Pagi tadi makan terlalu banyak membuat Aira merasa kini perutnya tak nyaman. Terasa penuh dan itu sangat menyiksa. Rasanya ingin sekali ada yang mengelus-elus perutnya itu agar jadi lebih lega.
Namun tahu jika semuanya harus ia hadapi sendiri, akhirnya Aira hanya bisa menahan rasa tak nyaman ini sendirian.
Sehabis shalat zuhur ia memutuskan untuk berbaring di atas ranjang. Berharap setelah merebahkan tubuhnya rasa sakit yang ia rasa
bisa sedikit mereda.
Namun nyatanya dugaan ia salah, berulang kali
merubah posisi tidur tetap saja membuat perutnya tak nyaman.
Aira bahkan sampai tidak turun untuk makan siang.
Kakek Pram yang merasa cemas pun memerintahkan bik Sumi untuk memeriksa keadaan cucu menantunya itu.
Dan dengan patuh bik Sumi pun menuruti. Ia
mendatangi kamar nyonya Aira dengan membawa nampan berisi makan siang
sekaligus. Lengkap dengan satu gelas susu ibu hamil dan irisan buah sebagai
cemilan.
Berulang kali mengetuk pintu dan bik Sumi tidak mendapatkan sahutan, saat bik Sumi mencoba memutar kenop pintu itu ternyata
pintunya tidak terkunci.
Dengan perasaan yang semakin cemas akhirnya bik Sumi
memutuskan untuk masuk meski pun belum mendapatkan izin dari sang pemilik
kamar.
“Nyonya Aira!” panggil Sumi dengan suaranya yang meninggi. Ia melihat Aira yang menggigil di atas tempat tidur.
Lalu buru-buru meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja dan segera menghampiri sang nyonya.
Memeriksa Aira langsung dan mendapati Aira yang banyak mengeluarkan keringat dingin.
“Ya Allah Nyonya, kenapa tidak bilang jika anda
sakit,” ucap bik Sumi dengan nada marah. Sudah berulang kali ia mengatakan jika
ada sesuatu yang terjadi Aira harus segera memberi tahu semua orang.
Bahkan bik Sumi pun berulang kali mengatakan jika disini Aira tidak sendiri, kakek Pram, dia dan semua pelayan adalah keluarganya.
Bik Sumi tahu, jika nyonya Sonya dan Tuan Ibra belum menerima Aira dengan sepenuh hati.
“Aku baik-baik saja Bik, hanya saja perutku rasanya tidak nyaman,” jawab Aira lirih, ia menggerakkan tubuhnya berulang mencari
posisi yang nyaman namun tak kunjung ia temukan.
“Saya akan memanggil dokter Irna,” ucap bik Sumi.
Dokter Irna adalah dokter kandungan Aira. Dokter yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Suryo dan di perintahkan kakek Pram
untuk menjadi dokter kandungan pribadi Aira. Jadi jika Aira membutuhkan tenaganya makan Irna akan langsung segera datang ke rumah ini.
“Tidak perlu Bik, saya baik-baik saja kok,” jawab
Aira lagi yang terus bersikukuh bahwa ia baik-baik saja.
Melihat itu, bik Sumi makin merasa iba. Ia juga
yakin jika Aira memang baik-baik saja. Aira hanya ingin mendapatkan perhatian
lebih dari sang suami. Namun sayangnya Ibrahim sedikitpun tidak peduli.
“Nyonya tunggu disini sebentar, saya akan segera kembali,” ucap bik Sumi dan Aira pun mengangguk.
Dengan langkahnya yang tergesa, bik Sumi segera keluar dari dalam kamar Aira. Ia bahkan buru-buru turun ke lantai 1 dan menemui
kakek Pram yang sudah menunggu.
“Bagaimana?” tanya kakek Pram saat bik Sumi sudah berdiri persis di hadapannya. Kakek Pram bertanya dengan suaranya yang
terdengar jelas begitu cemas.
Dan saat itu juga bik Sumi menyampaikan semua keluh kesahnya, seolah ia adalah Aira.
“Nyonya Aira butuh perhatian tuan Ibra Tuan besar, dia merasa tidak nyaman dengan perutnya. Saya yakin jika tuan Ibra mau merawat nyonya Aira, beliau akan segera sembuh,” jelas bik Sumi, itulah hasil
pengamatannya selama di atas tadi.
Dan mendengar keluh kesah bik Sumi, kakek Pram pun menyetujuinya. Bukan hanya Aira, tapi cicitnya pun pasti menginginkan perhatian
sang ayah.
“Aku akan meminta Ibra untuk pulang,” ucap kakek Pram mengambil keputusan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sm Corp.
Ibrahim dan Sonya tengah menikmati makan siang bersama di ruang kerja Ibra. Sesekali keduanya saling bertukar tawa dan canda.
Sampai akhirnya getar ponsel Ibra mengalihkan
perhatian mereka berdua.
“Kakek,” ucap Ibra setelah melihat panggilan yang masuk.
Sonya hanya mengangguk saja dan membiarkan suaminya
itu untuk menjawab panggilan sang kakek.
“Ibra, pulanglah ... Aira sakit,” jelas kakek Pram
setelah keduanya saling bertukar salam.
Mendengar itu Ibrahim langsung memutar kedua bola matanya malas. Aira selalu saja seperti itu, sakit dan berpura-pura lemah agar
semua orang merasa iba.
Tapi tidak untuk dirinya, selamanya ia tak akan
pernah termakan oleh permainan busuk Aira.
“Tapi siang ini aku meeting Kek,” elak Ibrahim yang sungguh enggan untuk pulang.
“Karyawan mu ada banyak, orang kepercayaan mu juga banyak kan, perintah salah satunya untuk menggantikan mu,” balas kakek Pram
tidak mau kalah.
Kakek Pram tahu betul bagaimana manajemen perusahaan milik keluarga mereka. Sebagai pemimpin Ibrahim bisa melakukan apapun, apalagi hanya sekedar meninggalkan meeting.
Dan mendengar ucapan kakek Pram itu, Ibrahim tidak punya kata-kata lagi untuk membalas.
“Baiklah, aku akan pulang,” putus Ibrahim.
Setelah itupun panggilannya dengan kakek Pram terputus.
Tanpa bertanya apa yang terjadi Sonya sudah bisa menebak. Pastilah madunya itu kembali melakukan drama istri kedua yang
teraniaya. Lalu memanfaatkan kakek Pram untuk memperdaya suaminya, Ibrahim.
“Kamu diminta oleh kakek? Kenapa? Karena wanita kampung itu?” tanya Sonya bertubi dan Ibrahim hanya menjawabnya dengan anggukan
malas.
“Nanti malam kamu akan datang?”
“Entahlah, kakek Pram bilang Aira sakit.”
“Cih!” Sonya berdecih. Benar-benar merasa jijik
dengan alasan itu.
Tapi baik Sonya ataupun Ibrahim sama-sama tahu, mereka tidak bisa melawan kakek Pram. Karena kehidupan mereka pun masih berada
di bawah kuasa kakek Pram.
Selesai makan siang bersama, mereka akhirnya
berpisah. Sonya kembali ke rumahnya sendiri dan Ibrahim pulang ke rumah utama.
Jam 2 siang Ibrahim sampai di rumah, kakek Pram langsung menyambutnya sebelum sang cucu naik ke lantai 2.
Menahan langkah Ibrahim untuk menyampaikan beberapa nasehat.
“Ibra, kakek tahu kamu belum bisa menerima Aira dengan sepenuh hati. tapi saat ini Aira sedang mengandung anakmu, jadi kakek
mohon perlakukan lah Aira dengan baik,” pinta kakek Pram sungguh-sungguh, bahkan
terkesan memohon kepada sang cucu.
“Lakukan demi anakmu jika kamu bisa melakukannya demi Aira,” timpal kakek Pram lagi karena Ibrahim hanya terdiam.
Anaknya dibawa-bawa membuat Ibrahim sedikit membenarkan ucapan sang kakek. 3 bulan ini ia memang tidak hanya mengacuhkan
Aira, namun juga anaknya.
Hah, kenapa? Kenapa anakku harus dikandung wanita itu. Umpat Ibrahim di dalam hatinya. Ia sungguh mengeluh akan hal itu.
“Baik kek, aku akan memperlakukan Aira dengan baik,”jawab Ibra.
Meski tidak tahu ucapan itu tulus atau tidak namun mendengarnya saja sudah mampu membuat kakek Pram merasa lega.
Selesai bicara dengan sang kakek, Ibrahim segera naik ke lantai 2 dan menuju kamarnya.
Masuk ke dalam sana dan melihat Aira yang terbaring di atas ranjang dengan tidak tenang, bahkan ada keringat dingin di dahi wanita
hamil ini.
“Kata kakek kamu sakit,” ucap Ibra, ia duduk disisi ranjang dan mulai melepas semua atribut yang ia pakai untuk bekerja.
Jas, dasi, menggulung kemeja dan terakhir sepatu.
“Tidak Tuan, saya baik-baik saja,” jawab aira lirih, mencoba bohong.
“Kamu sudah makan?” tanya Ibra lagi yang tidak peduli pada jawaban Aira sebelumnya.
“Sudah,” jawab Aira singkat.
“Tunggu sebentar, aku akan mengganti baju.”
Setelah mengatakan itu Ibra pergi, benar-benar
mengganti bajunya lalu kembali menghampiri Aira di atas ranjang. Bahkan ikut berbaring di atas sana. Tidur menghadap ke arah Aira, hingga membuat detak jantung wanita ini seperti sebuah genderang yang di tabuh.
“Tidurlah,” ucap Ibra, ia menarik Aira untuk tidur
di lengan nya, lalu satu tangan yang lainnya mengelus lembut perut wanita ini.
Di perlakukan seperti itu Aira membatu, ia seperti patung yang tidak bisa untuk berkutik. Lebih tepatnya takut untuk melawan.
Hingga akhirnya lambat laun perasaan nyaman itu akhirnya Aira dapatkan.
Sentuhan lembut yang semakin lama membuat Aira terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
andi hastutty
Aira kasian sekali tidak mendapat perhatian hanya sebagai penerima benih
2024-09-06
0
Lisa Icha
kasihan ma nasib mu Aira
2024-02-01
0
💋Titika tika27💋
😒😒🙁
2023-12-02
0