Setelah pertemuan dua keluarga besar antara keluarga Pak Hamis dan keluarga Kevin telah selesai. Bella pergi ke atas kamarnya dan bergegas mengganti pakaian, sesuai dengan jadwalnya kalau malam ini dia akan masuk kerja lagi setelah ijin cuti beberapa hari.
Bella tak ingin berhenti bekerja karna dia merasa harus tetap mandiri dan tidak mengandalkan siapapun termasuk suaminya Pak Ansel meskipun sekarang dia sudah menjadi istri seorang pewaris utama dari Brandon Group.
Ansel masuk ke dalam kamar ketika melihat Bella sudah rapih dan terlihat sangat cantik dengan pakaian kasualnya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Ansel yang membuat Bella menoleh seketika.
"Saya mau pergi kerja." Ucap Bella santai sambil berjalan hendak keluar kamar. Namun Ansel langsung mencegat satu tangannya dan menarik Bella ke tembok yang ada disampingnya.
"Kerja?" Kedua alis Ansel saling bertautan.
"Iya kerja. Pendengaran bapak masih bagus kan? awas saya mau pergi!" Bella mencoba pergi namun Ansel lagi lagi meraih tangannya dengan gampang.
"Siapa yang ngijinin kamu pergi kerja?" Ansel menatap Bella dengan buas. Cih tatapan bak seorang raja yang membuat Bella kesal sekali pada pria dihadapannya itu.
"Saya tidak butuh ijin anda karna ini memang pekerjaan saya dari dulu. Dan saya tak punya alasan untuk berhenti dari pekerjaan saya ini, minggir saya mau lewat!"
"kamu berani sama saya?" Mata Ansel terlihat berang. Beraninya cewek ini melawannya.
"Kenapa saya takut? emangnya Bapak punya penyakit rabies?" Bella tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah kesal dari suaminya.
"Kamu beraninya!"
"Apa?" Bella semakin menantang Pak Ansel dengan tatapan galaknya, padahal dalam hatinya wuih ingin sekali dia langsung ngibrit dari situ, takut jika sampai Pak Ansel menyerangnya Bella sudah pasti akan kalah.
"Udahlah bapak gak usah khawatir, walaupun saya ini miskin saya masih punya harga diri, untuk kebutuhan saya sendiri saya tidak akan merepotkan bapak, jadi jangan halangi saya untuk bekerja!"
Bella melarikan diri sebelum Ansel kembali sadar bahwa gadis itu sudah menghilang dibalik pintu kamarnya.
Ansel meremas kedua tangannya kuat-kuat. Benar-benar gadis itu cari mati!
Sementara Bella memang punya sedikit nyali karna Pak Hamis berada di pihaknya. Sebelumnya dia sudah ijin lebih dulu pada Ayah mertuanya untuk tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang DJ. Pak Hamis awalnya keberatan namun ketika Bella mengungkapkan alasannya ingin bekerja karna ingin mandiri dan masih ingin membantu keluarganya di kampung dengan hasil jerih payahnya sendiri membuat Pak Hamis luluh juga. Pak hamis bersyukur Ansel berjodoh dengan gadis sebaik dan seberbakti Bella.
Bella langsung pergi meninggalkan rumah besar itu sementara Ansel duduk dikamarnya dengan wajah gusar.
Beberapa menit berlalu dia seperti setrikaan panas bolak balik tak karuan.
Ansel mengetuk-ngetuk meja disamping tempat tidurnya sambil menatap jam dinding yang menunjukan pukul 22.10 wib.
Dikeluarkannya Hp dan ditekannya tombol kontak Zio sohibnya.
"Hallo men kenapa?" Tanya Zio disebrang telpon.
"Zi, lo ke klub Flower sekarang! awasi Bella!"
Perintahnya dengan nada cemas. Tiba-tiba saja Ansel teringat kejadian dulu saat Bella dijebak di hotel oleh lelaki hidung belang.
Namun tiba-tiba Ansel menggeleng cepat dan menggigit bibirnya sendiri. Tunggu kenapa dia harus cemas dengan gadis kurang ajar itu.
Ansel merebahkan dirinya dan berusaha memejamkan matanya. Terserah dengan Bella. Whatever! kenapa juga dia harus peduli!
Sementara itu di klub Flower
Zio masuk ke dalam ruangan yang sudah penuh sesak oleh suasana riuh gemuruh orang-orang yang sedang berdansa atau hanya sekedar nongki-nongki saja.
Zio melihat sekeliling dan matanya langsung fokus ketika mendapati sasarannya. Bella, gadis itu sedang fokus dimeja DJnya, beberapa kali melambaikan tangan dan mengajak semua untuk ikut bersuka cita ke dalam lagu yang sedang diputar.
Zio sengaja mengambil tempat duduk tak jauh dari panggung utama agar bisa lebih leluasa mengawasi Bella. Sementara Bella sama sekali tak sadar ada sepasang mata sedang mengawasi ke arahnya.
Tak lama Sasya dan Inyong datang kesana, mereka mengambil tempat duduk persis di sebelah Zio. Sebelumnya kedua gadis itu memang sudah janjian akan ke Klub menemui Bella untuk sekedar nongki-nongki santai disana.
Sasya bangkit dan hendak menuju meja bartender untuk memesan minuman.
Inyong menunggu ditempat duduk sambil memperhatikan Bella yang terlihat begitu asyik dimeja DJnya.
Zio pun bangkit dan menuju meja bartender. Dia berpapasan dengan Sasya dan tak sengaja menubruk gadis itu saat Sasya hendak berbalik badan.
BRUGH !
Sasya kaget dan hampir saja tubuhnya jatuh ke belakang kalau saja Zio tidak segera menangkap badannya.
Zio mencengkram pinggang Sasya dan menahan tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Mata mereka saling bertubrukan sesaat. Sasya terpesona pada wajah pria didepannya. Tampan sekali, tidak bukan tampan tapi sangat sangat tampan.
"Sorry!" Ucap Zio sambil melepaskan tubuh Sasya secara perlahan.
Sasya tidak menjawab namun hanya melongo saja karna masih terkesima pada paras Zio yang begitu rupawan. Apakah ini yang namanya Cinta pada pandangan pertama? Darah Sasya terasa mendidih sekujur tubuhnya serasa membeku.
"Hei? kamu gak apa-apakan?" Zio bertanya lagi memastikan keadaan Sasya yang sepertinya terlihat syok padahal bukan syok lebih tepatnya lagi terpesona.
"I-ya saya gak apa-apa kok, maaf ya saya gak sengaja tadi!" Jawab Sasya buru-buru saat sadar Zio heran menatapnya yang sedari tadi melongo saja.
"Oke lain kali hati-hati ya!" Zio menepuk pundak Sasya dan pergi meninggalkannya.
Sasya kembali ke tempat duduknya dengan membawa wajah sumringah.
"Kenapa lo Sya? kayak abis dapet undian doorprize aja!" Tanya Inyong yang heran melihat Sasya dengan wajah berbinar nya.
"Ini sih lebih-lebih dari doorprize nyong, tau gak lo kalau barusan gue baru aja ketemu cowok ganteng! ini beneran deh tipe gue banget!" Ucap Sasya menggebu-gebu sambil meletakan 2 gelas cola dimeja mereka.
"Dih mana wey mana? lo kok gak bagi-bagi sih? mana inyong mau liat seperti apa orangnya?" Inyong celingukan mencari kesana kemari karna tak mau rugi melewatkan sosok yang di maksud oleh Sasya.
"Itu gue tadi papasan di meja bar.." Sasya menahan kalimatnya ketika sadar sosok yang sedang dia bicarakan itu lewat dan mengambil duduk tepat di sebelah mejanya.
"Nyong, nyong itu nyong!" Sasya menggoyang-goyangkan tubuh inyong sebari menunjuk meja disebelahnya dengan kedua matanya.
"Hah! mana? mana?" Inyong langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Sasya. Inyong melihat seorang pria tinggi dengan jaket dan baju serba hitam.
"Alamak tampan kali Sya!" Inyong hampir saja menjerit untung saja suasana musik saat itu bisa menyamarkan suara inyong.
"St! jangan berisik ntar doi denger!" Sasya memberikan isyarat agar Inyong memelankan suaranya.
Tak lama dua orang wanita dengan pakaian yang bisa dibilang kekurangan bahan datang menghampiri meja Zio. Dengan langkah bak peragawati mereka mengapit tempat duduk Zio. Yang satu duduk disamping kiri Zio dan satunya lagi tepat di sebelah kanannya Zio. Sementara itu si empunya tempat duduk malah santai seolah menyambut para gadis itu ke hadapannya. Buaya dikasih daging ya mana nolak!
"Beb, kemana aja nih? udah lama gak ngeliat lo kesini?" Seru salah seorang wanita bernama Anya yang duduk disebelah Zio . Wanita yang satunya yang memang tadi datang dengan membawa segelas minuman langsung menyodorkan minuman itu ke mulut Zio dia adalah Eva si primadona klub Flower karna parasnya yang begitu cantik mirip bule dari turki dan Zio dengan santainya menerima suguhan itu dari tangan para bidadarinya klub Folwer.
Zio memang sudah sangat terkenal di antara para pengunjung setia klub Flower terutama pengunjung wanitanya, seminggu Zio bisa 3 kali nongkrong disana untuk melepas penat setelah lelah bekerja. Zio yang humble membuat banyak wanita dengan gampang berbaur menjadi teman dekatnya.
"Iya nih lagi sibuk banget. Maaf ya hehe." Zio membentangkan tangannya di sandaran kursi dan kedua wanita itu malah menjadikan lengan Zio sebagai sandaran kepala mereka.
Sasya yang sempat terpesona tadi langsung ilfill seketika itu juga, gila ternyata buaya! ngapain ganteng doang tapi buaya! Ogah ogah!
"Sya, saingan kita berat banget!" Ucap Inyong masih tak sadar kalau Sasya sudah tak tertarik pada cinta pandangan pertamanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Pipin Wahyuni
kasihan si syasa, semangat syasa
2023-04-02
0
Hendra Yenni
Good Thor cerita nya 👍😍😍😍😍
2022-01-28
1
💮Aroe🌸
novel bagus😁 lanjuuut....
2022-01-11
0