Rindu tersedak saat mendengar orang tuanya ada disini. “ Loe nggak apa-apa Rin. Emang ada apa sii?” Tanya Gevan kepo. Ia menepuk pundak Rindu.
Dada Rindu sakit bagai ditusuk banyak jarum, tepat dihatinya. Ia juga tak tahu. Ia memaksa untuk tegas. “ Ngak apa-apa, entar kalian juga tahu Masalahnya.” Jawab Rindu. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya. “ Yaudah ayok...” Lanjutnya.
Gevan menatap Vivi meminta jawaban. Sedangkan Vivi hanya menggelengkan kepala. Rindu berjalan menuju rektor. Ia bukanlah orang yang takut akan tanggung jawab. Jika ia berbuat, maka ia akan menerima Konsekwensinya. Ia tak akan takut jika itu menyangkut kesalahannya. Tapi tidak dengan orang tuanya.
Rindu takut orang tuanya akan marah besar. Faktanya ia baru masuk dikampus ini belum lama, bahkan belum lebih dari satu bulan tapi Rindu sudah berbuat ulah. Ia hanya pasra.
Saat kakinya memasuki ruang yang sudah diarahkan Vivi. Ia menatap orang-orang didalam ruangan itu. Ruangan itu dipenuhi dengan banyak orang. Mjulai dari dosen pembimbingnya. Dosen prodi, orang tuanya, bahkan ketua rektor disana.
“ Assalamu’alaikum...” Ucap Rindu.
Wajah mereka penuh dengan emosi. semua orang menatap Rindu intimidasi.
Ayah dan ibu Rindu bangkit dari duduknya. Ia mendekat dimana Rindu berdiri, dibelakang Rindu ada Vivi dan Gevan..
Plaakkkk...
Plakkk..
Tamparan bolak balik dipipi kanan dan kirinya menggema diruangan itu. Pipi Rindu memerah, ada garis merah tercetak disana.
Bahkan kepala Rindu terhantuk pintu yang berada dibelakangnya. Sontak membuat Gevin dan Vivi mau menolong. Tapi sudah diusir oleh dosen, mereka keluar dengan raut wajah khawatir terhadap Rindu.
Tangan ayahnya bahkan memerah sakit menampar Rindu. Tangannya memerah semerah wajahnya menahan emosi. bayangkan saja betapa kerasnya tamparan itu!.
Mata Rindu terpejam erat. Ia sudah terbiasa akan tamparan orang tuanya. Kepalanya berdarah membasahi jilbabnya. “ Lepas jilbab kamu!. Lepas!” Teriak ibunya. Sambil menarik jilbab Rindu.
Rindu tentu saja mempertahankan jilbabnya, ia memberontak tapi tetap membungkam mulutnya.
Plakk..
Plakk...
Suara tamparan lagi lagi menggema. “ Nggak ada gunanya kamu pakek jilbab. Nggak ada gunanya.lepas!. “ Teriak ibunya.
Semua orang hanya menyaksi kan saja. Kelakuan Rindu memang sudah kelewatan dimata mereka.
“Bisa nggak kamu satu hari aja nggak buat masalah. Satu kali aja Rindu!. Ibu capek punya anak kayak kamu!. Ibu capek!” Teriak Ibunya.
Tamparan yang ia dapatkan sama sekali tak ada bandingannya dengan rasa sakit Ucapan ibunya. Rindu hanya memegang jilbabnya erat. Ia sama sekali tak ingin jilbabnya dibuka.
“IBU NGGAK MAU PUNYA ANAK KAYAK KAMU!. IBU CAPEK” Teriak ibunya.
Air mata Rindu sudah ingin jatuh. Tapi ia tahan dengan sekuat tenaga. Kelemahan Rindu memang kepada orang tuanya.
"Sudah pak. Buu. Sudah...” Ucap dosen pembimbing Rindu.
“Saya udah capek pak. Capek.” Ucap Ayah Rindu. Ia mengelus punggung ibu Rindu.
Ibu Rindu terduduk dilantai dengan air mata yang bercucuran. Ini bukan kali pertama Rindu membuat onar dan membuat orang lain masuk rumah sakit. Bahkan jika dijadwalkan mereka bisa 3kali dalam satu minggu datang kesekolah Rindu karena kasus buruk Rindu.
“Tenang dulu ibu sama bapak. Kita bicara baik-baik. Mari duduk pak.” aucap ketua rektor sopan.
Ayah Rindu membimbing Ibunya Rindu ntuk duduk dikursi tempat ia duduk semula. Sudut-sudut bibir Rindu berdarah, tapi Rindu sama sekali tak menyentu pipinya atau sudut bibirnya lagi. Ia berusaha setenang mungkin. Ia menatap ketua rektor serius.
“Jadi begini Pak, Buk. Saya mendapatkan laporan yang seperti ibu dan Bapak dengar tadi, bahwa Rindu melakukan tindak kriminal, atau mencelakai orang lain didalam toilet. Untungnya korban-korban sekarang sudah berada dirumah sakit. Satu dari mereka kritis karena pendarahan, dan satunya lagi tak sadarkan diri karena lemah.” Ucapnya. Ia melirik Rindu tajam.
“Saya juga mendengar dari pak Verry jika Rindu bulan lalu juga pernah melakukan kekerasan terhadap kakak tingkatnya, satu diantara mereka patah tangan dan segera dimasukan rumah sakit dan beberapa lainnya hanya terkena luka-luka dan lebam yang sangat parah.” Lanjutnya.
“Rindu!” Teriak ibunya marah. Tubuhnya ditahan oleh Ayah Rindu supaya tidak Memukul Rindu lagi. Ia shok mendengar itu semua. Semua itu diluar batas seorang perempuan!.
“Tenang dulu buk...” Sahut dosen pembimbing Rindu.
“Jadi karena pihak yang bulan lalu tidak menuntut Rindu, maka kasus itu ditutup. Tapi sekarang Rindu membuat kasus baru. Orang yang Rindu hajar bukanlah mahasiswi sini. Dia juga anak yatim piatu, jadi karena Rindu masih anak didik kami. Kami sudah mengusahakan supaya semua ini tidak melewati jalur hukum dan mesuk kedalam berita besar. Jika tidak, kampus ini tercemar.
Karena itu kami putuskan jika Rindu kami keluarkan dari kampus untuk menutupi semua hal buruk yang akan mendatang...” Lannjutnya.
Ibu Rindu semakin menangis mendengar itu. Sedangkan Ayah Rindu merapalkan kalimat sabar setiap detik.
“Umi. Rindu nggak salah...” Suara Rindu membuat semua orang menatap Rindu. Termasuk ibunya.
“Nggak salah kamu bilang?. Kamu terus aja bilang nggak salah dari dulu Rindu!. Dari dulu!” Jawab ibunya.
“Kamu mau bilang kalo dia yang mulai duluan dan kamu bela diri kamu, atau kamu bantu temen kamu?” Teriak Ayah Rindu tegas.
“Dia siram Rindu duluan. Rindu Cuma ngebales dikit..” Jawab Rindu parau. Sebenarnya ia ingin sekali menangis jika ia sudah Menyakiti ibu dan ayahnya. Ia tak kuat jika berhubungan dengan air mata ibu dan ayahnya.
Ayah Rindu berdiri dan melangkah kedepan Rindu. Rindu hanya menundukan kepalanya takut jika ayahnya memukulnya lahi. “ Kamu pikir kami buta!. Baju kamu kering seperti ini kamu bilang basah?” Ayahnya menarik baju Rindu. “ Dikit kamu bilang?. Terus yang banyak gimana?. Bunuh orang!. Mau jadi pembunuh kelas kakap kamu ha...!” Teriak ayahnya. Ia memukul kepala Rindu lagi. Badan Rindu terhuyung membentur Pintu yang tertutup.
Sontak pak ketua Rektor dan dosen-dosen yang ada didalam berdiri dan menahan ayah Rindu.”Sudah pak. Tenang...” sahut mereka menenangkan.
“Saya tida pernah didik dia seperti itu!” Teriak ayah Rindu.
“Mulai saat ini, kamu bukan anak saya lagi!. Kamu denger baik baik!” Teriak ayahnya. Ayah Rindu sudah sangat lelah menyikapi semua yang Rindu lakukan, ia sudah malu, bahkan seluru guru akan mengenali wajah ayahnya Karena keseringan memasuki sekolah Rindu!.
Kepala Rindu mendongak menatap Ayahnya. Air matanya hampir lolos, tapi ia tahan dengan sekuatnya. “ Mana kunci motor sama dompet kamu?” Tanya Ayahnya membentak.
“Untuk apa Bi?. Maafin Rindu bi, Rindu mohon” Ucap Rindu. Tas Rindu ditarik paksa oleh Ayahnya, ia sama sekali tak mendengarkan permohonan anaknya.
“Abi jahat, nggak pernah mau dengerin penjelasan Rindu. Abi sama Umi jahat. Rindu benci sama Abi sama Umi. Rindu benci!” Teriak Rindu. Air matanya jatuh.
Ia cepat-cepat menghapuskan air matanya dan melangkah pergi. Saat ia membuka pintu ada Gevan dan Vivi yang masih menunggu disana.
“Rin, Loe nggak pa-apa?” Tanya Gevan. Ia bahkan nyilu saat melihat wajah Rindu penuh dengan memar.
Rindu sama sekali tak menggubris nya. Ia melewati mereka dengan mendorong mereka untuk mendapatkan jalan. Ia berlari, semua orang menatapnya aneh.
Rindu sama sekali tak merasakan lelah ditubuhnya. Dari dulu ayah dan ibunya selalu berlaku kasar untuk mendapatkan kehendak mereka. Diwaktu kecil Rindu pernah dipukul habis-habis supaya Rindu bisa mengaji, Rindu selalu disuruh hal yang sama sekali tak ia sukai, seperti mengikuti pengajian ibuk-ibuk, memasuki pesantren dan lainnya. Tapi Rindu selalu menolak. Karena itu saat kulia Rindu memilik untuk menyewa Rumah saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Ayucute Neey
Sampai metes air mata ini 😢😢
2022-04-16
1
Siti Fadilah
sumpah knp cerita bisa sesedih ini sih aku jadi inget semua perlakuan orang tua ku, jadi makin nyesek karna rasain hal yang sama
2021-11-05
0
Ajeng Ajeng
sebenarnya hidup ini penuh dgn ujian.dalam kasus rindu.tidak ada yg salah.yg salah hanyalah keadaan,situasi.dan itu bagian dari hidup.tuhan pun sudah pasti memberikan jalan yg lebih indah jika kita kuat menjalaninya.
dalam kondisi seperti ini kebijakkan lah yg dibutuhkan.
2021-09-28
0