Setelah melewati harinya dikampus mengisi acara, Habib memasuki kantor Antargrub Hollmas. Ia sebagai pemimpin perusahaan menuntutnya untuk kembali bergelut dengan pekerjaan. Tapi adahal yang menganjal difikirannya hari ini. Yaitu rasa penasaran. Penasaran terhadap gadis pemberani yang sama sekali tak menatapnya penuh pemujaan. Dan itu membuat otaknya terganggu. Ia menutup berkas dihadapannya dan memijit pelipisnya. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. “Filos...” Teriaknya.
Pria tegap menggunakan jas hitam mengkilat berjalan masuk menemui Habib. Wajahnya tak kalah tampan. Hanya saja wajahnya terlihat lebih bengis dari pada bosnya. “ada yang bisa saya bantu tuan?” Ucapnya sopan tapi dengan nada datar seperti robot.
“ Kau lihat bukan gadis kecil yang berani dengan argumenku tadi?”Tanyanya . Ia menatap pria yang bernama Fdilos itu tajam. Filos adalah sekretaris pribadinya. Ia dibesarkan oleh orang tua Habib sehingga menjadi orang kepercayaan Habib.
Filos mengerutkan alisnya mencari wajah yang dimaksud tuan mudahnya. Saat wajah gadis yang dimaksud Tuannya tergambar jelas diotaknya ia mulai bersuara tegas. “Saya ingat tuan.”
“ Cari semua informasi tentang gadis itu selengkap mungkin dan bawa kepadaku secepatnya..!” Perintah nya tegas.
Filos sudah terbiasa akan hal ini. Untungnya ia orang yang sangat cerdas bahkan jenis. Ia mudah mengingat dan menghafal. Ia juga orang yang selalu mengurus apapun yang diperintahkan oleh tuannya dengan cepat. “ Baik tuan. Saya pastikan secepatnya.” Ucapnya.
“Kalo begitu, kamu boleh pergi melaksanakan tugasmu.” Ucap Habib.
Filos membungkukkan badannya dan berucap “Baik. Saya permisi tuan muda..” Ucapnya dan pergi meninggalkan Habib sendiri.
...
Disisi lain Rindu melangkahkan kakinya menuju rumahnya setelah semua urusan kampus telah usai. Seperti biasa, ia mungendarai motor kakaknya yang masih dalam naungannya.
Dengan langkah santai ia memasuki rumah. Ia membersikan tubuh seperti biasa lalu melakukan sholat Magrib. Rindu memang pulang sedikit lama hari ini, karena sebelum pulang dari kampus, ia pergi bermain bersama Vivi terdahulu.
“Rin. Loe inget kan kalo malam ini kita ada ketemuan?” Suara Diva dari ambang pintu menjadi pusat perhatian Rindu saat selesai salam.
“Kalian aja. Gue nggak ikut.” Jawab Rindu sambil membuka mukenanya.
“Rin. Pokonnya loe harus ikut. Lumayan tau. Ini agennya lumaya tajir.” Ucap Diva, ia menggunakan agen Layaknya prostitusi kelas atas. Ya memang Diva selalu dijuluki Germo oleh Rindu dan Meme.
“Div. Gue nggak mau. Dosa tau nggak, kalian aja.” Rrindu berseru serius.
“Kita nggak zina kali Rin. Pokonya nggak usah banyak omong. Loe harus ikut titik.” Ucap Diva ngotor.
Rindu menghela nafas “ Tapi jangan malem-malem banget pulangnya ya. Soalnya besok kita masih kulia.” ucap Rindu mengalah.
“Nah gitu Dong. Kan enak. Iya, nggak lama-lama kok. Udah gii ganti baju sebentar lagi kita otw, gue sama Meme udah siap tinggal loe aja yang belum.” Jawab Diva semangat dan melangkah meninggalkan Rindu.
Rindu mengikat rambut panjangnya dan mulai memilih baju, sejujurnya ia sama sekali tak berminat terhadap pria, bukan karena dia gey tapi karena kejadian buruk yang hampir menimpahnya membuat ia jera mencintai atau memiliki kekasih.
Rindu sudah siap dengan Stylenya. Ia menggunakan jeans biru laut longgar, switer putih kebesaran yang membungkus tubuhnya menjadi tak berbentuk, bahkan tangannya tenggelam oleh baju tersebut. Jilbab yang ia gunakan berwarna biru ke abu-abuan dan ia masukan kedalam baju. Sebenarnya Rindu memang menyukai baju kebesaran yang menurutnya itu sangat nyaman. Tapi tidak dengan Diva dan Meme yang sangat menyukai baju yang berbahan ngetan, bahkan tak ada yang bisa ditutupi dari lekuk tubuh nan indah dari tubuh mereka. Rindu juga sangat tidak menyukai dandan, ia hanya menggunakan bedak bayi dan Lipblam hanya itu.
“Kita mau kemana ni?” Tanya Rindu saat sampai didepan teman-temannya yang masih sangat sibuk dengan alat-alat dandan yang sama sekali Rindu tidak ketahui fungsi bahkan namanya.
Diva mengemut bibirnya seperti meratakan lipstik merah merona yang baru ia oles. Ia menutup lisptik dan menatap Rindu. Belum ia menjawab ada suara klakson mobil yang datang dari depan.
“ Nah udah sampek tu orangnya. Ayok...” aucap Diva sambil beranjak dari duduknya. Ia merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Disusul oleh Meme. “Ayok...” Ucap Diva sambil menarik tangan Rindu dan Meme.
Rindu hanya pasrah berbeda dengan Meme yang berwajah mekar laksana menemukan harta karun. Mereka melangkah keluar rumah.
Dapat dilihat mobil putih terparkir didepan rumah mereka. Ada dua pria yang keluar dari mobil tersebut. Mereka cukup tampan.
“Hay. Udah sampek?” Tanya Diva akrab mendekati mereka. Diva memberi pelukan dan cipika-cipiki. Sedaangkan Rindu lebih memilih mengunci rapat rumah mereka.
“Hehe iya. Sorry ya agak lamaan soalnya tadi nungguin ni. Mandinya aja satu jam...” Ucap pria yang menggunakan baju kaos hitam yang dilapisi kemeja kotak-kotak berwarna biru tua dan celana jins hitam. Ia menepuk bahu teman yang berada disebelanya.
Pria yang disindir hanya menggarukkan kepalanya yang tak gatal dan tersenyum malu. Ia melihat Diva yang berada didepannya. “Sorry gara gara gue kalian nunggu lama de...” Ucapnya. Dilihat dari wajahnya. Pria ini jauh lebih tampan dari temannya, ia sebenarnya hanya menggunakan kaos hitam dan celana pendek kontak-kontak moca.
“Nggak apa-apa kok.” Ucap Diva manja.
“Kenalin ini temen gue namanya Arga.” Ucap pria berbaju kotak-kotak.
Pria yang bernama Arga menadakan tangan sebagai isyarat mengajak bersalaman yang diterima oleh Diva. Diva menerima uluran tangan itu dengan senyum full “ Diva. Temen loe ganteng banget sii Dan.” Ucap Diva menepuk lengan pria yang dipanggil Dan atau lebih tepatnya Danil.
“Iya dong, loe nggak mau kenalin cewek cantik yang ada disamping loe ni. ?” Tanyanya menatap Meme.
“Astagaa gue lupa” Ucap Diva menepuk jidatnya. “Ini namanya Melisa dipanggil Meme” Lanjutnya. Meme hanya tersenyum malu-malu dan bersalaman dengan pria yang belum dikenalina tersebut.
“Perasaan loe bilang. Kalian bertiga de. Kok cuman berdua?” Tanya Danil.
“Oh iya. Rindu mana?” Tanya Diva menatap Meme. Ia sama sekali tak ingat keberadaan Rindu saat keluar Rumah. Bagaimana mau ingat kalo matanya tertuju pada dua pria ini!.
“Tuh. Nyandar dipintu” Ucap Meme serta memajukan bibirnya seperti isyarat mngarahkan letak Rindu. Rindu saat ini hanya melipatkan tangannya didada dan melihat mereka dari jauh.
‘*K*alo mau ngobrol, kenapa nggak dirumah aja coba. Sabar ndu sabar’ Batin Rindu.
“Eh Rin. Sini, ngapain loe disana?”Panggil Diva sambil mengibas-ngibas tangannya. Rindu berdecap sebal dan melangkah mendekat. Ditatapnya semua orang didepannya. Dua pria yang tak ia kenali memberi senyum menggoda ala laki-laki biasa .
“Kalian udah ngobrolnya?. Gue udah capek nungguin kalian. Kalo mau pergi ayok. Keburu malem tau nggak.” Ucap Rindu ketus. Ia cukup kesal kepada teman-temannya jika bertemu dengan pria tampan dikit lupa waktu, tempat dan kondisi.
“Cek, yaudah kenalin dululah temen gue. Ini Danil dan Ini Arga.” Ucap Diva sambil mengarahkan yang mana Danil dan yang mana Arga.
Rindu menatap Dua pria itu datar. “Udahkan. Ayok pergi, keburu malam. Sekarang udah jam delapan tau nggak..” Ucap Rindu ketus tanpa menanggapi senyum mahluk tampan didepannya.
“Yaudah. Ayok kita pergi.” Ucap Diva. Sedangkan Danil dan Arga hanya menatap Rindu dengan tatapan kesal bercampur penasaran. Mereka berfikir jika Rindu adalah gadis tergalak yang pernah mereka temui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
msh pnsran jodohy rindu
2022-08-31
1
Dwi Niken
Jgn macem" dgn macam betina kalah lho
2021-04-01
0
Na.Shrlyn
aku suka gaya rindu kalo berantem demi bela yg benar itu bagus dan gayanya juga oke badgirl tp masig jaga image
2020-11-19
9