
Bik Sumi menghampir Ibrahim dengan raut wajahnya yang cemas.
Dilihat bik Sumi Yusuf yang terus menangis hingga wajahnya memerah. Makin teriria lah hati bik Sumi melihat itu.
“Tuan, saya mohon berikan den Yusuf pada saya, dia haus Tuan,” pinta bik Sumi sungguh-sungguh, dia bahkan sampai mengatupkan kedua tangannya di depan dada, membuat permemohonan.
“Jangan Mas! Jangan berikan Yusuf pada Bik Sumi, Yusuf itu anakmu, harusnya dia lebih menurut padamu bukan pada pembantu ini!" bentak Sonya, ia melenggangkan kedua tangannya di pinggang dan menghampiri suami serta bik Sumi.
“Subhanallah Nyonya, Yusuf masih kecil, dia belum tau patuh dan tidaknya, dia hanya menangis saat merasa lapar,” jelas bik Sumi, ia sampai menangis mendengar ucapan Sonya barusan.
Seorang wanita yang begitu teganya pada bayi mungil
ini.
“Den Yusuf bisa sakit Tuan jika dia terus menangis, saya mohon berikan Yusuf kepada saya.”
“Jangan!” hardik Sonya lagi.
“Lebih baik bibik buatkan susu untuk Yusuf, biar aku yang
memberinya susu.”
Mendengar itu, Ibrahim langsung nampak setuju. Membuat bik Sumi lagi-lagi tak bisa mengambil Yusuf.
Dengan berlari bik Sumi keluar dari dalam kamar itu lalu kembali lagi dengan sebotol susu untuk Yusuf.
Sonya merebutnya, lalu mengambil Yusuf di gendongan sang suami dan mulai memberikan susu itu pada Yusuf.
Tapi ternyata semuanya tidak semudah yang Sonya kira. Karena nyatanya Yusuf menolak susu dari tangannya itu, membuat Sonya marah dan begitu geram.
“Anak bodoh! Minum!” ucap Sonya tanpa sadar, hingga membuat Ibrahim naik pitam. Bagaimana bisa Sonya setega itu mengatai anak kandunganya bodoh.
“Jaga bicaramu Sonya!” bentak Ibrahim.
Kedua orang ini lantas beradu mulut, saling membalas
ucapan dan berakir dengan berdebatan.
Sementara bik Sumi langsung mengambil kesempatan
untuk menggendong Yusuf dan memberikannya susu.
Yusuf mau, di gendongan bik Sumi ia menghabiskan seluruh susu di dalam botol itu.
Namun saat susunya habis, Yusuf kembali menangis.
Sedangkan perdebatan Sonya dan Ibrahim terus saja berlanjut tak sudah-sudah.
“Yusuf lahir dari perempaun bodoh, karena itulah dia bodoh!”
Ibrahim menggelengkan kepalanya, sungguh ia tak
menyangka Sonya akan setega itu menilai Yusuf, anaknya, darah dagingnya.
Padahal jelas-jelas ia selalu ingat saat Sonya mengatakan jika istri pertama itu akan menyayangi Yusuf layaknya anak sendiri.
Bahkan berjanji akan membuat Yusuf menjadi orang terhormat saat dewasa nanti.
Tapi baru satu jam Sonya bersama Yusuf, istri pertamanya ini sudah tak sanggup, marah membabi buta bahkan sampai tega mengucapkan kata-kata hina.
"Cukup Sonya, sudah cukup aku menilaimu. Memang hanya Aira lah ibu Yusuf, tidak ada yang lain," putus Ibrahim, membuat kedua netra Sonya langsung membola.
Kesadarannya mendadak kembali dan ingat semua yang ia ucapkan sudah keterlaluan.
Buru-buru Sonya bersimpuh dan memeluk kedua kaki suaminya erat.
"Maafkan aku Mas, aku tidak bermaksud menghina Yusuf dan menyakitimu. Aku hanya merasa lelah dan merawat Yusuf tidak semudah yang aku bayangkan." Sonya coba membela diri, namun Ibrahim tidak peduli. Ia mendorong Sonya hingga melepaskan kedua kakinya.
Lalu menghampiri bik Sumi dan bertanya bagaimana baiknya.
"Kenapa dia menangis lagi Bik? Yusuf mau apa?" tanya Ibrahim langsung.
"Yusuf hanya ingin bersama ibunya Tuan, sama seperti saat Tuan meninggalkan Nyonya 1 minggu lalu, Yusuf sakit dan hanya bisa tenang saat berada di gendongan nyonya Aira," jelas bik Sumi apa adanya.
"1 minggu lalu Yusuf sakit? apa karena imunisasi?"
"Tidak Tuan, minggu lalu Yusuf ti_"
"Stop! berhenti Bik, jangan teruskan ucapanmu!" poting Sonya dengan cepat, bisa gawat jika sampai Ibrahim tahu semua kebohongannya.
Tapi bik Sumi bukanlah orang yang takut pada Sonya. Tanpa memperdulikan larangan Sonya itu dia kembali melanjutkan cerita.
1 minggu lalu Yusuf rewel, namun Ibrahim tidak sedikitpun melihatnya.
Pagi harinya Ibrahim malah pergi ke Paris bersama Sonya. Sementara Aira sendirian membuat anaknya itu tenang.
Setiap hari Sonya selalu mengirimkan foto-foto liburan mereka dan mengatakan banyak kata-kata menyakitkan.
Kesedihan Aira seperti di rasa oleh Yusuf, hingga Yusuf terus rewel selama seminggu terakhir.
Lalu setelah Ibrahim dan Sonya pulang, mereka kembali membuat Aira terluka. Bahkan dengan tega memisahkan Aira dengan Yusuf.
Selesai bik Sumi bercerita. Ibrahim menatap Sonya dengan rahangnya yang mengeras.
Sementara Sonya membatu, tatapan tajamnya itu membuat ia tak berkutik. Kemarahan Ibrahim adalah yang paling ia takutkan.
"Aku bisa jelaskan Mas_"
Plak!
Satu tamparan Ibrahim layangkan di wajah Sonya, ia sungguh tidak bisa lagi menaham kemarahan. Saat anaknya Yusuf dijadikan bahan permainan.
"Harusnya kau lah yang aku ceraikan dan bukannya Aira."
Sonya menggeleng, satu tangannya memegangi sisi wajahnya yang terasa pedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sagitarius women
Laki laki tho lol
2025-04-10
0
Galih Pratama Zhaqi
Dasar laki2 plin plan 😤
2024-10-01
0
andi hastutty
Nah buka matamu dasar laki2 mudah di kibulin
2024-09-06
0