Ia menendang tepat diarea vital laki laki itu dengan satu kali hentakan cukup membuat pria itu tersungkur secara menyedihkan.
Dengan tangan yang menggenggam selangkangannya, wajahnya merah kesakitan dan bibir yang tak terhenti henti untuk meringis kesakitan “Besok ganti pakek rok aja ya Loe.” Ucap Rindu dengan senyum mengejek. Ia pergi meninggalkan pria-pria itu dengan nasib yang mengenaskan.
Sakit yang ia dapat dari pikulan Rindu sebenarnya tidak seberapa dari rasa malu mereka karena dikalahkan oleh seorang perempuan!.
“Mbak.” suara teriakan itu menghentikan kaki Rindu. Perempuan itu berlari sekencang mungkin untuk mendahului kaki Rindu. “Mbak hos hos. Makasih ya udah bantun saya.” Ucapnya. Kedua tangannya menumpu disudut sudut lututnya dengan deru nafas yang tak teratur, Menciptakan kesan bahwa itu membutuhkan kerja keras untuk menjangkau Rindu.
“Oya. “ ucap Rindu singkat. Ia menatap perempuan dihadapannya. Perempuan itu sangat cantik, kecantikannya bahkan jauh dari Rindu. Jika Rindu hanya memiliki tinggi tubuh 156cm. Perempuan itu mencapai 168cm. Ditambah kontras kulit mereka terpaut jauh. Rindu berkulit kuning langsat dengan wajah bulat, hidung mancung bibir tipis, mata bulat dan dua lesung pipi yang menambah daya manis didirinya dan jangan lupakan gingsul digigi kanan yang menjadi hiasan di gigi-gigi mungil ia miliki. Berat badannya hanya 40kg.
Sedangkan gadis didepannya berkulit putih. Wajahnya oval dengan hidung yang tak terlalu mancung dipadu bibir seksi dan mata hitam legam. Badannya? Ia memiliki tubuh yang sangat ideal. ‘ wajar bukan ia dikejar kejar oleh priapria tadi’.
Perempuan itu tersenyum menatap Rindu setelah merasakan paru parunya telah setabil “Kenalin namaku Vivi.” Ucapnya sambil mengadakan tangan didepan Rindu.
Rindu sejenak menatap tangan perempuan yang bernama Vivi itu lalu menyambutnya “ Rindu.” Ucapnya singkat.
“Kamu mahasiswa baru ya?” Vivi bertanya kembali. Rindu hanya menganggukan kepala sebagai tanda mengiyakan.
“Kalo gitu sama dong, aku juga murid baru lo. Kamu jurusan apa?” Janyanya lagi.
“Hukum.” Jawab Rindu singkat.
“Sama lagi dong kita. Kamu kelas mana?” Tanya Vivi lagi dengan wajah yang penuh dengan bunga.
“Kelas Internasional” Ucap Rindu
‘lama lama gue ngerasa ngobrol ama robot’ Batin Vivi yang melihat gaya bicara Rindu
yang minim akan kalimat dan berwajah datar.
Vivi memaksakan tersenyum lembut “ Aku juga kelas Internasional. Bareng aja yuk.” Ucapnya sambil menarik tangan Rindu menuju kelas. “ Bibir kamu berdarah, sini kita obatin dulu.” Lanjutnya saat diperjalannan.
“Ntar biar gue bersiin di toilet.” Ucap Rindu.
Sesaat ia sampai ditoilet Rindu masuk ketoilet dan membersikan sudut bibirnya. Saat merasa sudah selesai ia berjalan mendekati Vivi yang menunggunya didepan toilet. Mereka berjalan lagi menuju kelas.
“Gue mau duduk didepan aja de, biar bisa kenal ama dosen.” Ucap Vivi girang. Rindu hanya diam dan melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya yang paling sudut “ Rin. Ntar nggak keliatan lo dosennya.” Teriak Vivi yang melihat Rindu yang duduk disudut kelas. Rinduu hanya menggelengkan kepalanya.
‘Kayaknya emang robot ini Orang’ Batin Vivi kesal. Faktanya yang dari tadi bicara dengan Rindu hanya dia. Yang awalnya ia mengagumi Rindu menjadi runtuh. Ia tak menyangkah sikap rindu sedingin itu sebagai cewek.
Sesaat setelahnya dosen memasuki kelas. Mata peljaran dimulai dan dilalui oleh mahasiswa dan Siswi didalan kelas. Kelas ini hanya berisi 20 orang. Karena ini bisa dikatakan kelas unggul. Sebelum masuk kelas ini. Mahasiswa/i harus melaksanakan test secara keseluruhan. Mulai dari bahasa ingris. Bahasa arab. Baahasa indonesia yang benar. Pengetahuan. Pendapat. Dan banyak lainnya. Rindu menjalani test ini dan mendapatkan peringkat rangking 4teratas saat itu. Yang mendominasi dikelas ini adalah pria, pria berisi 15orang sedangkan perempuan hanya 5orang.
“Hey yang disudut sana!” Teriak dosen menatap tajam kearah Rindu. Rindu yang awalnya menatap buku, konsen dengan bukunya yang berisi kesimpulan menjadi mendongak menatap dosen yang tak jauh darinya. Semua orang menatap Rindu dengan tanda tanya.
“Kamu liat apa ha. Saya disini menjelaskan, kamu enak-enakan main Hp. Sekarang jelaskan kembali apa yang barusan saya jelaskan...” Bentaknya. Dosen itu adalah pria paru baya yang memiliki umur 45 lebih. Dengan kepala yang disuguhi lapangan licin dan perut buncit menambah kesan ia benar-benar dosen kiler.
Rindu yang dituduh bermain Hp hanya diam ia menuruti apa yang diperintahkan oleh dosennya. Ia berdiri dari kursinya dan melangkah maju menuju tempat dosen itu berada.
Dosen itu menatap Rindu tajam, tapi tatapan itu teralih kearah sudut bibir Rindu yang memar akibat pukulan tadi “Kenapa pipi kamu. Kamu berkelahi ya?” Suara itu cukup keras. Rindu hanya diam tak menjawab. Toh jika menjawab juga bakal kena omel.
"Jawab!. Kamu berkelahi dengan siapa? Sudah jadi jagoan kamu!” Suara itu berubah menjadi bentakan. Semua orang menatap Rindu iba.
“Permisi pak..” Suara seorang gadis dari balik pintu memecahkan ketegangan dalam kelas itu. Semua mata teralihkan menatap asal suara. “ Ada apa?” Tanya dosen.
“Saya disuruh memanggil nama Rindu untuk menghadap ruang prodi pak.” Jawabnya. Ia menatap dosen itu sedikit takut.
“Yaudah. Kamu boleh pergi.” Ucap Dosen itu. Ia menatap tajam Rindu saat gadis itu meninggalkan ruangan “ Kamu. Pergi...” Suara itu membentak. Sama seperti mengusir secara kasar.
Rindu hanya mengangguk lalu melangkah pergi menuju ruang prodi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Two Mile
kok bisa gak ada typonya.. kenapa di novel sebelah penuh dengan typo? kemajuan kah?
2024-02-20
0
UcUp
nyimak dulu
2021-11-26
1
moemoe
kykny menariikk....
2021-09-11
3