Ibrahim tidak hanya berhasil membuat Aira percaya bahwa ia sudah berubah. Ibrahim juga berhasil membuat kakek Pram dan seluruh pelayan di rumah ini percaya bahwa ia dan Aira sudah saling menerima bahkan mulai tumbuh benih-benih cinta diantara keduanya.
Kini pun Aira sudah tak segan untuk bicara lebih dulu pada suaminya itu.
Juga memanggil Ibra dengan sebutan Mas.
Seperti pagi ini ....
"Mas, ayo bangun, kita shalat subuh sama-sama," ajak Aira pada sang suami. Aira sudah rapi, ia bahkan sudah menggunakan mukenah nya yang berwana baby pink, membuat wajahnya makin berseri.
Berulang kali Aira menggoyangkan bahu suaminya dengan lembut, berharap Ibrahim akan segera bangun.
Usahanya itu membuahkan hasil, dilihatnya Ibrahim yang mulai menggeliat, mengusap-usap matanya dan perlahan membuka mata.
Sudah satu bulan ini setiap subuh hal pertama yang Ibrahim Lihat saat membuka matanya adalah wajah Aira yang semakin hari semakin terlihat cantik. Tidak hanya putih namun nampak berseri.
Keteduhan wajah Aira bahkan mampu membuatnya tenang meski hanya memandang.
"Baiklah, tunggu sebentar," jawab Ibrahim dengan suaranya yang parau, khas orang bangun tidur. Perlahan pula Ibrahim bangkit.
Di awal-awal Aira selalu mengajaknya untuk shalat berjamaah seperti ini sebenarnya Ibrahim hanya terpaksa, namun lambat laun kini pun ia jadi terbiasa, meskipun Aira masih harus membangunkannya lebih dulu.
Jika dilihat kasat mata, rumah tangga ibrahim dan Aira memang sungguh luar biasa, seolah kini tidak ada cacatnya sedikitpun.
Ibrahim yang membaca doa dan Aira yang mengamini.
Perasaan tenang tentu menghampiri keduanya tiap kali sehabis melaksanakan shalat seperti ini.
"Hari ini aku tidak masuk kerja, aku akan menemanimu memeriksakan diri dengan dokter Irna," ucap Ibrahim sesaat setelah Aira mencium punggung tangan kanannya takzim.
"Tapi kan aku periksanya di rumah Mas, tidak perlu di temani juga tidak apa-apa," jawab Aira apa adanya.
Kakek Pram sudah menyiapkan ruangan khusus medis untuk Aira di rumah ini. Semua alat-alat ia sediakan demi sang cucu menantu kesayangannya, hingga Aira tidak perlu repot pergi ke rumah sakit ketika memeriksakan kandungan.
"Aku ingin mendampingi kamu Aira, aku ingin dengar detak jantung anak kita," ucap Ibrahim sungguh-sungguh. Hingga usia kehamilan Aira memasuki usia t bulan ia belum juga mendengar detak jantung anaknya.
Dan kali ini Ibrahim tak ingin hilang kesempatan. Ia memutuskan untuk libur sehari demi memeriksakan kondisi sang anak.
Mendengar ucapan Ibrahim itu Aira langsung tersenyum secara alami, perasaan bahagia yang ia rasa tak bisa di tutup-tutupi.
Berulang kali bersyukur pun rasanya belum cukup untuk membayar semua bahagia yang kini ia dapat.
Apa lagi saat mendengar Ibrahim yang berucap Anak Kita, makin membuat Aira melayang entah kemana.
"Boleh tidak?" tanya Ibrahim karena Aira hanya diam.
Ibrahim tidak tahu jika kini Aira terlalu bahagia hingga membuatnya kesulitan untuk bicara.
"Iya Mas, tentu saja boleh, aku semakin bahagia jika Mas selalu menemani," balas Aira akhirnya.
Ibrahim pun tersenyum kecil, kebahagiaan Aira itu memang nampak jelas di wajahnya.
Mudah sekali membahagiakanmu. Batin Ibrahim.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam 8 pagi setelah sarapan, dokter Irna sampai di rumah kakek Pram. Aira dan Ibrahim yang sudah menunggu sedari tadi pun lantas langsung mengajak dokter Irna untuk menuju ruang pemeriksaan.
Di sana, satu per satu kondisi Aira dan kandungannya di periksa. Sampai akhirnya detak jantung si jabang bayi terdengar sampai ditelinga ibrahim.
Mendengar detak jantung itu Ibrahim pun merasakan debaran yang tak biasa. Senang dan haru bercampur menjadi satu dan tak bisa ia jabarkan menggunakan kata-kata.
Anaknya benar-benar tumbuh di dalam perut Aira.
Selesai semua pemeriksaan, kini sesi konsultasi. Dokter Irna melakukan tanya jawab dengan Ibrahim dan juga Aira tentang banyak hal.
Ibrahim bahkan lebih berantusias untuk bertanya bagaimana caranya agar sang anak tumbuh dengan sehat.
Dengan telaten dokter Irna menjelaskan satu per satu. Sampai akhirnya konsultasi itu usai.
Namun satu yang membuat dokter Irna bertanya-tanya dan sedikit mengganjal di hati. Biasanya disaat seperti ini baik istri ataupun suami akan bertanya boleh tidaknya berhubungan disaat sedang hamil.
Tapi baik Ibrahim ataupun Aira tidak ada satupun yang bertanya tentang itu, bahkan sedikitpun tidak ada pembahasan ke sana.
Padahal berhubungan dalam keadaan hamil seperti ini sangat membantu, bukan hanya memperbaiki suasana hati ibu, berhubungan suami istri juga membantu jalan lahir bayi nanti.
Merasa Ibrahim dan Aira tidak akan bertanya, akhirnya dokter Irna yang lebih dulu buka suara.
"Satu lagi Tuan Ibra, berhubungan badan saat sedang hamil juga dianjurkan, apalagi jika selama berhubungan bada Nyonya Aira tidak mengalami keluhan. Hubungan badan ini nanti akan membantu memperlancar jalan lahir bayi," jelas dokter Irna.
Membuat Ibrahim dan Aira membeku seketika. Bahkan keduanya sama-sama menelan ludah dengan susah payah.
Pasalnya hingga kini mereka belum pernah melakukan hubungan badan lagi, hanya dulu saat malam pertama.
"Baik Dok," jawab Ibra, memberi isyarat jika ia paham akan ucapan dokter Irna.
Memeriksakan kandungan sudah, berkonsultasi pun sudah, dokter Irna juga bahkan sudah meninggalkan kediaman keluarga Suryo.
Namun saran terakhir dokter Irna masih terngiang-ngiang dengan jelas di pikiran Ibrahim dan Aira.
Membuat keduanya kembali canggung dengan perasaan yang entah.
Apalagi bagi Ibrahim yang hingga kini masih mengingat rasa manisnya tubuh Aira kala itu. Aira masih suci saat ia menyentuhnya.
Sensasi berbeda yang tidak pernah ia dapatkan dari istri pertamanya.
Bahkan karena menyentuh Aira saat itu ia jadi tak terlalu bersemangat saat menyentuh Sonya.
Tak ingin kalah dengan nafsunya sendiri karena itulah Ibrahim selalu menghindari Aira. Enggan tidur di ranjang yang sama dan selalu memalingkan wajah saat bicara.
Namun tadi dokter Irna mengatakan dengan jelas jika ia dan Aira harus sering berhubungan demi si jabang bayi.
Benar, ini semua demi anakku. Batin Ibrahim, mencari pembenaran.
Karena kini keinginan untuk menyentuh Aira makin menguasai dirinya.
Dan saat malam hari datang, Ibrahim memeluk erat tubuh Aira dari arah belakang saat sang istri baru saja membasuh wajahnya di dalam kamar mandi.
Diperlakukan seperti ini membuat tubuh Aira berdesir. Darahnya memanas seketika.
Bahkan napas hangat Ibra sudah memenuhi ceruk lehernya.
Satu tangan Ibrahim mengelus perut Aira dengan sayang, lalu perlahan menelusup dan masuk ke dalam sana.
Mengelus perutnya secara langsung tanpa ada penghalang.
"Bolehkah?" tanya Ibra dengan suaranya yang berat.
Sementara Aira langsung meneguk salivanya dengan susah payah, bayangan Ibra yang memperlakukannya dengan kasar di malam pertama mereka masih terekam jelas diingatan. Bahkan setelah melakukannya Ibrahim langsung pergi begitu saja.
"Aira," panggil Ibrahim lirih, kedua netranya sudah dipenuhi oleh kabut.
Dan setelahnya, Aira tak lagi bisa melawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kazugata
awalnya sandiwara, ternyata cinta dan bucin kan mas Ibra???
2025-01-13
0
ALNAZTRA ILMU
kan mudah.. tak pkee uang
2025-01-16
0
andi hastutty
Apakah kemauan atau sandiwara ?
2024-09-06
0