Pagi datang.
Semalam Aira di bantu oleh bik Sumi untuk mengurus baby Yusuf yang sedang rewel. Bahkan semalaman ini Aira tak memejamkan matanya. Yusuf terus saja menempel dan meminta menyusu.
Tapi untunglah, badan baby Yusuf tidak sampai panas. Ia hanya rewel dan tak ingin lepas dari sang ibu.
“Saya panggil tuan Ibrahim ya nyonya, mungkin jika dengan ayahnya dia akan mau, jadi anda bisa beristirahat,” ucap bik Sumi memberi solusi.
Sementara Aira langsung menggelengkan kepalanya pelan.
Aira tahu jika kini keadaan suaminya itupun tidak dalam keadaan yang baik. Ibrahim masih terpukul dengan kepergian sang kakek, dan Aira tidak ingin menambah beban pikiran suaminya itu.
Selama ia bisa ia akan mengurus Yusuf sendiri saja.
“Tidak perlu Bik, saya baik-baik saja,” jawab Aira, ia bahkan masih sempat-sempatnya tersenyum meski merasa tubuhnya sudah begitu lelah.
Bertahan duduk di kursi ibu menyusui.
Bik Sumi yang melihatnya sungguh merasa iba.
Lantas tanpa izin Aira, bik Sumi mendatangi ruang kerja Ibrahim. Tapi di sana ia tidak menemuka tuannya itu.
Lalu memutuskan untuk mengetuk kamar Sonya.
Lama mengetuk pintu itu dan akhirnya terbuka, Sonya dengan tatapan tak suka adalah hal yang pertama kali dilihat oleh bik Sumi.
“Apa sih Bik, pagi-pagi berisik saja! Mengganggu.” Hardik Sonya geram. Ia dan Ibrahim masih tidur tapi bik Sumi malah membangunkannya.
“Den Yusuf rewel Nyonya, saya rasa dia ingin bertemu dengan tuan Ibra. Dari kemarin den Yusuf belum bertemu ayahnya.”
“Halah! Alasan, bilang sama Aira urus anak itu yang bener!” kesal Sonya, bahkan belum empat bik Sumi kembali bicara Sonya dengan segera menutup pintu kamarnya.
Dalam hatinya Sonya terus mengumpat, sumpah serapah
ia tujukan pada Aira dan anaknya.
Sonya benci sekali tiap mendengar Yusuf selalu dibawa-bawa untuk memperdaya suaminya.
“Siapa? Apa bik Sumi?” tanya Ibrahim, dia menggeliat mencoba bangun.
“Iya Mas, panggil kita untuk sarapan,” jawab Sonya, bohong. Buru-buru ia naik ke atas ranjang dan menahan Ibrahim agar tidak turun.
“Hari ini istirahat saja Mas, siang nanti kita ke Paris, ya? Kita bulan madu lagi, pulang dari sana pasti hati dan pikiran Mas akan lebih baik,” jelas Sonya, ia bergelayut manja di lengan suaminya.
Sementara Ibrahim nampak berpikir, membenarkan pula apa yang dibilang Sonya.
Beberapa hari ini memang pikirannya sungguh penat. Ia butuh sesuatu yang membuatnya segar lagi. Liburan bisa jadi salah satu solusinya.
“Baiklah, aku akan turun dulu dan menemui Yusuf.”
“Tidak perlu Mas, pagi-pagi sekali Yusuf dan Aira sudah pergi, hari ini Yusuf imunisasi,” ucap Sonya yang lagi-lagi bohong.
Dan Ibrahim hanya menerimanya, menelan mentah-mentah dan percaya.
Lalu kembali merebahkan tubuhnya saat Sonya menariknya untuk berbaring.
Pagi itu keduanya kembali tertidur dengan saling memeluk erat.
Dan siang harinya Ibrahim dan Sonya benar-benar pergi Paris tanpa berpamitan pada semua orang.
Bahkan Aira dan bik Sumi pun tidak menyadari kepergian keduanya.
Hingga saat malam tiba ponsel Aira di atas nakas bergetar.
Aira yang masih menggendong Yusuf pun menjangkau ponsel itu, melihat ada beberapa pesan gambar masuk dari ponselnya. Pesan dari Sonya.
Aira, mas Ibrahim mengajakku pergi ke Paris, katanya mau ajak aku bulan madu. Padahal aku sudah bilang Yusuf sakit, tapi dia tetap memaksaku pergi. Maaf ya.
Ucap Sonya dalam pesan itu, lengkap dengan beberapa foto kebersamaan keduanya di dalam pesawat. Saling memeluk erat, bahkan mencium bibir satu sama lain dengan mesranya.
Seketika berhasil membuat dada Aira terasa sesak dan nyeri sekaligus.
Tidak ada pamit, bahkan melihat anaknya sebentar pun tidak, tapi mas Ibrahim dengan teganya meninggalkan kami berdua. Batin Aira.
Ia tak sadar jika sudah ada air mata yang keluar.
Namun buru-buru Aira beristigfar dan berulang kali menarik dan menghembuskan nafasnya pelan.
Ia tak boleh menangis, ia tak boleh hanyut dalam perasaannya sendiri.
Kini hati dan hidup Aira tidak penting lagi baginya, hanya Yusuf lah yang paling penting.
Mengesampingkan sesak yang ia rasa, Aira kembali menimang anaknya. Mulutnya tak tinggal diam, dia terus menyanyikan lagu tidur untuk sang anak.
Hari berlalu, sampai akhirnya bik Sumi tahu jika Sonya dan Ibrahim pergi. Bik Sumi mulai merasa takut, jika saat kedua majikannya itu kembali mereka akan kembali menyakiti Aira. Apalagi kini kakek Pram sudah tidak ada.
Tidak tahu bagaimana caranya melindungi sang Nyonya, akhirnya bik Sumi menghubungi pak Basir. Asisten kepercayaan kakek Pram semasa hidupnya.
Pada pak Basir, Bik Sumi menceritakan semua yang terjadi dan pak Basir pun meminta bik Sumi untuk tenang.
Apapun yang akan dilakukan Sonya ataupun Ibrahim tidak akan ada yang bisa mengubah surat wasiat itu. Karena ini semua sudah sah di dalam hukum.
Bahkan pak Basir mengatakan, jika kini ia lah yang akan menjadi pelindung Nyonya Aira hingga Yusuf besar nanti. Hingga akhirnya Yusuf lah yang bisa melindungi ibunya sendiri.
Mendengar ucapan pak Basir membuat bik Sumi akhirnya bisa bernapas lega.
Aira tidak sendirian, ada dia dan pak Basir yang selalu melindungi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di Paris, malam ke tiga.
Seperti pengantin baru, Ibrahim dan Sonya terus memadu kasih sepanjang hari. Sejenak Sonya berhasil membuat Ibrahim lupa akan Aira dan juga Yusuf.
Seperti kembali muda, keduanya terus bersenang-senang menikmati tanpa ada rasa bosan.
Sonya berkilah, bahwa kini giliran ia yang memiliki sepenuhnya waktu Ibrahim, lalu melarang Ibrahim untuk menghubungi istri keduanya selama mereka berada di Paris.
Ibrahim hanya menurut, saat Sonya berkata seperti itu tubuhnya masih dalam kuasa Sonya yang menari-nari diatas tubuhnya.
Ibrahim tidak tahu, jika setiap hari Sonya selalu mengirimkan foto-foto liburan mereka pada Aira.
Melukai Aira secara perlahan dengan menyerang batinnya setiap hari.
Puas memadu kasih, kini keduanya duduk di balkon kamar hotel, menatap menara Eiffel di ujung sana.
“Mas, pulang dari sini ceraikan lah Aira,” ucap Sonya, ia duduk diatas pangkuan Ibrahim.
Dan ucapan Sonya itu berhasil membuat Ibrahim diam seribu bahasa.
Cerai? Batin Ibrahim.
“Kamu sudah tidak butuh dia Mas dan kita bisa merawat Yusuf bersama-sama, hem?” tanya Sonya lagi, ia sedikit menggoda dengan memainkan tangannya di atas dada bidang sang suami.
Membuat Ibrahim terpejam dengan membayangkan wajah Aira.
“Terserah mu saja, yang aku inginkan hanya Yusuf,” balas Ibrahim akhirnya.
Membuat senyum Sonya makin terkembang lebar. Sonya lantas membenahi duduknya dan memberikan pelayan yang luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ALNAZTRA ILMU
bodoh ibra.. akhirnyaakan makan diri tu. perbuatankalian
2025-01-16
0
andi hastutty
Dasr laki2 mudah sekali di kibulin
2024-09-06
0
Mujiono Año
laki laki bongol
2023-12-30
0