Bella pingsan

Seketika Vas bunga itu mengenai kepala Bella dengan hantaman cukup keras mampu membuat Bella meregang kesakitan yang luar biasa. Ansel tersentak kaget menyaksikan semua yang terjadi didepan matanya begitu cepat.

Ansel dengan sigap menangkap tubuh Bella yang hendak jatuh ke lantai. Bella menatap Ansel dengan meringis kesakitan. Samar-samar pandangannya menjadi kabur dan kemudian hitam pekat. Bella pingsan. Anselpun langsung membawa Bella kedalam pelukannya.

Ansel hendak memukul Radit namun dia melihat Bella lebih membutuhkan pertolongannya.

Zio yang juga kaget melihat itu langsung menghampiri Radit yang hendak kabur melarikan diri.

"Brengsek beraninya lu nyelakain anak orang!" Zio langsung meninju wajah Radit tanpa ampun.

Ansel yang panik langsung mengangkat tubuh Bella dan membaringkannya di atas kasur.

Saat Ansel melepaskan tangannya dari kepala Bella, darah Bella membekas di telapak tangannya. Ansel menatap tangannya dengan tatapan panik.

"Zio lu urus dua cungkuk ini gue harus bawa dia ke rumah sakit!"

Zio mengangguk dan segera membukakan pintu untuk Ansel.

Mobil Anselpun terlihat pergi meninggalkan hotel dengan melaju sangat cepat.

Saat tiba dirumah sakit. Ansel langsung membopong tubuh Bella ke IGD, suster dan dokter yang sedang berjaga langsung melakukan pemeriksaan medis dan menyuruh Ansel untuk menunggu diluar ruangan.

Ansel bolak balik tak karuan. Dia cemas melihat banyaknya darah yang mengalir dari kepala Bella.

Kemeja putihnya yang kini telah berubah warna menjadi merah pun sudah tak dipedulikannya lagi.

Yang dipikirannya sekarang hanyalah keselamatan gadis itu. Ansel memijit keningnya sendiri. Dia pusing kenapa semua ini bisa terjadi. Niatnya untuk menyelamatkan Bella malah berujung petaka bagi gadis itu.

"Ansel!" Zio berteriak sambil berlari ke arah Ansel.

"Gimana kondisi Bella?"Tanya Zio dengan wajah tak kalah cemas dari Ansel.

"Bella?"

"Iya, namanya Bella, gue tadi udah nelpon Katty buat nanyain alamat rumahnya." Zio menjelaskan agar Ansel tak bingung siapa Bella.

"Dia lagi ditangani di dalem. Gue gak tau Zi, mudah-mudahan dia gak apa-apa."

Tak lama Dokter keluar dari ruangan. Ansel dan Zio langsung menghampirinya.

"Siapa keluarga pasien disini?"

Tanya Dokter dengan raut wajah kurang mengenakan.

"Kenapa Dokter? dia gak apa-apakan?" Ansel mencoba melihat Bella dari celah pintu yang terbuka. Namun yang terlihat hanyalah gorden berwarna hijau.

"Pasien kehilangan banyak sekali darah, kebetulan di bank darah kita sedang kosong untuk golongan darah O. Apa ada yang bersedia mendonorkan darahnya disini?"

"Saya bersedia. Golongan darah saya kebetulan O dok!"

Ansel pun tanpa berpikir panjang langsung menawarkan dirinya sendiri.

Dokter mengangguk dan kemudian memanggil suster untuk mengantarkan Ansel keruangan transfusi darah.

Zio takjub karna ini kali pertamanya melihat sahabat baiknya Ansel begitu perhatian pada orang lain. Apalagi Bella ini hanyalah orang asing yang baru saja dikenalnya. Apa mungkin karna Bella sudah menyelamatkan nyawanya, makanya Ansel merasa berhutang budi padanya.

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan dan hasil medis Ansel dalam keadaan sehat. Susterpun langsung mengambil tindakan pengambilan darah ke kantung darah.

Ansel dan Zio menunggu dengan cemas didepan IGD. Setelah menunggu hampir 2 jam lamanya Dokterpun keluar ruangan.

Dokter membuka maskernya sambil menatap ke arah Ansel yang terlihat cemas.

"Keadaan pasien saat ini sudah mulai stabil, kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU untuk kita pantau 24 jam ke depan."

Ansel dan Zio menghela nafas lega setelah mendengar kabar baik itu.

Zio menepuk pundak Ansel dan mengajaknya untuk duduk karna sudah sejak tadi Ansel selalu berdiri dan mondar mandir tak karuan. Zio takut jika Ansel sampai ambruk mengingat Ansel baru saja mendonorkan darahnya.

"Men lo balik aja istirahat. Biar gue yang jaga disini." Zio menawarkan diri namun Ansel menggeleng cepat.

"Gak Zi, gue bakal tetep disini sampe dia sadar. Ngomong-ngomong lo udah nelpon keluarganya belum?"

"Belum. Tapi gue udah nyimpen nomor temen satu kontrakannya. Gue bakal ke kontrakannya besok buat nyari informasi soal keluarga Bella. Si Katty cuman taunya Bella disini ngontrak dan.."

Zio ragu melanjutkan kata-katanya.

"Dan apa?" Tanya Ansel.

"Bella ini ternyata kuliah di Brawijaya Sel. Berarti dia mahasiswi lo. Apa lo gak pernah ngeliat dia di kampus?"

Ansel hanya diam. Dia belum pernah bertemu dengan Bella atau dia memang pernah bertemu namun Ansel tidak memperhatikannya.

"Terus gimana dengan dua cunguk itu?" Tanya Ansel yang kemudian ingat pada Radit dan Edo.

"Tenang aja Sel, gue udah nyuruh anak buah lo buat nyerahin mereka ke polisi. Gue jamin mereka gak akan bisa berani macem-macem lagi." Lapor Zio kepada Ansel

"Yaudah gue balik dulu ya men, gue ambilin baju ganti buat lo." Zio berinisiatif untuk pulang membawakan baju ganti karna melihat baju Ansel yang masih penuh dengan bercak darah.

Ansel mengangguk sambil menyerahkan kunci mobil Fortuner nya.

Setelah Zio kembali dari kediaman Ansel dan membawakan beberapa helai baju ganti. Zio pun kembali pulang ke rumahnya. Ansel menyuruh Zio untuk balik lagi ke Rs besok pagi.

Malam berlalu dengan sangat lambat. Ansel duduk disamping ranjang Bella sambil memperhatikan wajah Bella yang sedang tertidur. Beberapa peralatan medis menempel di tubuh putihnya. Iringan detak jantung Bella terdengar lebih jelas lewat monitor disamping ranjangnya.

Pagi pun datang. Ansel ketiduran dengan posisi masih duduk disamping ranjang Bella.

Suster yang berjaga membangunkan Ansel karna Dokter ingin memeriksa kondisi Bella.

Ansel kemudian berdiri dan menunggu di pojok ruangan.

Setelah selesai melakukan beberapa pengecekan medis Dokter pun menghampiri Ansel.

"Kondisi pasien sekarang sudah lebih baik. Kita tinggal menunggu pasien siuman saja. Setelah ini kita akan memindahkannya ke ruang perawatan, apakah anda suaminya pasien?"

Pertanyaan Dokter membuat Ansel kaget.

"Iya saya suaminya." Jawab Ansel berbohong karna dia malas untuk menceritakan kejadian sebenarnya.

Dokter hanya tersenyum dan mengangguk kemudian pergi dari ruangan itu.

Setelah Bella di pindahkan keruang perawatan. Zio datang dengan membawa beberapa bungkus makanan. Zio yakin jika Ansel pasti belum makan dari semalam.

"Men, lo makan dulu deh. Bukan apa-apa gue takutnya nih ya, nanti yang ada dia sembuh terus gantian lo lagi yang di rawat " Zio menyeringai mencoba menghibur Ansel yang dari tadi terlihat lesu.

Ansel hanya tersenyum tipis dan kemudian menerima sebungkus makanan dari tangan Zio.

"Gimana kondisi Bella sekarang Sel?" Zio mendekati ranjang Bella dan melihat gadis itu masih tak bergerak sama seperti kemarin.

"Kita hanya perlu nunggu dia sadar. Kata Dokter sih gak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan"

Ansel membuka sebotol minuman dan kemudian meneguknya sampai habis.

"Gimana? apa lo udah dapet informasi tentang keluarganya?" Tanya Ansel kemudian. Zio pun menghampiri Ansel dan duduk di sebelahnya.

"Gue udah berhasil hubungin keluarganya Sel, mereka lagi dalam perjalanan kesini."

Tak lama seorang suster datang masuk ke dalam ruangan. Suster memeriksa tekanan darah Bella serta mengganti infusan yang hampir habis dengan sebotol infusan yang baru.

"Permisi pak, selain suaminya boleh keluar ruangan dulu ya karna kita mau mengganti pakaian pasien."

Pinta suster sambil menatap Zio dan Ansel bergantian.

Ansel dan Zio pun langsung berdiri dan menunggu di luar ruangan.

Selang beberapa menit Ansel mengalihkan pandangannya ke koridor. Terlihat beberapa orang datang ke arah kamar Bella.

Ternyata mereka adalah Ibu Marni yaitu ibunya Bella dan Chika adiknya Bella.

"Maaf nak, apa ini kamar Bella Jasmin?"

Seorang ibu yang berumur sekitar lima puluh tahunan menghampiri Ansel yang sedang berdiri tepat disamping pintu.

"Iya Bu, Bella ada didalam, apa Ibu keluarganya?" Tanya Ansel sambil memperhatikan wajah pias Ibu dan Adiknya Bella.

"Iya nak, subuh tadi ibu dapat telfon kalau Bella masuk rumah sakit. Makanya ibu langsung kesini. Apa anak ibu baik-baik saja? bagaimana kondisinya? ibu mau lihat ke dalam!"

Ibu Marni tampak sangat cemas sambil memegang tangan Chika dia hendak menerobos masuk ke dalam kamar perawatan namun Ansel segera mencegahnya.

"Ibu jangan masuk dulu, Bella sedang di ganti pakaiannya oleh suster. Bella sudah tidak apa-apa Bu, ibu gak usah cemas oke."

Zio mencoba menjelaskan pada Ibu Marni.

Tak lama susterpun keluar.

"Permisi sus, kami boleh masuk lagi ke dalem?" Tanya Zio pada suster itu.

"Boleh, tapi bergantian ya dua orang saja kalau mau masuk."

Zio pun mengangguk dan membukakan pintu untuk Ibu Marni dan Chika. Ibu Marni dan Chika langsung bergegas masuk untuk melihat kondisi anaknya Bella. Sementara Ansel dan Zio tetap menunggu di luar ruangan.

Selang beberapa saat Sarah datang dengan seorang pria dengan langkah cepat.

Ansel menoleh dan betapa kagetnya dia melihat seseorang yang selama ini begitu amat dibencinya kini malah datang ke hadapannya.

"Kevin!" Dengus Ansel dengan penuh dendam.

Kevin adalah mantan adiknya Ansel yang bernama Citra. Citra beberapa kali mencoba bunuh diri karna depresi sudah ditinggalkan begitu saja oleh Kevin. Ansel bersumpah pada dirinya sendiri akan membalas dendam pada Kevin dengan cara apapun, karna dia sudah berani menyakiti adik semata wayangnya.

Ansel tak menyangka akan bertemu Kevin disini. Dia heran apa yang sedang Kevin lakukan. Apakah dia temannya Bella.

Kevin yang melihat Ansel langsung ciut nyalinya. Dia bersembunyi di belakang sarah sambil pura pura tak melihat.

"Pak Ansel kok ada disini?"

Sarah kaget karna melihat Dosen di kampusnya yang terkenal kejam kini tengah berada dihadapannya.

"Ansel, kenalin ini sarah temen kontrakannya Bella yang gue ceritain semalem." Ucap Zio pada Ansel

Ansel tak bergeming dia terus menatap penuh emosi pada Kevin. Zio yang sadar langsung berdiri disamping Ansel. Zio tak ingin jika sohibnya ini sampai lepas kendali disini.

Sarah yang melihat wajah penuh emosi Ansel pada Kevin pun bingung.

"Oh iya kenalin ini Kevin pacarnya Bella. Kami kesini ingin menjenguk Bella." Ucap Sarah yang sontak membuat mata Ansel membulat seketika.

'Pacar Bella' jadi si brengsek ini meninggalkan adik kesayangannya untuk bisa pacaran dengan Bella? Kini amarah Ansel benar-benar tak bisa dibendung lagi.

Ansel menarik kerah baju Kevin dan menyeretnya ke tembok hingga tubuh Kevin kini terhimpit tembok dan juga tubuh jangkung Ansel.

"Bang*at bisa-bisanya lu pacaran sama orang lain setelah nyakitin adek gue, lu tau gak hah apa yang udah adek gue alamin kemaren gara-gara lu tinggalin?" Ansel mendamprat Kevin dengan nada penuh emosi.

Zio langsung berusaha melerai namun Ansel sudah tak peduli.

"Men sabar men ini dirumah sakit, kendaliin diri lo!" Zio masih berusaha agar Ansel meredam emosinya.

Kevin meringis berusaha melepaskan dirinya namun Ansel terlalu kuat.

"Maafin gue kak, gue gak ada maksud nyakitin citra sumpah kak!" Kevin mencoba membela dirinya. Namun Ansel malah mempererat cengkramannya.

Sarah pun panik dan tak mengerti apa yang sedang terjadi. Kenapa tiba-tiba dosennya begitu marah pada Kevin.

"Pak, tolong lepasin dia pak, udah pak ini dirumah sakit. Tolong hargain orang-orang sakit yang ada disini." Ucap Sarah dengan nada penuh harap agar Dosennya itu mau melepaskan cengkeramannya dari Kevin.

"Cu*ih inget urusan kita belum selesai!" Ansel meludahi Kevin lalu melempar tubuh Kevin dengan kasar ke lantai.

Sebenarnya Ansel ingin sekali langsung menghabisi Kevin disini. Namun Ansel sadar dia saat ini ada di tempat dimana banyak orang membutuhkan ketenangan. Akhirnya Ansel berusaha menahan diri walaupun sangat sulit.

Kevin tersungkur tapi tak berusaha membalas karna dia memang dari dulu takut pada Ansel. Dia tahu sampai kapanpun dia tak akan menang jika sampai berurusan dengan seorang Ansel Wijaya. Yang ada dia malah akan tamat. Jadi lebih baik Kevin memilih untuk mengalah saja.

"Urus Bella. Gue pergi sekarang." Ucap Ansel pada Zio. Zio hanya mengangguk pasrah melihat Ansel yang masih diselimuti emosi.

Anselpun pergi dari sana dengan membawa dendam baru. 'Bella Jasmin, beraninya merenggut kebahagiaan adik tersayangnya. Lihat saja dia akan membuat hidup Bella seperti di neraka' Rutuk Ansel dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Pipin Wahyuni

Pipin Wahyuni

waduhhhh tambah seru aja nihh thor

2023-04-02

0

Putri Minwa

Putri Minwa

enak kali tuh,si kevin,udah dapet enaknya Lalu citra ditinggalkan

2022-11-04

0

Wati_esha

Wati_esha

Kevin mutusin Citra setelah menikmati mahkota Citra. Itu sebabnya Citra ... jadi kacau.

2022-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bella dijebak di hotel
2 Pertemuan Bella dan Ansel
3 Bella pingsan
4 Perjodohan Ansel dan Bella
5 Ternyata Ansel calon suami Bella
6 Pernikahan Ansel dan Bella
7 Malam pertama Bella dan Ansel
8 Ansel dengan sisi baiknya
9 Ansel ternyata Dosen Bella
10 Kebohongan Kevin
11 Sarah musuh dalam selimut
12 Ansel semakin membenci Bella
13 Bella sudah tertipu
14 Citra mulai siuman
15 Sarah sakit hati
16 Kevin akan menikah dengan Citra
17 Bella kembali bekerja menjadi Dj
18 Pertemuan Sasya dan Zio
19 Sasya tak sadarkan diri
20 Sasya menginap di apartemen Zio
21 Ansel menyelamatkan Bella lagi
22 Kegigihan Selvi
23 Sarah yang frustasi ditinggal nikah Kevin
24 Sarah hampir ketahuan
25 Hari pernikahan Kevin dan Citra
26 Kevin bermuka dua
27 Perhatian kecil Ansel
28 Kejam tapi perhatian itulah Ansel
29 Kevin mulai berulah
30 Kemarahan Ansel
31 Kevin si tukang bohong
32 Hadirnya Alaska
33 Kecemburuan Ansel
34 Mulai terkuak
35 Kevin sang pengobral Cinta
36 Munculnya rasa itu
37 Kehadiran Alaska di kampus
38 Rasa yang tak di sadari hadir
39 Satu persatu mulai terkuak
40 Rencana jahat Kevin
41 Satu bukti pertama
42 Citra mulai curiga
43 Kecurigaan Citra mulai mendalam
44 Rasa yang mulai tumbuh
45 Perhatian Ansel
46 Rencana Sasya dan Zio
47 Rasa yang tak bisa ditolak
48 Acara kamping bersama
49 Petaka untuk Bella
50 Jebakan untuk Bella
51 Bella diculik
52 Bella jadi sandra
53 Datangnya Ansel
54 Kemarahan Ansel
55 Malam yang panjang
56 Ansel semakin melememah
57 Ansel kritis
58 Inyong tahu sesuatu
59 Bella mulai siuman
60 Kevin mulai cemas
61 Ansel mulai menunjukkan kesembuhan
62 Kedatangan Diandra
63 Rencana Inyong
64 Ansel mulai siuman
65 Bella tersipu malu
66 Diandra telah kembali
67 Malam yang indah
68 Pertemuan Ansel dan Diandra.
69 Kehadiran Diandra
70 Bella cemburu
71 Pertanda
72 Bella mulai mengetahui semuanya
73 Cinta yang semakin kuat
74 Perasaan Zio pada Sasya
75 Sasya tersipu malu
76 Rencana jahat Kevin
77 Sarah akhirnya tau Cctv itu
78 Usaha Diandra untuk Ansel
79 Bella telah tau semuanya
80 Diandra galau
81 Ansel merasa iba
82 Diandra memanfaatkan sakitnya
83 Citra pura pura jatuh
84 Ansel yang acuh
85 Citra membawa Diandra kerumah
86 Sandiwara Diandra
87 Bella hamil
88 Rencana Kevin
89 Bella memilih pergi
90 Sarah kaget mendengar Citra keguguran
91 Kebenaran terungkap
92 Terungkapnya kejahatan Kevin
93 Bella menenangkan hatinya
94 Pencarian Bella
95 Ansel terpuruk
96 Bella merasa kesepian
97 Pertemuan Ansel dan Alaska
98 Pertemuan Ansel dan Bella
99 Usaha Ansel
100 Kebucinan Ansel
101 Bella akhirnya luluh
102 Ketulusan Ansel
103 Kencan pertama dipantai
104 Dinner romantis
105 Ekstra Part
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bella dijebak di hotel
2
Pertemuan Bella dan Ansel
3
Bella pingsan
4
Perjodohan Ansel dan Bella
5
Ternyata Ansel calon suami Bella
6
Pernikahan Ansel dan Bella
7
Malam pertama Bella dan Ansel
8
Ansel dengan sisi baiknya
9
Ansel ternyata Dosen Bella
10
Kebohongan Kevin
11
Sarah musuh dalam selimut
12
Ansel semakin membenci Bella
13
Bella sudah tertipu
14
Citra mulai siuman
15
Sarah sakit hati
16
Kevin akan menikah dengan Citra
17
Bella kembali bekerja menjadi Dj
18
Pertemuan Sasya dan Zio
19
Sasya tak sadarkan diri
20
Sasya menginap di apartemen Zio
21
Ansel menyelamatkan Bella lagi
22
Kegigihan Selvi
23
Sarah yang frustasi ditinggal nikah Kevin
24
Sarah hampir ketahuan
25
Hari pernikahan Kevin dan Citra
26
Kevin bermuka dua
27
Perhatian kecil Ansel
28
Kejam tapi perhatian itulah Ansel
29
Kevin mulai berulah
30
Kemarahan Ansel
31
Kevin si tukang bohong
32
Hadirnya Alaska
33
Kecemburuan Ansel
34
Mulai terkuak
35
Kevin sang pengobral Cinta
36
Munculnya rasa itu
37
Kehadiran Alaska di kampus
38
Rasa yang tak di sadari hadir
39
Satu persatu mulai terkuak
40
Rencana jahat Kevin
41
Satu bukti pertama
42
Citra mulai curiga
43
Kecurigaan Citra mulai mendalam
44
Rasa yang mulai tumbuh
45
Perhatian Ansel
46
Rencana Sasya dan Zio
47
Rasa yang tak bisa ditolak
48
Acara kamping bersama
49
Petaka untuk Bella
50
Jebakan untuk Bella
51
Bella diculik
52
Bella jadi sandra
53
Datangnya Ansel
54
Kemarahan Ansel
55
Malam yang panjang
56
Ansel semakin melememah
57
Ansel kritis
58
Inyong tahu sesuatu
59
Bella mulai siuman
60
Kevin mulai cemas
61
Ansel mulai menunjukkan kesembuhan
62
Kedatangan Diandra
63
Rencana Inyong
64
Ansel mulai siuman
65
Bella tersipu malu
66
Diandra telah kembali
67
Malam yang indah
68
Pertemuan Ansel dan Diandra.
69
Kehadiran Diandra
70
Bella cemburu
71
Pertanda
72
Bella mulai mengetahui semuanya
73
Cinta yang semakin kuat
74
Perasaan Zio pada Sasya
75
Sasya tersipu malu
76
Rencana jahat Kevin
77
Sarah akhirnya tau Cctv itu
78
Usaha Diandra untuk Ansel
79
Bella telah tau semuanya
80
Diandra galau
81
Ansel merasa iba
82
Diandra memanfaatkan sakitnya
83
Citra pura pura jatuh
84
Ansel yang acuh
85
Citra membawa Diandra kerumah
86
Sandiwara Diandra
87
Bella hamil
88
Rencana Kevin
89
Bella memilih pergi
90
Sarah kaget mendengar Citra keguguran
91
Kebenaran terungkap
92
Terungkapnya kejahatan Kevin
93
Bella menenangkan hatinya
94
Pencarian Bella
95
Ansel terpuruk
96
Bella merasa kesepian
97
Pertemuan Ansel dan Alaska
98
Pertemuan Ansel dan Bella
99
Usaha Ansel
100
Kebucinan Ansel
101
Bella akhirnya luluh
102
Ketulusan Ansel
103
Kencan pertama dipantai
104
Dinner romantis
105
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!