Setelah penyatuan itu usai, Ibrahim melepaskan ikatan tali di kedua kaki Aira. Ibrahim pun menggendong istrinya itu untuk membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi.
Ibrahim membasuh inti sang istri lalu kembali menggondangnya hingga duduk di sisi ranjang. Memakaikan baju tidur istrinya itu dan melabuhkan sebuah ciuman hangat di kening Aira.
“Tidurlah, aku akan menjaga Yusuf, saat Yusuf bangun nanti aku akan membangunkanmu,” ucap Ibrahim, ia bahkan mengelus pucuk kepala Aira dengan sayang.
Sementara Aira hanya diam, kini ia seolah sudah mati rasa. Tak peduli apapun yang diinginkan Ibrahim olehnya, Aira hanya bisa diam dan memasang wajah dingin.
Bahkan Aira sudah malas berdebat, dia terus diam dan menuruti semua keinginan Ibrahim.
Aira membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang ia benci ini. Memejamkan matanya dan mencoba tidur.
Ibrahim yang melihat diamnya Aira pun merasakan sesak dihatinya, sesak bercampur kesal yang membuncah.
Ibrahim tahu, hubungan mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu. Hubungan hangat yang memberinya ketenangan.
Tapi Ibrahim tidak peduli, yang ia inginkan hanyalah memiliki Yusuf dan membuat hidup Aira menderita.
Melihat Aira yang sudah memejamkan matanya, ibrahim pun memutuskan untuk duduk di sofa kamar. Duduk di sofa yang berada di samping boxs bayi Yusuf.
Ibrahim duduk dan terus memperhatikan tubuh Aira di atas ranjang.
Semalam, setelah mendengar cerita bik Sumi, Ibrahim hendak memohon pada istrinya itu untuk memaafkan dirinya. Bahkan Ibrahim berniat untuk menceraikan Sonya demi Aira.
Tapi tadi pagi saat ia bertemu dengan Aira, Ibrahim malah melihat istrinya yang sudah berubah.
Aira menjadi sosok yang dingin bahkan mengacuhkan dirinya.
Lalu pak Basir mengatakan jika Aira akan menggantikan posisi dirinya di perusahaan.
Tidak sampai disana, saat Ibrahim kembali lagi ke rumah sakit.
Ibrahim melihat Dirga yang membawakan tas bayi Yusuf.
Rasanya kepala Ibrahim mau pecah, bahkan hati dan kepalanya sama-sama terasa panas. Niat baiknya terhadap Aira kini berubah jadi niat jahat.
“Kamu yang membuatku jadi seperti ini Aira,” gumam Ibrahim, menatap benci pada tubuh istrinya itu.
Membenarkan ucapan Sonya jika Aira memang hanyalah menginginkan harta kakek. Aira pun tidak pernah memberinya perasaan yang tulus. Semuanya hanyalah sandiwara.
“Kita lihat, sejauh apa kamu akan bertahan.” Ibrahim menyeringai.
Pria yang sedang diselimuti amarah ini sudah mengambil keputusan. Ia tak akan menceraikan Aira ataupun Sonya. Selamanya dua wanita itu akan terus menjadi istri-istrinya.
Menjadi pelampiasaan dari semua amarah yang dia punya.
Lamunan jahat Ibrahim putus, saat ia mendengar tangis Yusuf. Bayi itu bangun dan buru-buru Ibrahim menggendongnya.
“cup cup cup sayang, kita bangunkan ibu dulu ya?” ucap Ibrahim, seolah Yusuf bisa diajaknya bicara.
Aira yang sebenarnya mendengar tangis Yusuf pun tetap diam, berpura-pura jika ia sudah terlelap.
Sampai akhirnya ia merasa punggungnya di sentuh oleh Ibrahim.
“Ibu, bangun, Yusuf mau minum susu,” ucap Ibrahim lembut, suaranya bahkan penuh dengan kehangatan.
Aira mendengar itu hanya berdecih di dalam hatinya.
Bagaimana pria ini seolah memiliki dua kepribadian yang berbeda.
Aira bangkit dan mengambil Yusuf dari gendongan Ibrahim, lalu mulai menyibakkan rambutnya dan menyusui Yusuf.
Aira sedikit meringis, saat pucuk dadanya yang terluka di sesap oleh Yusuf.
“Maaf. Apa sesakit itu?” tanya Ibrahim, karena dialah yang membuat pucuk dada istrinya itu terluka. Menyesapnya terlalu dalam bahkan mengigitnya marah.
Aira hanya diam, enggan untuk menjawab.
“Aku akan memperlakukanmu dengan baik, jika kamu juga memperlakukan aku dengan baik Aira,” ucap Ibrahim, ia memegang dagu Aira bahkan mencengkramnya cukup kuat.
Aira bergeming, ia hanya menangis di dalam hati. sementara matanya seolah sudah mengering.
“Perlakukan aku seperti sebelumnya, berikan ketulusan bohongmu itu padaku. Lagipula kamu sudah mendapatkan harta kakek kan? Jadi bersandiwaralah dengan benar, perlakukan aku seperti suami yang sangat kamu cintai,” sindir Ibrahim, ia melepaskan dengan kasar cengkramannya pada dagu Aira.
Tapi Aira lagi-lagi hanya bergeming, ia memilih acuh dan menatap kearah wajah Yusuf.
***
Pagi datang.
Ibrahim ingin Aira tetap berada di kamar, sementara Ibrahim mendatangi rumah pak Basir.
Mengatakan secara langsung jika Aira ingin mencabut gugatan cerainya di pengadilan Agama.
“Baiklah Tuan, jika itu keinginan nyonya Aira saya akan mencabut gugatan itu. Tapi saya mohon, perlakukanlah Aira dan Yusuf dengan baik, seperti keinginan kakek Pram,” ucap pak Basir. Bicara pelan seperti mengajukan sebuah permohonan.
“Jika kamu menyia-nyiakan Aira lagi, lebih baik biarkan mereka tinggal bersama kami,” ucap ibu Rachel yang juga duduk disana.
Ibrahim yang mendengar itu hanya tersenyum miring.
Tentu saja kalian semua bersikap baik pada Aira, karena kini Aira wanita bodoh yang memiliki banyak uang, batin Ibrahim.
Kebencian yang sudah bersarang dihatinya membuat Ibrahim terus berpikir buruk tentang semua orang.
“Selain tentang perusahaan, aku harap pak Basir jangan terlalu dekat dengan istriku, juga anak kalian yang bernama Dirga itu, tidak perlu bersikap baik pada Aira,” balas Ibrahim.
Setelah mengatakan itu, Ibrahim segera bangkit dari duduknya dan pergi darisana.
Pak Basir dan ibu Rachel yang melihat keangkuhan Ibrahim hanya mampu menghembuskan nafasnya berat.
Mereka hanya bisa berdoa, agar secepatnya Ibrahim bisa berubah dan menerima Aira dengan baik.
Sampai di rumah, Ibrahim melihat Sonya yang beru saja keluar dari dalam kamarnya. Tapi Ibrahim memilih tidak peduli. Ia pun sama bencinya pada Sonya.
“Mas!” panggil Sonya, terpaksa Ibrahim menghentikan langkah. Urung untung masuk ke kamar Aira.
“Kamu boleh marah padaku, memakiku, tapi jangan diamkan aku seperti ini,” ucap Sonya, kini mereka sudah saling berhadapan.
“Jangan besar kepala, aku tidak menceraikanmu bukan berarti aku masih mencintaimu. Aku mempertahankanmu di rumah ini hanya untuk membat Aira semakin tersiksa!” jawab Ibrahim.
Belum sempat Sonya kembali bicara, Ibrahim sudah meninggalkannya. Masuk ke dalam kamar Aira dan menutup pintu itu dengan keras.
Sonya bahkan sampai memegangi dadanya yang terkejut.
Menatap nanar pintu kamar yang sudah tertutup.
Sonya seperti sudah tidak mengenal Ibrahim lagi.
“Kamu kenapa Mas? Kenapa jadi seperti ini?” gumam Sonya.
Sonya pun sudah tahu tentang perusahaan dan Aira yang menjadi CEO nya. Tapi Sonya tak menyangka jika Ibrahim akan bersikap seperti ini.
Harusnya hanya Aira yang dibenci oleh suaminya itu, tapi kenapa ia pun ikut dibenci juga.
Harusnya saat ini mereka bersekongkol untuk melenyapkan Aira, tapi suaminya itu malah terus bersama istri keduanya.
Berdalih ingin terus menyakiti Aira tapi terus berada disampingnya.
“Jangan bilang kamu sudah mencintai wanita itu Mas?”
“Jangan bilang kamu cemburu saat melihat Dirga di rumah sakit?”
“Jangan bilang jika saat ini kamu hanya memanfaatkan aku.”
Sonya terus bergumam memikirkan banyak kemungkinan, tentang Ibrahim yang kini sudah berubah jadi orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Akbar Razaq
Heii....Basir kemaren kau janjikan apa dan skrg sikapmu spt apa.Hanya baiklah katamu dasar kurang ajar pengacara sialan
2024-12-16
0
andi hastutty
Gara2 Sonya ibra jadi jahat maka terimalah
2024-09-06
0
Yuli Silvy
gara2 dirimu Sonya Ibra berubah jd jahat
2024-01-16
0