“Rin. Udah dong, jangan marah-marah. Tenang, lagian juga loe kan masih hidup dan selamat...” Jawab Danil ketus.
“Enak banget loe ngomong..!. Loe masih bilang gue masih hidup dan gue harus tenang?” Tanya Rindu dengan emosi yang menggebu-gebu. Untunglah Danil berdiri didekat Meme dan Diva. Jika tidak sudah pasti menjadi bahan pelampiasan Rindu.
“Yang salah tu elo ya. Loe yang misah dari kita. Segitu jijiknya loe ama kita ha?, sesuci itu loe sampek nggak mau deketan ama cowok?” Tanya Danil tak mau kalah.
Wajah Rindu menggelap. Ia tahu pasti semua ini ada sangkutannya dengan Diva dan Meme.
Ia mengepalkan tangannya sebisa mungkin ia tak terhanyut dalam emosi yang lebih dalam “OH JELAS GUE SUCI!.” Ucap Rindu sinis. “Itu kaki kalo masih mau loe gunain. Jangan sampai mijakin kaki loe kesini lagi!. Kalo enggak? Gue pastiin. Dunia loe nggak bakal seindah sekarang...!” Ucap Rindu mengancam. Lalu meninggalkan mereka.
“Woy sok suci loe. Sini loe..” Teriak Danil geram.
“Sudah Dan, dia cewek, bukan lawan loe..” ucap Arga menenangkan.
“Maafin Rindu ya. Orangnya memang mudah kebawa emosi...” Ucap Diva lembut.
“Untung aja itu temen loe. Kalo nggak udah abis dia..” jawab Danil penuh benci.
Rindu melangkah menjauh. Sweter yang ia gunakan terkena cipatan darah bercampur tanah. Apa temannya tak memperhatikan hal itu?. Rindu menghempas nafas kasar. Hari ini ia cukup kacau. Cepat-cepat ia mengganti bajunya dengan baju santai. Rindu melirik jam yang menunjukan angka 12:40. Ia baru ingat jika ia belum melaksanakan Sholat isya.
Cepat-cepat ia mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Saat sudah salam terakhir ia terbayang saat ia dengan datarnya membunuh empat orang sekaligus, air matanya lagi-lagi berguling jatuh. Ia menatap tangannya yang berlumbur dosa tapi dengan mudahnya mengatakan. Tuhan, lihat aku hambamu!. Aku melakukan kewajiban sholat!.
Tapi faktanya dia orang yang kejih yang penuh dengan darah. Andai Abinya tidak mengatakan “Nak seburuk apapun kamu. Sejahat apapun yang kamu lakukan. Jangan tinggalkan Sholat, jika kamu tinggalkan sholatmu. Maka kamu sama saja meninggalkan Tuhanmu” hanya kalimat Abi dan Uminya yang selalu mendorong Rindu untuk mengerjakan kewajibannya. Andai ia terlahir dirahim orang lain yang tak memiliki ajaran agama seperti orang tuanya saat ini. ia mungkin sudah menjadi manusia yang paling bejat dan memasuki kelompok mafia dan hidup di Bar berisi wanita-wanita malam.
Setidaknya ada titik dimana Rindu merasakan syukur mendapatkan orang Tua seperti mereka. Meskipun Rindu Hidup dengan penuh kekangan dan bandingan.
Rindu melangkahkan kakinya menuju kamar. Saat ia keluar dari ruang mushola, ternyata Danil dan Arga belum pulang, bahkan mereka masih bercenda gurau. Rindu menatap jam ditangannya. Hari ini sudah menunjukan pukul 01:03 pagi. Rindu hanya menghela nafas dan pergi meninggalkan mereka yang sama sekali tak merasakan keberadaannya.
__________
Pagi Hari dimana Rindu adalah orang yang paling cepat bangun dari yang lain. Tanpa alarm ia sudah bangun saat jam 05:00 subuh.
Rindu mengucek matanya yang mengajaknya bangun dari alam mimpi. Ia bahkan belum cukup lama untuk mengsitirahatkan tubuhnya, tapi karena kebiasaannya yang dari kecil bagun dini hari menjadikannya terbiasa, bahkan seperti saat ini. Selelah apapun dia, matanya akan meronta-ronta untuk bangun saat ayam tetangga belum sempat berkokok
Rindu mengikat Rambut panjangnya tinggi, ia melirik kanannya, disana sama sekali tidak ada Diva ataupu Meme. Kening Rindu mengerut. “Mereka tidak tidurkah?. Dimana mereka sekarang?. Mengapa mereka tidak tidur disini?. Apa mereka masih marah sama Rindu. Padahalkan bukan Rindu yang salah?” semua pertanyaan itu berkeliling bagai penari handal dipikiran Rindu. Rindu cepat-cepat menggelengkan kepalanya mengusir tarian pertanyaan itu. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi serta bewudhu untuk melaksanakan sholat.
Saat seusai Sholat Rindu masih menggunakan mukenah dan berjalan menuju ruang tamu untuk mencari keberadaan Diva dan Meme. Ternyata Diva dan Meme tertidur disofa. Bukan hanya mereka tapi ada Danil dan Arga juga.
Rindu menatap teman-temannya kesal, betapa bodohnya mereka. Lelaki yang sama sekali bukan mahrom dan tak dicukup kenali mereka bawah kerumah dan menginap.
Bagaimana jika mereka diperkosa? Atau dirampok?. Tak adakah yang berfikir.
Rindu melangkahkan kakinya mendekat. Ia menarik ujung kaki Meme “Me. Bangun. Udah subuh, sholat dulu.” Ucap Rindu.
membangunkan mereka. Faktanya meskipun Rindu marah yang kesal kepada mereka. Tapi ia masih merasakan kewajibannya untuk membangunkan teman-temannya. Ia memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan. Toh mereka sudah tinggal satu Rumah, bukankah berarti mereka satu keluarga?.
Tak ada reaksi apapun dari Meme. Untung lah mereka tidur disofa yang terpisa dari Danil dan Arga.” Meme bangun udah subuh. Sholat yuk” Ucap Rindu lebih kencang dari awal.
Bukan Meme yang bangun. Melainkan Arga. Suara cempreng Rindu seperti lonceng pembawah kealam sadar untuk Arga. Arga mengucek matanya. Beberapa kali ia mengerjap-ngerjab matanya untuk menatap asal suara yang membangunkannya. “Ada apa Rin?” slSuaranya serak layaknya orang baru bangun tidur biasa.
Rindu beralih menatap suara Arga. “ Kalian nggak pulang?. Kenapa pakek tidur dirumah orang?. Nggak punya rumah loe pada.?” Kata Rindu ketus. Ia sama sekali tidak menyukai hal yang Arga dan Danil lakukan. Mereka sama sekali tidak sopan dalam hal bertamu!. Apa mereka tidak malu menginap dirumah anak gadis orang?.
Arga yang awalnya setengah sadar sekarang menatap Rindu dengan penuh kesadaran. Ia bangkit dari kursinya. “Sorry. Kami kelamaan ngobrol, jadi nggak sadar udah subuh. Karena itu kami nginep” Ucapnya.
“Kalian nggak mau sholat. Kalo mau sholat disana musholanya.” Ucap Rindu. Ia sama sekali tak ingin memburukkan suasana Hatinya dipagi hari. “Jangan lupa bangunin Diva sama Meme. Kayaknya mereka kelelahan” Ucap Rindu datar dan meninggalkan mereka.
Arga tersenyum tipis menatap punggung mungil Rindu yang sudah hilang ditelan tembok. “Manis..” Gumamnya. Arga menatap jam dipergelangan tangannya. Hari ini masih pukul 05:35. Ia membangunkan Danil dan yang lain dan melalukan apa yang diperintahkan Rindu secra berjamaah. Tapi hasilnya nihil....!
______________
“Kamu sudah dapat informasih gadis itu?” Suara Habib tegas namun menawan itu menatap sekretarisnya Fillos yang berada didepannya. Filos menyerahkan amplop coklat yang berisi banya data-data yang diminta tuan mudanya diatas meja.
“Sudah Tuan. Tuan bisa baca sendiri” Jawabnya. Ia kembali berdiri tegap disamping Habib layaknya patung yang dibuat secara khusus untuk tuannya yaitu Habib.
Habib mengambil amplop coklat itu. Ada beberapa kertas dan foto orang yang ia cari. Ia menelusuri setia hurup yang tertulis disana. Ia tersenyum tipis “ Rindu Azzahra. Nama yang manis...” Gumamnya.
Ya itu adalah data-data Rindu yang ia minta. Tentunya Fillos dengan mudah mendapatan hal itu. Dengan menggunakan teknologi yang canggih dan didukung dengan jabatan dan uang. Apa yang tidak mudah dilakukan didunia ini?.
Disana terdapat data lengkap Rindu. Mulai dari info keluarganya. Sekolah dan sebagainya. “ Kamu yakin dia hanya anak buru tani?” Tanyanya.
“Iya tuan. Saya sudah mengeceknya berkali-kali.” Jawab Filos. Habib menganggukan kepalanya dan kembali mengawasi semua data itu.
“Manis...” gumamnya saat menatap foto Rindu yang tersenyum lebar. Disana wajah Rindu dihiasi dua lesung pipinya yang dalam. Membuat siapapun teredot untuk menatapnya lebih lama. Habib mengelus poto itu dan menyimpannya didalam lacinya. Sedangkan data lain ia simpan didalam amplop lagi. “Simpan semua. Kita tunggu saat yang tepat...” Ucap Habib dengan misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Haryati Yati
bahasanya agak ngacak thor,maaf ya diperbaiki lagi😘
2022-12-04
1
Ajeng Ajeng
sepertinya diva dan meme sahabat yg jahat.
2021-09-28
1
Ngapiyah Sakti
lanjut Thor.......💪
2021-06-15
1