“Nyonya, ikutlah bersama saya,” ucap pak Basir, ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Aira yang sudah bersimpuh di lantai.
Mengetuk berualng kali pintu rumah itu namun tetap tak membuahkan hasil.
“Yusuf Pak, bagaimana dengan Yusuf, dia menangis Pak, aku tidak bisa pergi, aku harus bersama Yusuf,” jawab Aira, masih belum habis juga air dimatanya, ia terus menangis memikirkan nasib sang anak.
“Tenanglah Nyonya, di dalam ada Bik Sumi, Bik Sumi pasti akan menjaga tuan Yusuf dengan baik,” jela pak Basir, mencoba menenagkn Aira. Untunglah di dalam sana ada Bik Sumi.
Mendnegar nama Bik Sumi di sebutkan pun Aira sedikit merasa lega.
“Benar, ada bik Sumi di dalam. Tapi aku tidak bisa berpisah dengan Yusuf Pak, aku tidak bisa.”
“Saya akan membuat Yusuf kembali pada anda Nyonya, tapi ihklaskan malam ini saja, biar malam Yusuf bersama ayahnya. Anda tidak bisa berada disini semalaman, ikutlah bersama saya,” jelas pak Basir lagi, ia terus memberi pengertian pada Aira jika ini hanyalah sementara.
Besok dan selemanya, Yusuf akan terus bersama Aira. Ibu yang berhak sepenuhnya terhadap sang anak.
‘Yusuf di dalam menangis Pak.”
“Ada Bik Sumi.” Pak Basir bahkan langsung menghubungi ponsel Bik Sumi saat itu juga dan saat panggilanya terhubung, pak Basir segera menyerahkan ponsel itu kepada Aira.
Aira kembali menangis, terus ia mencemaskan sang anak yang tengah menangis.
Sementara bik Sumi sama seperti pak Basir tadi, terus menenangkan Aira bahwa semuanya baik-baik saja.
“Yusuf akan baik-baik saja Nyonya, saya bersumpah akan menjaga dia. Lebih baik Nyonya malam ini ikut bersama pak Basir, saya yakin pak Basir sudah memiliki rencana untuk membuat Yusuf kembali kepada anda.” Jelas Bik Sumi.
Penjelasan yang akhirnya di terima oleh Aira yang sudah diselimuti rasa cemas, takut dan gelisah.
“Baik Bik, aku titip Yusuf, jangan buat dia menangis Bik.”
“Baik Nyonya, percayalah kepada saya,” jawab bik Sumi dengen berat hati. karena nyatanya kini tangis Yusuf pun masih terdengar. Sementara ia dilarang untuk mendekat.
***
Malam itu hujan gerimis.
Pak Basir mengajak Aira untuk pulang ke rumahnya.
Istri pak Basir pun langsung menyambut dengan sebuah pelukan hangat. Ia sudah tahu semua yang dialami oleh manjikan suaminya ini dan dia sungguh merasa iba.
Istri pak Basir yang bernama ibu Rachel pun membawa Aira untuk masuk. Mendudukkan Aira yang masih menangis di ruang keluarga.
“Sabar sayang, istigfar, semuanya akan baik-baik saja, disana ada bik Sumi kan?” tanya ibu Rachel dan Aira hanya mengangguk saja sebagai jawaban, seuaranya seolah habis. IA tak bisa lagi berucap.
Merasa iba dan tidak bisa menunda terlalu lama, akhirnya pak Basir menuju ruang kerjanya dan mengambil beberapa berkas.
Lalu kembali menemui istrinya dan Aira di ruang tengah.
Dilihat oleh Basir, sang istri yang membantu Aira untuk minum segelas Air putih.
Melihat Aira yang tak menangis lagi, akhirnya pak Basir buka suara.
“Nyonya, tolong dengarkan saya,” ucap pak Basir, mulai bicara dan memecah keheningan disana.
“Kita tidak akan pernah bisa bicara baik-baik dengan tuan Ibrahim dan nyonya Sonya, saya sudah hapal betul bagaimana tabiat mereka,” jelas pak Basir.
Aira hanya mendengarkan, merasa lebih tenang karena ibu Rachel terus memberinya pelukan.
“Apa tuan Ibra sudah menjatuhkan talak kepada Anda?”
Aira mengangguk.
“Apa anda ingin bercerai dengan beliau?”
Aira tak langsung menjawab, ia nampak ragu. Disatu sisi ia ingin rumah tangganya tetap utuh, memberi keluarga lengkap untuk sang anak seperti keinginan kakek Pram dalam wasiatnya. Namun disisi lain, ia tak ingin pernikahan ini bertahan jika dia harus kehilangan Yusuf.
“Aku hanya ingin Yusuf Pak,” jawab Aira lirih.
“Kalau begitu besok saya akan langsung memasukkan gugatan cerai anda ke pengadilan...”
“Hak asuh Yusuf pasti akan jatuh ke tangan Anda, bahkan besok kita bisa meminta bantuan dari pengadilan untuk mengambil paksa Yusuf dari tuan Ibrahim.”
“Setelah Yusuf bersama Anda, Anda memiliki kekuasaan yang lebih kuat dibanding tuan Ibrahim dan Nyonya Sonya. Anda harus mengambil kekuasaan itu untuk melawan mereka.”
“Apa maksudnya Pak, saya tidak mengerti,” tanya Aira, ia sungguh bingung, belum mengerti arah pembicaraan pak Basir. Yang ada dikepalanya hanyalah bagaimana caranya agar Yusuf segera kembali ke pelukannya.
Dan mendengar pertanyaan itu, kini pak Basir menjelaskan lebih rinci. 1 minggu lalu saat pembacaan surat wasiat, Sonya mendapatkan bagian 20 persen kekayaan kakek Pram. Namun hanya dalam waktu semalam Sonya sudah
menjual 10 persen kekayaan itu dan ditukarkan dengan barang-barang mewah. Diam-diam pak Basir yang membelinya menggunkan uang milik Aira.
Bahkan membuat harta itu kini atas nama Aira.
Jika di total, kini Aira dan Yusuf memiliki 55 persen, sementara Ibrahim dan Sonya hanya memiliki 40 persen.
Dengan demikian, Aira jauh lebih berhak untuk memimpin SM Corp di bandingkan Ibrahim dan Sonya.
Dengan menjadi pemimpin disana, maka Aira bisa mengendalikan kedua orang itu.
“Ta-tapi saya tidak bisa Pak, saya bahkan tidak tahu itu perusahaan apa,” jawab Aira, ia masih saja bingung meski pak Bair sudah menjelaskan panjang lebar.
Sampai akhirnya seorang pria berwajah dingin mendatangi mereka. Lalu duduk disebelah pak Basir.
Dirga adalah anak pak Basir dan ibu Rachel yang juga berprofesi sebagai pengacara. Cukup banyak ia tahu cerita tentang majikan ayahnya ini.
Awalnya Dirga ingin acuh, saat melintas tadi ia pun ingin melewati semua orang begitu saja.
Namun saat melihat wajah Aira yang nampak polos dan lugu membuat langkahnya terhenti.
Sampai kapanpun wanita seperti Aira akan terus dipermainkan oleh orang-orang jahat itu.
“Biar aku yang jelaskan Yah,” ucap Dirga pada sang ayah.
Dan pak Basir pun menganggukkan kepalanya.
“Untuk mendapatkan Yusuf kamu harus melawan mereka, berhenti jadi istri penurut dan wanita yang lemah. Bangkit dan lawan mereka. Bila perlu hancurkan orang-orang yang ingin memisahkanmu dari Yusuf,” jelas Dirga.
Membuat Aira akhirnya mengerti apa yang harus ia lakukan selanjutnya, melawan.
“Kelemahan mereka hanya uang dan kekuasaan Aira, jika mereka tidak memiliki keduanya mereka akan hancur. Apa kamu mengerti?”
Aira mengangguk, “Tapi bagaimana caranya tiba-tiba aku jadi pemimpin di perusahaan?”
“Serahkan semuanya pada Ayah.” Putus Dirga dengan cepat.
Bicara dan melihat Aira dari dekat seperti ini membuat Dirga pun ikut geram dengan Aira. Aira benar-benar wanita yang lugu, membuatnya jadi kesal.
Bahkan setelah mengatakan itu Dirga segera bangkit dari duduknya dan segera berlalu dari sana.
Tanpa bicara ia langsung pergi dan masuk ke dalam kamarnya.
“Apa kamu mengerti sekarang Aira?” tanya ibu Rachel, melihat sikap anaknya yang dingin itu membuatnya jadi tak enak hati sendiri.
“Insya Allah Bu, insya Allah aku mengerti. Aku harus melawan mas Ibra dan mbak Sonya, karena mereka tidak akan memberikan Yusuf dengan suka rela.”
Ibu Rachel mengangguk, terus mengelus punggung Aira yang dingin.
“Jadilah wanita yang tangguh dan rebut Yusuf kembali.” Kini Pak Basir yang berucap.
Membuat Aira kembali yakin jika Yusuf akan segera kembali padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Nining Chili
smoga aira kuat
2024-03-06
0
Yuli Silvy
syukur la msh ada org yg baik nolongin Aira, semangat 💪
2024-01-16
0
Mujiono Año
semangat
2023-12-30
0