Pak Hamis menarik nafas dalam, Nyonya Tania tampak emosi namun tak mau berkata apa-apa karna percuma saja semua sudah terjadi. Sementara Ansel masih berusaha menahan emosinya yang mulai tak terkendali pada Kevin.
"Saat Citra siuman bawa kedua orang tuamu kemari dan lamarlah anak saya!" Kata Pak Hamis dengan berat hati. Karna sesungguhnya dia tak mau anaknya menikah dengan laki-laki seperti Kevin, tapi mau bagaimanapun anak yang tengah dikandung Citra itu butuh sosok seorang ayah.
Sontak semua orang yang berada disana langsung tersentak kaget tak percaya.
"Aku gak setuju pah!" Tolak Ansel yang langsung berdiri menatap tajam ke arah Kevin, sementara Kevin tak kalah kaget dengan permintaan Tuan Hamis.
"Ansel, tak ada jalan lain karna adikmu butuh suami dan ayah untuk melanjutkan hidupnya." Ucap Pak Hamis.
"T-tapi saya masih kuliah Tuan, bagaimana saya nanti akan membiayai hidup Citra?" Kevin menatap takut pada Tuan besar dihadapannya.
"Itu bukan masalah, kamu bisa bekerja disalah satu perusahaan kami nanti!" Jawab Pak Hamis yang tentu saja disambut rona bahagia di wajah Kevin. Andai saja dia tahu jika dengan menikah dengan Citra bisa membuat hidupnya jadi lebih baik secara finansial. Dia pasti akan memilih menikahi Citra lebih cepat.
"Papah sudah gila ya?" Kali ini Nyonya Tania yang protes, dia merasa tak sudi jika harus mempunyai menantu seperti Kevin.
"Kamu mau Citra hamil tanpa seorang suami disampingnya?" Pertanyaan Pak Hamis membuat semua orang diam.
"Sudahlah, keputusan Papah sudah bulat. Pulanglah, nanti kalau Citra sudah siuman orang-orang saya akan menjemput kamu dan keluargamu." Pak Hamis bangkit dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan semua orang yang masih tak percaya dengan keputusan besarnya.
Jam 21.30 dikamar Ansel
Bella masuk ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. Dia benar-benar seperti sedang bermimpi di siang bolong, kemarin hidupnya masih baik-baik saja saat bersama dengan Kevin, tapi ternyata? semua itu hanyalah kepalsuan. Dan gilanya Kevin tak lama lagi akan menjadi suami dari adik iparnya sendiri.
Bella merebahkan dirinya di atas kasur, dia menatap sekeliling sepertinya Ansel sedang menemani adiknya Citra, pikir Bella.
Tak lama pintu kamar terbuka. Bella menoleh kaget saat Ansel datang dan langsung mengunci pintu kamar. Bella langsung menarik selimut dan bersembunyi didalamnya.
Ansel tak menghiraukannya. Dia lekas membuka kancing kemejanya dan bergegas masuk kedalam kamar mandi.
Bella sengaja meringkuk didalam selimut agar Ansel mengira kalau dia sudah tidur.
15 menit berlalu dan Anselpun keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk putih yang membalut pinggangnya sementara badannya yang seperti roti sobek itu di biarkan nya terlihat bebas oleh Bella yang dia tahu kalau gadis itu sedang pura-pura tertidur didalam selimut.
Ansel sengaja melempar kaosnya ke atas ranjang dan membuat Bella tersentak kaget. Ansel berjalan mendekati Bella. Wangi aroma sabun mandi yang masih menempel di badan Ansel tercium menyeruak disekitar Bella membuat Bella semakin deg degan.
Bella merapatkan selimutnya tapi tak mendengar tanda-tanda pergerakan Ansel lagi. Dia penasaran lalu kemudian mengintip sekilas dibalik selimutnya.
SRET
Selimut yang menutupi Bella langsung tersingkap dengan mudah saat tangan kekar Ansel menariknya.
Bella kaget dan langsung terduduk ditepi ranjang hampir jatuh namun dengan cepat tangan Ansel meraih tubuhnya. Mata mereka saling bertubrukan sesaat. Bella bisa melihat kebencian di mata pria didepannya itu, walau hanya sekilas tatapan itu benar-benar mampu menggambarkan segalanya.
"Lo ngapain pura-pura tidur hah?" Tanya Ansel sambil mendekatkan wajahnya pada gadis itu yang langsung membuat Bella kontan menjauh namun seketika Ansel malah memindahkan tubuh Bella ke tengah ranjang.
"Lepasin saya pak! Bapak mau apa?" Bella pura-pula melotot galak padahal nyalinya saat itu sangat ciut.
"Saya mau minta imbalan saya untuk pertolongan saya tadi siang." Ansel tersenyum mengerikan sambil mengibas rambut Bella yang menutupi wajah cantik istrinya itu.
Bella langsung teringat kejadian waktu dikampusnya tadi. Saat dirinya terlambat dan pak Ansel memperbolehkannya masuk dengan satu permintaan. Pasti permintaan itu yang dimaksud oleh pak Ansel ini.
"Imbalan apa?" Tanya Bella mulai memasang wajah curiga pada pria dihadapannya.
"Saya mau kamu merahasiakan pernikahan kita di kampus, jangan sampai ada siapapun yang tahu karna saya tidak ingin repot-repot menjaga image menjadi suami kamu, bisa kan?"
Deg! Jantung Bella serasa mau copot! Dia ingat kalau sudah memberitahukan semuanya pada ketiga sahabat baiknya, Sasya, Inyong dan Sarah. Bagaimana jika salah satu di antara mereka membocorkan tentang pernikahannya ini? Bella berdoa semoga para sahabatnya itu bisa dipercaya.
"Kenapa ngelamun? kamu pikir saya mau minta apa hah?" Tanya Ansel sambil mencengkram dagu Bella dengan kasar.
Bella menyingkirkan tangan Ansel dan mencoba mati-matian melepaskan diri namun tak berhasil karna tenaga lelaki itu terlalu kuat.
"Oke, saya setuju, tapi kalau rahasia itu tersebar bukan dari pihak saya bagaimana?" Bella balik bertanya dengan tetap memasang wajah sok nantangin padahal sejujurnya dia takut sekali Ansel melakukan hal menakutkan seperti malam pengantinnya waktu itu.
"Tidak akan ada dari pihak saya yang membocorkannya karna sebelum menikah saya sudah meminta kepada ayah saya untuk merahasiakan ini dan otomatis semua orang dibawah kuasa keluarga Brandon group akan menjaga baik rahasia ini kecuali.." Ansel memotong ucapannya sambil menatap Bella dengan tatapan seolah ingin memakannya.
"Kecuali kamu yang membocorkannya!"
"Baik! saya akan merahasiakan ini, sekarang lepaskan saya!" Bella mencoba melepaskan diri dan berontak lagi, kali ini sedikit berhasil karna tiba-tiba saja tarikan tangannya bisa membuat tubuh Ansel bergerak miring namun itu justru malah membuat tubuh Ansel jatuh tepat diatas tubuhnya dan hampir saja mulut mereka saling bertemu kalau saja Bella tidak refleks menutup mulutnya duluan dengan kedua tangannya.
"Masih pura-pura jual mahal!" Ansel buru-buru bangkit dan mengambil baju yang tergeletak tepat disampingnya.
Bella menghela nafas lega. Diliriknya Ansel dengan sebal. Jantungnya seakan mau berhenti tadi. Ansel memang laki-laki yang benar-benar tidak bisa dia tebak. Kadang agresif kadang acuh.
Bella bangkit dan membuka pesan WhatsApp dari teman kerjanya Dj Katty.
From : Dj Katty
'Bel, lo mulai masuk lagi besok kan? gue kewalahan nih nge Dj sendirian xixi ?'
From : Bella
'Iya kak siap besok aku udah mulai kerja lagi, see you kak !'
Wajah Bella seketika berubah sumringah, dia senang kaena besok akan mulai bekerja lagi dan memulai hobinya setelah beberapa hari ijin tidak masuk.
Ansel yang melihat raut wajah Bella langsung menyinggungnya.
"Ngapain senyam-senyum! kaya monyet abis liat pohon pisang aja, baru dapet pesan dari Kevin?" Sindir Ansel dengan muka ngeselin nya membuat Bella langsung melotot sebal ke arahnya.
"Bukan urusan anda!" Dengus Bella sambil mengambil guling dan mulai menaruhnya di tengah-tengah ranjang sebagai batas wilayah tidurnya dengan Ansel.
Ansel yang melihat sikap Bella itu langsung berdecak heran, kalau di perhatikan Bella memang beda dari cewek kebanyakan yang pernah ditemuinya. Dia sering bersikap angkuh dan melawan Ansel apalagi saat malam pertama itu Bella dengan terang-terangan menolak sentuhannya padahal cewek-cewek diluar sana begitu berebut ingin mendapatkannya.
Ansel masih tak paham apakah Bella benar-benar tak mau atau hanya pura-pura sok jual mahal saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Pipin Wahyuni
suka banget dengan cerita nya, semngat thor
2023-04-02
0
Putri Minwa
Ansel kasar banget ya
2022-11-19
0
💮Aroe🌸
aku suka cerita DJ cewe, jarang ada...
2022-01-11
0