Rindu meniup nafasnya keatas. Tubuhnya melemas. “ Lalu. Rindu harus bagaimana?” Tanya Rindu.
“Ikut saya....” Jawab Habib tegas. Ia menyeret tangan Rindu.
“Paman mau ajak Rindu kemana?. Jangan culik Rindu...” Teriak Rindu dan memberontak.
“Kamu diam. Jika tidak saya akan benar-benar menculik kamu...” Kata Habib dengan tegas. Rindu hanya mengikuti saja. Ia yakin Habib tak mungkin menculiknya. Apa gunanya coba?. Muka pas-pasan juga....
Habib membawa Rindu menaiki lift Menuju keatas. Tak ada yang mau berbicara duluan untuk memecah keheningan. Rindu sibuk berfikir kemana ia ajak dibawa. Sedangkan Habib mencari topik untuk bicara.
Tak membutuhkan waktu lama, lift yang mereka naiki telah terbuka. Lagi-lagi Habib menarik tangan Rindu. Ia melewati beberapa ruangan dan menaiki tangga. Mereka berhenti diatas balkon mall tersebut.
Rindu menganga menatap kagum didepannya. Disini semua rumah dan jalan nampak begitu indah, kerlap-kerlip lampu dari kota semuanya menjadi kesan dunia dongeng seribu lampion..
“Saya mengajak kamu kesini untuk negosiasi....” Ucap Habib memecahkan kekaguman Rindu.
Rindu beralih menatap Habib yang masih mencekal tangannya erat. Ia mennatap tajam Habib. “Katakan....”
“Saya gagal nika gara-gara kamu. Kamu harus tanggung jawab...” ucapnya ketus.
Rindu menatap Habib heran. Lalu ia harus melakukan apa coba?. “ Paman hamil?” Tanya Rindu menggoda.
Alih-alih tergoda Habib menatap Rindu kesal.”Saya lagi tidak ingin bercanda. Saya mau kamu tanggung jawab, kamu harus Menikah dengan saya untuk mengganti mempelai wanita.."
“Frruuuu..” Tawa Rindu pecah. Ia menatap Habib mengejek. “ Nikah?. Jangan bercanda. Saya masih kecil. Udah gue mau cabut.....” Jawab Rindu.
“Saya tidak bercanda. Kita akan menjalankan nikah kontrak” Jawab Habib lagi.
Rindu mengangkat alisnya satu. “ Kamu agama apa?” Tanya Rindu.
Pria itu menyatuhkan alisnya menatap Rindu. “Islam...” Jawabnya bingung.
“Hidup gue ngeblangsat waktu muda aja kali. Kalo masalah nika gue mau yang lurus, hidup bahagia sama suami gue. Bukan nika kontrak” Jawab Rindu ketus. “ Lagian juga agama loe islam. Masih aja mau mainin Allah. Nikah bukan hal main-main yang seenak jidat loe ngomong...!” Lanjutnya. Ia sudah tak memakai bahasa sopan. Ia menyebut dirinya ‘gue’ bukan ‘Rindu’.
Habib menatap Rindu sinis. “ Saya tidak hanya memberi kamu nikah saja kok. Saya akan beri kamu harta, apapun yang kamu mau saya kasih. Asalkan kamu mau nikah kontrak dengan saya...” Ucapnya sombong.
Rindu melepaskan cekalan ditangannya. Ia sadar jika pria didepannya tidak sedang main-main. Pergelangan Rindu memerah. Ia melipatkan tangannya diatas perut dan memandang Habib sinis. “ Menurut loe harta loe bisa beli harga diri gue?. Loe pikir harta loe seberharga itu dimata gue?” Teriak Rindu. Harga dirinya terasa diinjak-injak karena harta. “ Gue emang miskin, tapi gue nggak miskin harga diri....” Lanjutnya.
“Seberapa besar harga diri kamu?. Saya tahu kamu sering mamaatkan laki-lakikan, saya tahu!. Jadi tidak usah mengatakan harga diri kamu!” Jawab Habib tak kalah sinis.
Wajah Rindu pias. Semua yang dikatakan Habib semua benar meskipun itu bukanlah keinginannya, ia tak mungkin jika semua itu bukan keinginannya, Habib tak mungkin percaya kepadanya begitu mudah. “ Tau dari mana loe hidup gue?” Tanya Rindu penasaran.
“Tidak usah mengalihkan pembicaraan...” Ucap Habib sinis. “Saya tahu jilbab kamu topengkan?. Masih mau bilang kamu punya harga diri yang harus dijaga?. Ayolah negosiasi saya itu sangat menguntungkan...” Kata Habib mengejek.
Kesabaran Rindu sudah habis. Ia merapalkan mantra sabar berkali-kali. “Gue nggak butuh tawaran loe. Loe cari cewek yang menurut loe punya harga diri sana. ...” Jawab Rindu ketus. Lalu meninggalkan Habib.
“Saya menunggu jawababan kamu “ Sahut Habib keras mengiringi kepergian Rindu. Ada senyum tipis diwajahnya.
Semenjak ia bertemu pertama kali dengan Rindu, ia sangat tertarik dengan Rindu. Mulai dari sikap, sampai dengan pemikiran Rindu membuat ia menjadi semakin tertarik. Ia bahkan memerintah Filos untuk menyelidiki tentang Rindu setiap hari. Dan semua kelakukan Rindu sangat ia ketahui. Tapi bukannya ia jijik atau menjauhi Rindu, tapi rasa penasarannya kepada Rindu menjadi-jadi. Dan Rindu adalah orang pertama yang membuat ia tertarik terhadap lawan jenis.
jadi karena itu. Ia hanya ingin dekat dengan Rindu...
...
Rindu berjalan penuh dengan makian, ia bahkan sama sekali tak tertarik lagi untuk mengelilingi mall. Ia berjalan menyelusuri jalanan. Kakinya tak henti-henti menendang angin atau apapun yang ada didepannya untuk melampiaskan emosinya. “Emang gue serendah itu apa?. “
“Lagian juga bukan gue yang morotin mereka. Mereka aja yang bodoh mau-mau aja dibodohin ama Diva sama Meme...”
“gue juga nggak pernah minta meskipun mereka ngasih..”
Semua gerutuan itu melayang berurutan. Rindu memang orang yang gampang terbawah emosi. ia memang jahat dan tak sungkan-sungkan untuk memukul, membentak bahkan membunuh orang yang menurut ia pantas. Tapi ia orang yang sangat memikirkan orang yang menurutnya berharga, bahkan ia akan rela mati untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi.
Rindu memesan ojek online dan menunggu dijalanan. Ia memutuskan untuk pulang dan tidur. Ia bahkan tak peduli bagaimana nasib Diva dan Meme. Ia yakin jika mereka masih senang-senang disana.
Saat sampai dirumah Rindu segera sholat isya meskipun jam sudah menunjukan pukul 10:30. Lalu ia bergegas tidur. Diva dan Meme jangan tanya!. Mereka bahkan belum kembali.
...
“Rin. Loe udah tugas pak Adit belum?” Rindu baru saja memijakkan kakinya didalam kelas sudah diberi pertanyaan oleh Vivi.
“Dudah gue..” Jawabnya acuh lalu mendaratkan pantatnya dibangku kesayangannya.
Gevan yang sudah sampai duluan dari pada Rindu memberi senyum manis. Rindu hanya menaikan alisnya.
“Minta dong. Aku belum. Soalnya aku malem tadi ketiduran..” Kata Vivi.
“Tugas itu dikasih udah satu minggu. Bukannya baru kemarin...” Jawab Rindu. Setiap orang selalu memiliki alasan seperti ini. mengapa setiap orang tidak pernah menghargai waktu?.
“Hehe. Iya sii.” Vivi memberi cengir kuda dan menggaruk lehernya yang sama sekali tidak gatal. “ Ayoo dong Rin. Pleace” Bujuknya.
“Hm. Tapi jangan saaman ya. Entar kita kena tabok lagi sama pak Adit...” Jawab Rindu sambil mengeluarkan bukunya.
“Nggak boleh samaan gimana?. Mana bisa, kan aku nyontek bik ijah” Sahut Vivi sewot.
Rindu mengulurkan tangannya memberi bukunya kepada Vivi dan Vivi menerimanya dengan senang hati. “Bisalah. Kembar aja banyak nggak samaan...” Ketusnya.
“Ya, nggak aku samain de tulisannya...” Jawab Vivi.
“Isinya juga ****...” Ketus Rindu.Vivi sudah malas berdebat dengan Rindu. Ia memutuskan untuk memamfaatkan waktunya untuk membuat tugas.
“Rin. Gue mau nanya ni, boleh nggak?” Tiba-tiba Gevan bertanya dengan Rindu yang sudah siap-siap menggunakan Earphone. Ia menatap Gevan dengan raut tanda tanya. “ Na itu loe udah nanya!” Jawab Rindu.
“Maksud gue bukan gitu. Loe kenapa sii ngomongnya Loe Gue ama Vivi?. Padahalkan dia pakek Aku kamu. Lucu dengernya?” Tanya Gevan,
Rindu menenggelamkan bibirnya sebentar. “Kebiasaan mungkin. Udah ah, nggak usah bahas yang nggak penting.” jawab Rindu dan melakukan aktivitas yang tertunda.
Gevan tidak punya teman selain Rindu. Sampai detik ini sebenarnya sudah ada yang mau berteman dengannya. Tapi trauma nya akan kehidupan masalalunya membuat ia selalu takut untuk berdekatan dengan pria-pria. Ia hanya merasa nyaman kepada Rindu meskipun Rindu cuek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
@$YUR@H✨💫☀☄️🌞❄
maaf thor baca dulu blom like. soalnya blom masuk ke otak gue sifatnya rindu, kaatanya kejam, dingin tpi gobloknya minta ampun soal tman. mnding engga usah punya tman klo udah bisah lindungi dri sndri. 😒😒
2022-11-03
0
Mah
temennya laknat semua
2021-06-15
0
Mah
Rindu yg ngalamin kenapa gw yg dersi
2021-06-15
0