Ia tahu ia diporot di habiskan uangnya. Ia memilih brtahan. ‘toh kalo uang bisa dicari lagi’ ucapnya terus menerus.
Sebenarnya Rindu tak pernah memberi perhatian barang sedikitpun pada Arga. Ia bahkan melarang Arga menyentuh tangannya sekalipun. Chatnya selalu dibalas oleh Diva atau Meme. Jika bertemu Rindu selalu cuek, acuh ak acuh. Tapi tetap saja ia masih tetap menyayangi Rindu dengan Tulus. Tapi semua itu tidak bisa meluluhkan hati Rindu.
Arga selalu mengorbankan apapun untuk Rindu. Apapun yang Rindu inginkan ia beri. Tugas-tugas Rindu ia yang mengerjakan. Ia diibaratkan babu!. Mungkin jika dikatakan BUCIN!. Maka Arga adalah rajanya BUCIN!.
Rindu juga semakin hari semakin bisa membuat Gevan menjadi sahabat akrabnya. Ia juga mengajarkan beberapa teknik beladiri. Tapi entah mengapa ia merasa setiap geriknya terasa ada yang mengawasi beberapa bulan ini.
“Yuk Rin. Arganya udah sampek...” Ucap Diva. Tubuhnya sudah dibaluti dress marun yang Panjangnya 5centi diatas lutut dan wajah Full make up.
“Ayo Rin. Gue udah nggak sabar beli dress yang gue liat sama Refal malem tadi loe. Gue mau ambil tapi nggak enak, soalnya udah ngambil barang banyak banget malam tadi” Ucap Meme semangat. Ia tak kalah cantik dari Diva. Ia menggunakan dress hijau botol dan rambut digerai menambah kesan feminin.
Rindu menghela nafas. Ia baru sudah menggunakan parfum Favorit nya. Ia hanya menggunakan jens longgar berwarnah Hitam sobek-sobek tapi ada puring didalamnya, sehingga tak menampakkan kulit mulusnya yang dipadukan dengan sweater Abu-abu yang kebesaran seperti biasa yang menenggelamkan tubuhnya tidak lupa Hijab hitam yang dimasukkan kedalan Sweater.
“Loe udah satu bulan, masih aja gini-gini?” Ucap Diva melihat penampilan Rindu.
Rindu mengambil tas mini yang hanya cukup untuk handphone dan uang beberpa lembar. Ia menatap Diva sebentar, malas untuk berdebat, setiap hari pasti mereka akan berdebat masalah penampilan. Menurut mereka penampilan Rindu seperti anak kecil. “ Mau pergi nggak ni?” Tanya Rindu.
“Rin. Sesekali loe buka jilbab, pakek Dress mini kayak kita gini. Gue yakin loe cantik banget Rin. Suumpah....” Ucap Diva.
“Bener Rin. Loe tu cantik sebenarnya tapi gaya sama jilbab loe nutupin semua itu dari loe...” Sahut Meme smbil menarik Sweater Rindu.
Rindu melangkah keluar dari ruang baju sedangkan Diva dan Meme mengikuti dari belakang. “ Ini tu kewajiban gue. Mau gue jahat. Mau gue ngeblangsak. Mau hidup gue hancur, tapi tetep aja Jilbab itu hukumnya wajib Div, Me. Seenggaknya gue punya satu titik putih dalam lembaran gelap hidup gue” Jawab Rindu santai. “ Lagian juga, kasian Bokab sama nyokab gue. udah punya anak belangsat kayak gue tapi masih mau nanggung dosa anaknya yang nggak berjilbab...” Lanjutnya.
“Loe takut orang tua loe tau kalo loe lepas jilbab diluar gitu?. Rin mereka nggak bakal tau. Percaya de ama gue...” Celetuk Diva meyakinkan.
Rindu hanya memutar bola mata malas. Ia menjelaskan apa, Divanya nyahutnya apa. Sama sekali nggak nyambung. “ Udah. Katanya mau cepet pergi.” Ucap Rindu malas.
“Yaudah ayok” Ucap Diva semangat. Seakan lupa baru saja mengadu argumen kepada Rindu.
Mereka melangkahkan kaki keluar Rumah. Disana sudah terdepat Arga dan Danil yang menunggu didepan pintu mobil.
“Sayang. Maaf ya lama...” Celetuk Meme dan berjalan dengan sangat cepat menuju Danil. Jangan lupakan kecupan pipi kanan dan pipi kiri.
“Nggak apa-apa” Jawab Danil. Ia membalas pelukan Meme.
“Udah Siap Rin?” Arga tersenyum lembut menatap Rindu. Ia sama sekali tak berani menyentuh Rindu. Karena dulu pernah saat ia ingin menggandeng tangan Rindu, mereka ribut selama tiga hari.
Rindu hanya menganggukan kepalanya. Saat ia ingin menjawab tapi sudah didahului oleh Diva. “ Eh maaf ya Ar. Kami telat lagi hehe” Ucapnya sambil menepuk tangan Arga.
Arga menatap Diva” Nggak apa-apa kok. Yaudah sekarang udah jam delapan, keburu kemaleman entar...” Ajak Arga.
“Yaudah Yuk...” Jawab Diva. Ia menggandeng tangan Arga dan mengajaknya pergi seakan-akan Arga pacarnya. ‘lupa kali pacar temennya.
Arga menatap Diva terkejut. Diva memang selalu seperti ini kepadanya, ia menatap Rindu dengan raut wajah bersalah. Sedangkan Rindu hanya cuh dan melangkah mengikuti.
Mobil yang dikendarai mereka membelah gelapnya malam. Seakan-akan malam tak beda jauh dengan siang. Sesekali mereka tertawa dan bercerita.
Arga sedari tadi yang mengendarai mobil, sesekali mencuri-curi pandang wajah Rindu yang berada di bangku belakang. Entah mengapa saat ia melihat Rindu ia selalu bisa tersenyum meskipun Rindu selalu cuek kepadanya.
“Kita udah sampek ni...” Ucap Arga berhenti didepan gedung bioskop. Dengan riang mereka melangkah untuk turun dari mobil. Dengan secepat kilat Arga keluar dari mobil sebelum Rindu keluar.
“Hati-hati. Nanti kamu jatuh” Ucapnya lembut sambil mengulurkan tangannya kepada Rindu unuk turun.
Rindu mau tak mau harus menerima ulurangnya, dia tak mau Arga Malu di depan teman-temannya. “Thanks.” Jawab Rindu singkat.
Dengan jawaban singkat Rindu sudah mampu membuar Ardi terbang keangkasa kebahagiaan, ia memberi senyum termanisnya membantu Rindu lalu berdiri disamping Rindu.
“Yaellah. Bikin ngiri aja Sii...” Jawab Diva sewot.
“Iri tu tanda tak mampu Div...” Ucap Meme sambil memeluk lengan Danil mesra.
“Yee. Loe mah gitu. Yauda masuk, ntar keburu abis filmnya...” Sahut Diva ketus.
Mereka melangkah masuk kegedung bioskop. Arga masih dalam mode curi-curi pandangnya, sedangkan Rindu acuh melihatnya. Ia tahu jika Arga Selalu menatapnya. Itu sebenarnya membuatnya sangat risih tapi mau bagaimana lagi.
“Kita nonton Horor ya...” Ucap Diva.
“Yaudah. Gue beli tiketnya dulu. Kalian tunggu disini aja.” Ucap Arga sambil menatap Rindu. “ Temenin aku dong Rin..” Bujuknya.
“Gue nunggu sini aja. Loe aja sana.” Jawabnya datar.
“Sama gue aja Ar. Gue mau kok nemenin loe.” Sahut Diva semangat.
Arga sedah terbiasa akan hal seperti ini, ia yakin jika suatu saat nanti Rindu akan membuka hati untuknya. Meskipun semua hal yang diucap atau dilakukan Rindu terhadap dirinya membuat ia sangat sakit, tapi entah semua itu hilang saat mengingat jika Rindu miliknya, Rindu kekasihnya dan Rindu mencintainya. Meskipun ia sama sekali belum pernah mendengar jika Rindu pernah mengatakannya. Ia hanya beranggapan ‘belum bukan berarti tidak’.
“ Yaudah. Kamu tungguin disini aja.” Ucap Arga lembut. Ia melangkah mpergi membeli tiket nonton yang diikuti oleh Diva.
“Rin. Bisa nggak sii, Loe kasih kehangatan sedikit aja buat Arga. Gue capek liat Arga selalu ngalah buat loe, jangan gini dong nyakitin hati anak orang...” Ucap Danil ketus.
Saat kejadian malam dimana Rindu dan Danil hampir berkelahi adalah Sejarah Rindu yang sama sekali tidak berteman kepada Danil. Dan sampai sekarang itu berlanjut.
“Mau loe gue harus gimana?. Dia udah tahu sifat gue kayak gini, tapi dia masih mau sama gue. salahin aja dia...” Jawab Rindu santai.
“’Loe punya hati nggak sii Rin. Dikit aja!. Arga udah kasih apapun yang loe mau, bahkan dia bela-belain kena marah papanya karena kartu kreditnya bengkak Cuma mau buat loe bahagia!” Semua orang menatap Danil terkejut. Danil kelepasan saat berbicara.
“ Gua sama sekali nggak minta. Yang ngajak gue jalan dia. Yang beli barang-barang buat gue dia!. Apa loe pernah lihat gue minta sesuatu sama dia?. Enggak! Sama sekali enggak!!” Suara Rindu lebih menggema dari pada Danil. Ia sama sekali tak suka dia yang disalahkan disini. Ia sama sekali tak berharap apapun dari Arga. Arganya aja terlalu bodoh untuk dimamfaatkan oleh teman-teman Rindu.
“Loe memang ngak pernah minta. Tapi Arga ngasih loe karena Cinta!. Cinta busuknya buat cewek busuk kayak loe...” Ucap Danil sinis. Wajahnya emerah marah. Siapa yang tak akan marah jika sadar temannya dimamfaatkan oleh orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
aduh dsini q bnr2 sebel ma rindu....tegaas tpi lmbek ma temenya....tmn yg g baik d biariin aj.....huh tinggalin aj rin
2022-08-31
1
Marhaban ya Nur17
jujur ae makanya ah supaya lu g kena imbasnya
2022-04-17
0
zha syalfa
memang benar.. siapa kita dilihat dari lingkungan kita. kita ikutan wangi kl temenan sama penjual parfum
😁
2022-04-16
0