Aira kira saat matanya terbuka ia tak akan mendapati sang suami di sampingnya. Aira kira bahwa ini semua hanyalah mimpi. Tentang sentuhan lembut Ibrahim sebelum tidur siangnya tadi.
Namun ternyata semua kira-kira itu salah, membuat Aira tersenyum kecil saat matanya sudah terbuka sempurna.
Ternyata ini bukan mimpi, bahkan mas Ibra masih berada disini. Batin Aira.
Lengan kiri Ibra bahkan masih setia menjadi bantalan bagi Aira.
Sekarang aku jadi bingung, aku harus bagaimana? bangun atau pura-pura tidur sampai mas Ibra bangun.Batin Aira lagi, tanpa sadar ia terus membuat gerakan yang membuat Ibrahim terbangun juga dari tidur siangnya.
Membuat tatapan keduanya bertemu dengan jarak yang begitu dekat.
Deg!
Saat itu juga Aira merasa jantungnya berhenti berdetak, ia sungguh terkejut dan takut sekaligus.
Bahkan Aira sudah menyiapkan hatinya untuk mendapatkan kata-kata kasar dari sang suami.
"Kamu sudah bangun?" tanya Ibrahim dengan suaranya yang khas, terdengar dingin. Namun kini terasa sedikit berbeda bagi Aira. Suara Ibrahim terdengar lebih lembut dari biasanya.
Ibrahim bahkan tidak mengeluh tentang tangannya yang terasa kebas.
Mereka sama-sama bangun, tapi Ibrahim turun lebih dulu.
"Tunggulah disini, aku akan menyiapkan air hangat untukmu," ucap Ibrahim lalu segera berlalu dari sana dan masuk ke dalam kamar mandi.
Aira tergugu, masih tidak percaya jika ini nyata.
"Benarkah itu mas Ibra?" tanya Aira dengan bergumam, bertanya pada dirinya sendiri yang sedang gamang.
"Apa yang terjadi? kenapa mas Ibra berubah begitu cepat?" tanyanya lagi.
Tapi sebanyak apapun pertanyaan Aira tetap saja ia tidak mampu menemukan jawabannya. Bahkan Aira pun tidak berani untuk menanyakannya secara langsung kepada Ibrahim.
Yang bisa Aira lakukan hanyalah menuruti semua perintah Ibrahim dan menikmati rasanya diperhatikan.
Aira bahkan terus tersenyum saat berendam di air hangat yang sudah sisipkan oleh sang suami.
"Apa besok mas Ibra akan tetap seperti ini?" tanya Aira lagi, dengan penuh banyak pengharapan di hatinya.
"Ah tidak mungkin, ku rasa nant8 malam mas Ibra akan kembali mendiamkan ku," putus Aira, lalu kini senyum getir yang ia punya.
Tapi lagi-lagi dugaan Aira itu salah. Selepas makan malam bersama dab kembali ke dalam kamarnya. Ibrahim terus menunjukkan sikapnya yang berbeda.
Ibrahim memperlakukan Aira dengan begitu baik dan penuh kelembutan.
Tidak ada lagi Ibrahim yang selalu menatapnya dingin, tidak ada lagi Ibrahim yang selalu bicara dengan nada tinggi.
Jujur saja Aira merasa senang akan perubahan suaminya itu. Namun tidak bisa dipungkiri oleh Aira bahwa ia juga merasakan takut.
Takut jika ini semua hanya sementara. Takut jika ini hanya akan menjadi angan-angannya.
"Kenapa melamun? kenapa kamu tidak bicara sebelum aku bertanya?" tanya Ibrahim pada sang istri.
Kini mereka sudah naik ke atas ranjang, sama-sama berbaring dan menatap langit-langit kamar.
Di tanya seperti itu saja sudah membuat Aira bingung sendiri harus menjawab apa. Ia selalu takut salah jika sudah berhadapan dengan Ibrahim.
"Maa Tuan, dulu anda melarang saya untuk bicara," jawab Aira akhirnya, diam pun rasanya bukan keputusan yang tepat.
"Apa dulu Sonya yang memintaku memanggilku Tuan?"
Aira terdiam.
Bukan hanya Nyonya Sonya yang memintaku untuk memanggil anda Tuan, tapi aku pun merasa tak pantas untuk memanggil lain dari itu. Batin Aira.
Karena Aira hanya mampu memanggil Ibra dengan sebutan Mas jika hanya dalam hatinya.
"Mulai sekarang panggil aku Mas, kamu juga bisa mulai mengurus keperluanku jika kamu mau," timpal Ibra lagi karena Aira hanya diam.
Diamnya Aira yang juga membuat ia benci.
Kenapa?
Tapi pertanyaan itu juga tidak mampu untuk Aira keluarkan.
Sampai akhirnya lagi-lagi Ibra yang buka suara.
"Mendekat lah, tidur di lenganku," pinta Ibra.
Dan tanpa bicara Aira hanya bisa menurutinya. Ia menggeser tubuhnya hingga berada di dekapan sang suami.
Bahkan aroma tubuh Ibra langsung memenuhi penciumannya.
"Kamu boleh memelukku jika kamu mau," ucap Ibra lagi dan lagi-lagi Aira pun menuruti.
Malam ini adalah malam pertama mereka tidur dengan saling memeluk. Ibrahim terus mengelus punggung Aira hingga akhirnya istri keduanya ini terlelap.
Perubahan sikap Ibrahim itu terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya.
Membuat hati Aira tersentuh dan mulai percaya jika cinta itu akan tumbuh diantara mereka.
Mulai percaya jika rumah tangga mereka pun akan terjalin untuk waktu yang lama, untuk selamanya.
Mulai percaya bahwa mereka akan menjadi keluarga yang utuh, apalagi saat anak mereka lahir kelak.
Tak sulit memang untuk membuat Aira jatuh cinta. Bahkan hanya dengan sandiwara yang Ibrahim lakukan, Aira sudah menyerahkan semua hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ALNAZTRA ILMU
kelak. kamu dicerai Aira.. kesian
2025-01-16
0
komalia komalia
kasihan aira
2025-01-27
0
andi hastutty
Hem aira nanti bakalan sakit hati
2024-09-06
0