5 Desember 2021, Aira melahirkan.
Didampingi oleh sang suami Aira melahirkan bayi laki-laki yang sangat tampan. Bayi laki- laki itu diberi nama Yusuf Al Ibrahim Suryo.
Ibrahim bahkan sampai meneteskan air matanya haru, saat pertama kali mendengar sang buah hati menangis dengan tubuhnya yang berbercak darah.
Dengan suaranya yang gemetar, Ibrahim pun mengadzani sang anak.
Saat itu giliran Aira yang menangis, hatinya terenyuh penuh syukur. Dan saat baby Yusuf dibersihkan, Ibrahim langsung mendekati ibu dari anaknya.
Tanpa banyak bicara ia langsung mencium bibir Aira, melumaatnya dalam menunjukkan semua rasa cinta.
"Terima kasih Aira," ucap Ibrahim, hanya kata-kata itulah yang bisa ia ucapkan untuk semua pengorbanan Aira. Berjuang di antara hidup dan mati demi melahirkan sang jabang bayi.
Bahkan peluh di dahi Aira masih jelas ia lihat.
Dokter Irna yang ada disana pun hanya mengulum senyumnya. Ia pun bersyukur baby Yusuf lahir dengan selamat dan sehat.
Setelah baby Yusuf dan Aira sama-sama bersih, kakek Pram dan Sonya masuk ke dalam ruangan itu.
Ruangan bersalin yang sudah kakek Pram siapkan di rumahnya sendiri.
Kakek Pram menyambut antusias dan penuh syukur baby Yusuf, sementara Sonya berpura-purw ikut bahagia dan mengucapkan selamat.
Hatinya terasa nyeri saat ia melihat Ibrahim tidak menatapnya sedikitpun. Kedua netra Ibrahim terus menatap baby Yusuf dan Aira secara bergantian.
Sonya sungguh membenci keadaan ini.
"Mas Ibra," panggil Sonya seraya mendekat kearah suaminya.
"Sini sayang," pinta Ibra pula, dengan penuh semangat Ibrahim menunjukkan anaknya pada sang istri pertama. Aira yang melihat pemandangan itu pun tersenyum.
Ia benar-benar bersyukur mereka bertiga bisa hidup dengan rukun seperti ini.
"Kek, bolehkah aku kembali pindah ke rumah ini, aku juga ingin merawat Yusuf kek," pinta Sonya pada kakek Pram.
Kakek Pram yang sedang diselimuti kebahagiaan pun tak menaruh curiga sedikitpun, ia menyetujui Sonya untuk kembali ke rumah ini lagi.
kakek Pram bahkan berharap setelah ada baby Yusuf, Sonya pun akan berubah. Tergerak jika keibuannya dan tidak lagi selalu menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam harinya, ASI Aira mulai keluar. Dada yang biasanya kecil itu kini tampak lebih berisi. Membuat Ibrahim terus memandangnya tanpa henti.
"Mas, jangan dilihat seperti itu, aku malu," jujur Aira. Ia sedang menyusui baby Yusuf tapi Ibrahim malah terus memperhatikan dadanya lekat.
"Kenapa malu, sebelum Yusuf aku sudah lebih dulu menyusuinya," balas Ibrahim lalu tersenyum menggoda.
Sementara Aira makin malu dibuatnya.
Keduanya saling pandang penuh dengan cinta. Bahkan Ibrahim sampai lupa, kini ia sedang bersandiwara atau memang keinginan hatinya.
Tatapan keduanya terputus saat mendengar pintu kamar mereka diketuk. Aira membenahi bajunya dan Ibrahim membuka pintu.
"Um, ku kira kakek, masuklah," ucap Ibrahim pada istri pertamanya, Sonya berdiri disana dengan membawa segelas susu ibu menyusui.
Sonya masuk namun dengan hati yang membenci. Ia tak suka tiap kali mendengar Ibrahim bicara sedingin itu. Tak ada lagi kehangatan seperti dulu. Seolah ia bukan istri pertama, tapi seperti pembantu di rumah ini.
"Aku mengantarkan susu untukmu," ucap Sonya.
Bukan mau Sonya mengantarkan susu ini, tadi kakek Pram yang memintanya.
"Terima kasih Mbak," jawab Aira, jadi tak enak hati saat Sonya melayaninya seperti ini.
"Apa Yusuf sedang menyusu? aku ingin sekali menggendongnya," ucap Sonya, ingin membuat Ibrahim melihat ke arahnya saat menggendong Yusuf, ingin membuat Ibrahim kembali ingat jika harusnya ialah yang memiliki bayi ini dan bukan Aira.
Tapi belum sempat Aira menjawab pertanyaan Sonya, Ibrahim sudah lebih dulu bicara.
"Yusuf sedang menyusu, biarkan dia kenyang dulu," jawab Ibrahim, ia duduk di salah satu sofa, tidak melihat wajah Sonya yang berubah jadi kesal.
Sonya hanya bisa mengepalkan tangannya kuat. Ia belum punya waktu untuk bicara berdua dengan sang suami. Tentang rencana mereka beberapa bulan lalu.
"Baiklah, setelah Yusuf tidur, kamu istirahatlah juga," ucap Sonya pada Aira.
Dan Aira menganggukkan kepalanya patuh.
Sementara Sonya keluar dan berharap Ibrahim akan mengikuti langkahnya, tapi hingga ia sampai di luar suaminya itu tak kunjung datang.
Bahkan Sonya sampai berbalik namun tetap tidak mendapati suaminya disana.
Sonya berdecak, merasa geram sampai tak bisa berkata-kata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari berlalu.
Hari-hari yang begitu indah bagi keluarga Suryo, kecuali Sonya.
Setiap harinya Sonya disuguhi pemandangan memuakkan. Melihat Ibrahim yang memperlakukan Aira seperti seorang ratu.
Juga kakek Ibrahim yang membuat seolah Aira adalah satu-satunya istri yang Ibrahim punya.
Seperti pagi ini, setelah seminggu tidak bekerja, akhirnya Ibrahim pergi ke kantor juga.
Sonya mengantarkan suaminya itu untuk keluar dari rumah, namun sampai di teras Ibrahim malah menghentikan langkahnya.
"Tunggu, aku akan menemui Aira sebentar. Kamu masuklah kembali ke dalam kamar," ucap Ibrahim pada Sonya.
Sebuah ucapan yang membuat Sonya tak percaya.
"Untuk apalagi Mas, dia kan sudah tahu hari ini Mas akan mulai kerja," jawab Sonya sinis. Pagi tadi Ibrahim memang bersiap di kamar Sonya, semenjak subuh ia belum melihat Aira dan Yusuf.
"Sebentar saja, aku ingin menemui Yusuf."
Jika Yusuf sudah dibawa-bawa seperti ini, Sonya tidak bisa mengelak lagi.
"Tapi nanti Mas terlambat," cegah Sonya yang belum menyerah.
"Itu bukan masalah," balas Ibrahim, mempermudah semuanya.
Lalu tanpa banyak perdebatan lagi, Ibrahim pun kembali masuk dan naik ke lantai 2. Ia sedikit berlari dan menuju kamar istri keduanya.
Tanpa mengetuk pintu Ibrahim langsung masuk.
Disana ia melihat Aira yang baru saja selesai mandi, sementara Yusuf masih dibersihkan oleh bik Sumi. Sepertinya Yusuf baru saja pup.
"Aira," panggil Ibrahim, membuat Aira dan bik Sumi menoleh ke sumber suara.
"Loh, kok Mas masih disini, ku kira sudah pergi," ucap Aira, ia sedikit terkejut juga saat melihat sang suami malah masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu tidak senang aku datang?" jawab Ibrahim, memasang wajah memelas.
Bik Sumi yang melihat itu mengulum senyumnya, lalu berbalik dan memberi privasi pada tuannya yang mulai mendekati sang istri.
Sampai dihadapan Aira, Ibrahim langsung menarik pinggang istrinya, melabuhkan sebuah ciuman dalam di bibir ranum itu. Bibir yang selalu membuatnya ingin berlama-lama menyesap.
"Aku akan pulang lebih awal," ucap Ibrahim setelah melepaskan pagutannya.
Aira tak langsung menjawab, masih menormalkan nafasnya yang menderu.
Tanpa disadari oleh semua orang, jika Sonya melihat semua itu dibalik pintu. Ia mengepalkan tangannya kuat, hatinya pedih sekali melihat suaminya berkhianat seperti ini.
"Jangan permainkan aku Mas," gumam Sonya, ia sungguh geram.
Melihat Ibrahim hendak keluar, Sonya buru-buru pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
andi hastutty
Ya ya mulai ada cinta
2024-09-06
0
sri Hartati_
Aku baci 18 Agustus 2024. berrti udah 3 THN dong
2024-08-18
0
Cantika
Dan aku bacanya tanggal 6 Juli 2024 😁
2024-08-06
1