Malam ini terasa sangat berbeda dengan malam pertama mereka beberapa bulan lalu. Dulu Ibra memperlakukan Aira begitu kasar, seolah istri keduanya itu bukanlah orang yang berharga.
Namun malam ini, Ibrahim bahkan mengecupi seluruh wajah Aira dengan penuh kasih sayang. Kelembutan demi kelembutan Aira dapatkan. Membuat matanya yang menahan takut perlahan mulai terbuka dan berani melihat sang suami yang tengah mengukungnya.
Tatapan keduanya bertemu dengan kedua inti yang saling menyatu.
"Maafkan aku tentang dulu Aira, aku akan menebusnya," ucap Ibrahim. Setelahnya Aira kembali menutup mata, saat sang suami kembali meraup bibirnya.
Malam ini benar-benar malam yang indah bagi Aira. Bahkan tubuhnya pun mulai bergerak membalas semua sentuhan sang suami.
Ketakutannya tentang sentuhan itu sudah menghilang, bahkan kini ia begitu mendamba sentuhan Ibra.
Tak hanya satu kali pelepasan yang Aira dapatkan, berulang kali ia terus merasa melayang. Berbagi peluh hingga fajar datang.
Pagi itu Ibra bahkan memeluk erat tubuh polos Aira, tak ingin sedikitpun ada angin yang sampai membuat istrinya merasa dingin.
Dan Aira pun membalas pelukan itu seraya menyembunyikan wajahnya didada bidang sang suami.
Rasanya malam pertama mereka adalah malam ini, malam panjang yang begitu indah.
"Aku akan libur lagi," ucap Ibrahim, membuat Aira terkekeh pelan di dalam dekapan sang suami.
"Kenapa?" tanya Aira diantara kekehannya.
"Kemarin aku menghabiskan waktu anak kita, sekarang aku akan menghabiskan waktu dengan ibu dari anakku," balas Ibrahim.
Kata-kata yang terdengar begitu manis di telinga Aira. Membuat senyumnya terus muncul dengan kedua pipi yang merah merona.
Aira tak bisa membalas ucapan itu, ia hanya semakin memeluk Ibrahim erat.
Bahkan saat Ibrahim mengajaknya untuk mandi bersama Aira pun menurut, ia menjadi istri yang begitu patuh.
Di dalam sana keduanya kembali menyatu, menciptakan kenangan indah di tiap sudut kamar ini.
Aira yang awalnya malu-malu pun mulai berani untuk menggerakan tubuhnya diatas tubuh sang suami.
Hingga akhirnya ambruk dan membuat air di dalam bathup itu menjadi tenang sejenak. Lalu kembali berombak saat Ibrahim mengambil alih kendali.
Cukup lama mandi bersama akhirnya mereka keluar juga. Ibrahim menggendong Aira seperti pengantin baru. Bahkan berulang kali mencuri ciuman di bibir ranum sang istri.
Tubuh Aira yang kini membuatnya candu.
Pagi itu bahkan Ibrahim membantu Aira untuk mengganti bajunya lalu meminta sang istri untuk duduk di sofa dan menunggu.
"Tunggulah disini, aku akan meminta bik Sumi untuk mengantarkan sarapan kita ke kamar," ucap Ibrahim, satu tangannya mengelus rambut Aira yang masih basah.
Dan dilihatnya Aira yang menganggukan kepalanya patuh.
Sungguh Ibrahim suka sekali melihat sikap Aira yang patuh seperti ini.
Aira menunggu dan Ibrahim turun ke lantai 1, menuju dapur dan hendak memerintahkan bik Sumi untuk mengantarkan sarapan mereka ke kamar.
Namun langkah Ibrahim perlahan melambat saat ia melihat ada istri pertamanya di meja makan, duduk bersama dengan kakek Pram.
Seketika itu juga Ibrahim menelan salivanya dengan susah payah. Tiba-tiba takut ketahuan Sonya jika semalam ia sudah melewati malam panas bersama Aira.
"Sayang, kamu disini," sapa Ibrahim, ia menghampiri Sonya dan mengecup pucuk kepalanya.
Sonya hanya mengangguk saja, sedikit heran saat melihat rambut Ibrahim basah disaat jam seperti ini, jam 8 pagi. Biasanya Ibrahim mandi jam 6 pagi dan 7 rambutnya sudah kering.
Tapi Sonya segera menepis pikiran buruk di kepalanya, ia tidak ingin berasumsi yang aneh-aneh.
"Dimana Aira?" tanya Sonya.
Sebuah pertanyaan yang membuat kedua netra Ibrahim langsung membola.
"Oh iya, Bik Sumi tolong siapkan sarapan untuk Aira, dia menunggu di kamar," ucap Ibra pada Bik Sumi.
Bik Sumi pun langsung mengangguk antusias, dia senang sekali tiap melihat perhatian tuan Ibra seperti ini.
Lain halnya dengan Sonya yang makin menatap curiga pada suaminya.
Ah iya, memang inikan sandiwaranya. Memperlakukan gadis kampung itu dengan baik. Batin Sonya, lalu bernapas lega.
Saat bik Sumi mengantarkan sarapan Aira ke kamarnya, Sonya ikut. Sonya pun menemui Aira dan mulai memainkan perannya. Peran sebagai istri pertama yang baik, yang menerima madunya dengan baik pula.
Saat pintu terbuka Aira menyambut dengan senyum yang terkembang, ia kira Ibrahim kembali. Namun perlahan senyum itu surut saat ia melihat yang datang bukanlah Ibrahim melainkan istri pertama suaminya, nyonya sonya.
Aira sontak berdiri, lalu mempersilahkan Sonya untuk duduk.
Sementara bik Sumi meletakkan nampan yang ia bawa dan meminta Aira untuk menghabiskan sarapannya. Lalu pergi dari sana dan meninggalkan Aira dan Sonya berdua di sana.
"Nyonya," sapa Aira dengan wajahnya yang sedikit menunduk, ia masih berdiri sementara Sonya sudah duduk si sofa itu.
Melihat rambut basah Aira benar-benar membuat Sonya tak nyaman. Pikiran buruk itu kembali terngiang di kepalanya, ia berpikir jika baru saja Aira dan Ibra mandi bersama atau telah melewati malam bersama.
Tidak, itu tidak mungkin. yakin Sonya di dalam hati.
"Aira, duduklah disini dan tidak perlu memanggilku Nyonya," ucap sonya.
Membuat Aira tak percaya katakata itu ia dengar dengan lembutnya.
Bahkan tak sampai disana, Sonya pun meminta maaf kepada Aira tentang perlakuan buruknya selama ini. Sonya mengatakan jika ia merasa iri karena Aira bisa hamil sementara ia tidak.
Mendengar itu tentu saja Aira merasa iba, bahkan mengatakan kepada Sonya jika anak yang ia kandung kelak juga akan menjadi anak Sonya.
Sonya lantas memeluk Aira erat, mengucapkan banyak kata terima kasih dengan seringai dibalik punggung Aira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Esti Esti
Kemaren jijik
2025-01-15
0
andi hastutty
Aira di manfaatkan kepolosannya
2024-09-06
0
Yuli Silvy
kesihan Aira ny d bohongi SM suami sndri😥
2024-01-15
1