Sebuah mobil Toyota Fortuner terlihat hendak memasuki sebuah rumah megah yang dikelilingi pagar putih bergaya klasik yang menjulang begitu tinggi.
Saat mobil sampai tepat diwajah pagar seorang satpam berbaju putih datang dan memberi hormat lalu dengan cepat membukakan pintu pagar agar mobil bisa masuk ke dalam.
Ansel turun dari mobil dengan wajah yang ditekuk. Dia masih sangat kesal pada Kevin terlebih saat tahu ternyata Bella lah alasan Kevin tega meninggalkan adiknya.
Dia berjanji pada dirinya sendiri tak akan melepaskan Kevin atau pun Bella.
Saat memasuki rumah Kevin disambut oleh seorang pelayan bernama Sri yang usianya sekitar 40 tahunan yang langsung sigap membawakan jaketnya yang baru saja dilepasnya.
"Citra dimana bi?" Tanya Ansel pada bi Sri.
"Ada dikamarnya den, tadi habis makan sama bapak.." Jawab bi Sri.
Ansel pun menaiki tangga dan bergegas menuju kamar adiknya.
Ceklek
Ansel melihat adiknya sedang duduk menghadap ke arah jendela.
"Citra.." Panggil Ansel sambil menghampiri Citra.
Ansel memeluk Citra dari belakang dengan penuh kasih sayang. Citra tersenyum saat mengetahui kakaknya sudah pulang.
"Kak.. semalem kakak kemana? kok gak balik?" Tanya Citra penasaran karna dia sempat melihat kamar kakaknya kosong semalam dan tadi pagi pun saat dia periksa ternyata kakaknya belum juga pulnag.
"Kakak ada urusan penting jadi kakak tidur dirumah teman kakak Cit, kamu udah makan?" Tanya Ansel mengalihkan topik agar Citra tak bertanya lagi.
"Udah kak. Kak aku kangen sama Kevin.." Citra berdiri dan memeluk Ansel dengan terisak. Ansel membelai kepala adiknya dengan lembut. Kevin lagi Kevin lagi. Entah pelet apa yang sudah di lakukan cowok bajingan itu sampai adiknya ini begitu tergila gila padanya.
"Cit.. Kaka minta kamu harus belajar lupain Kevin ya, kaka gak mau kamu terus sedih kaya gini,"
Ansel memegang pipi Citra yang sudah basah oleh air matanya sendiri.
Citra langsung menggeleng cepat.
"Aku gak mau lupain Kevin, aku sayang banget sama dia, kak tolong bikin dia supaya mau balikan lagi sama aku gimanapun caranya,"
Citra memegang kedua tangan Ansel sambil memohon.
"Please kak, aku gak bisa hidup tanpa dia, kalau kakak gak mau nurutin permintaan aku, aku bakal bunuh diri lagi." Tangis Citra semakin menjadi.
Ansel jadi serba salah, dia sebenarnya tidak ingin Citra sampai balikan lagi dengan pria bajingan seperti Kevin. Apalagi setelah tau kalau Kevin meninggalkan Citra demi Bella. Tapi demi keselamatan adiknya mau tak mau Ansel harus mewujudkan keinginan Citra ini.
Ansel memeluk Citra dengan erat.
"Oke kakak janji bakal bikin Kevin balikan lagi sama kamu, tapi kakak minta kamu jangan melakukan hal yang bisa membahayakan diri kamu lagi ya,"
"Janji," Citra mendongakkan kepalanya. Ansel tersenyum dan membelai rambut adik kesayangannya.
"Iya kakak janji,"
Jawab Ansel sambil terbayang lagi wajah Kevin dan Bella. Sekarang Ansel bertekad yang pertama harus dia urus adalah memisahkan Kevin dan Bella bagaimanapun caranya.
Ansel menatap tajam keluar jendela kamar. Tiba-tiba terbersit satu rencana jahat di otaknya untuk Bella.
**
Malam itu di kediaman rumah besar Tuan Hamis Wijaya.
Ansel turun dari tangga bersama Citra. Nyonya Tania Wijaya dan Tuan Hamis Wijaya yang tak lain orang tua dari Ansel sudah duduk lebih dulu di meja makan.
Tuan Hamis Wijaya inilah pemilik dari group besar Flower. Nama keluarganya sudah sangat melambung tinggi dikalangan para elite.
Meskipun Tuan Hamis memiliki banyak kekayaan beliau dikenal sebagai orang yang sangat baik dan tidak sombong. Berbanding terbalik dengan istrinya Nyonya Tania Wijaya, nyonya Tania dikenal di seluruh penjuru jakarta karna keangkuhan dan sikap arogannya.
"Citra, Ansel ayo duduk, ada hal penting yang mau papa bicarakan setelah makan." Perintah Tuan Hamis pada Chika dan Ansel.
"Ada apa sih pah?" Tanya Nyonya Tania kepada suaminya. Karna dia juga belum tau apa yang mau suaminya sampaikan.
"Sudah kita makan dulu saja." Ajak Tuan Hamis sambil menyuruh pelayan mengisi makanan di piring semuanya.
Setelah selesai makan, semuanya tetap duduk ditempatnya sesuai yang diperintahkan oleh tuan Hamis.
Tuan Hamis meminum secangkir teh jahe hangat yang menjadi kebiasaannya setelah makan. Dia menatap ke arah Ansel dengan wajah serius.
"Baiklah papah bakal menyampaikan satu amanat penting dari kakek kalian khususnya untuk kamu Ansel.."
Ucap pak Hamis yang membuat Ansel menautkan kedua alisnya menunggu kelanjutan dari ucapan ayahnya.
"Amanat apa?" Tanya Ansel penasaran.
"Kakek kalian memberikan amanat kepada papah untuk menikahkan kamu Ansel dengan cucu temannya yang sudah mendonorkan ginjalnya kepada kakek kalian, lusa orang orang kita akan menjemput gadis itu dan keluarganya untuk datang kerumah kita."
Sontak Ansel kaget dan membulatkan matanya. Begitu juga Nyonya Tania dan Citra yang tak kalah kagetnya.
"Menikah? jangan becanda pah!" Ansel tak terima dengan perjodohan yang begitu mendadak ini.
Jangankan menikah. Pacaran saja Ansel malas. Walaupun banyak sekali wanita yang mengantri untuk menjadi kekasih Ansel. Namun Ansel tak tertarik untuk menjalin hubungan apapun yang menurutkan hanya akan merepotkan dirinya.
Terikat dengan satu wanita untuk selamanya. Itu bagaikan mimpi buruk dimatanya.
"Pah, kenapa papah gak ngomong dulu sama mamah?" Nyonya Tania ikut protes dengan keputusan suaminya yang menurutnya sangat mendadak.
"Ini amanat dari kakek kalian yang juga sudah di tulis dalam wasiat keluarga. Kalau tidak.."
Tuan Hamis diam sejenak.
"Kalau tidak apa pah?" Tanya Citra jadi ikut penasaran.
"Ansel akan dicoret dari daftar utama penerima warisan Flower Group oleh kakek."
Sontak semua yang duduk di meja makan ternganga tak percaya. Citra menatap kakaknya dengan iba.
"Ansel tak peduli pah, Ansel tak mau menikah apalagi dengan orang yang sama sekali Ansel belum kenal!"
Ansel meninggalkan meja makan begitu saja. Tuan Hamis membiarkan agar Ansel menenangkan dirinya dulu. Dia paham Ansel pasti sangat terkejut mendengar perjodohan ini.
"Pah, apa gak ada pilihan lain selain menjodohkan anak kita Ansel?" Tanya Tania yang merasa kasihan pada putranya.
"Tidak ada mah, kalau Ansel menolak. Maka Ansel tak akan mendapatkan sepeserpun harta dari Group Flower!" Ucap tuan Hamis dengan penuh penekanan.
Tania menghela nafas panjang. Dia memang tak setuju dengan perjodohan mendadak ini. Tapi dia tidak ingin kalau Ansel sampai tak mendapatkan warisan keluarga. Tania harus memikirkan cara agar Ansel mau tak mau harus menerima pernikahannya ini.
"Memangnya dengan keluarga ningrat mana Ansel akan dijodohkan?"Tanya Tania berharap yang akan dijodohkan dengan Ansel adalah dari keluarga elite seperti dirinya.
"Dia bukan keluarga ningrat. Jadi jangan berharap kesana. Mereka dari keluarga biasa."
Nyonya Tania mendelik tak percaya. Tak pernah terlintas di benaknya jika dia akan berbesan dengan orang dari kalangan biasa. Itu akan membuat martabatnya turun di depan teman teman bangsawan nya.
"Papah keterlaluan!" Nyonya Tania ikut meninggalkan meja makan dengan perasaan kesal.
Kini yang tertinggal hanya ada Citra dan Papahnya dimeja makan. Mereka saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Dikamar Ansel.
Ansel duduk di tepi ranjang sambil memikirkan yang baru saja dikatakan ayahnya tadi.
Perjodohan? Tak masuk akal.
Ansel Wijaya seorang pria muda berumur 27 tahun yang sudah menyandang gelar Dosen. Di kampus dia sangat terkenal karena paras tampan dan tubuhnya yang tinggi bagaikan model kelas wahid. Siapapun wanita yang melihatkan pasti akan dengan mudah terpikat. Namun sayangnya sikap kejam Ansel membuat banyak perempuan yang mendekatinya patah hati karna tak sanggup menaklukan hati sang Dosen muda itu.
Dering handphone Ansel seketika membuyarkan lamunannya.
Dilihatnya layar kaca bertuliskan Zio di panggilan masuk. Ansel segera menekan simbol telpon berwarna hijau.
"Hallo, Zio. Kenapa?"
"Lo gak mau balik ke rumah sakit lagi men?"
Tanya Zio di sebrang telpon.
"Engga Zi, lo urus aja dia sampai dia pulang,"
"Bella udah siuman men, dia tadi nanyain dimana lo. Dia mau bilang terima kasih sama lo, balik lah kesini sebentar aja," Pinta Zio yang jelas saja ditolak oleh Ansel.
Dia tak sudi jika harus melihat wajah Bella lagi. Bella yang sudah membuat adiknya hampir bunuh diri karna Kevin lebih memilih Bella.
"Enggaklah Zi, gue serahin urusan Bella sama lo, gue udah gak mau ikut campur!"
Ansel menutup telponnya sebelum Zio menyahut, lalu kemudian melempar Hp ditangannya dengan sembarangan ke atas kasur.
Ansel sangat frustasi memikirkan bagaimana caranya dia harus menolak perjodohan keluarga ini.
Ansel membaringkan dirinya dan memaksa matanya untuk terpejam sesaat. Hari ini dia sangat lelah dan tanpa sadar beberapa menit kemudian dia sudah terbang ke alam mimpi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Pipin Wahyuni
mantap Thor tambah seru aja nihhh
2023-04-02
0
Roro Ireng Rahayu
naa looo.....salah sebut...maksudnya ANSEL..
2023-02-08
0
Putri Minwa
mantap thor
2022-11-04
0