Rindu mendekat salah satu pria berbungkus baju hitam dan memegang pelatuk. Tanpa aba-aba ia menendang pergelangan tangan kanannya yang mengenggam platuk. Dengan serangan mendadak itu membuat pelatuk itu melambung keudara dan cepat beralih tangan kepada Rindu yang sedari tadi sudah siap menangkap.
Dor...
Sau tembakan tepat mengenai jantung pria berpakaian hitam itu. Rindu dengan kecepatannya menyerang lawan sangat lihai. Ia tak segan membunuh pria-pria yang memegang pelatuk juga, guna untuk pengamanan dirinya dan 2pria yang masih tersisa . dua pria itu enatap Rindu kagum. tapi saat ini bukanlah hal yang tepat!. Dengan adanya Rindu yang telah membunuh para pemegang Pistol membuat perkelahian itu seimbang. Tak butuh waktu lama Rindu dan dua orang itu bisa melumpuhkan mereka dengan cepat.
Dengan langkah tegas salah satu npria yang Rindu tolong menyerang satu pria yang masih sadarkan diri. Sepertinya ia adalah ketua dari yang lain. “Siapa yang menyuruhmu membunuhku?” Ucapnya tegas.
Pria itu menatap Rindu benci. Jika saja Rinndu tak datang. Dapat dipastikan targetnya sudah mati saat ini.
“Siapa menyuruhmu?. Katakan!. Atau aku akan membunuhmu.” teriaknya membahana. Memecah keheningan malam yang sudah larut.
“Bunuh saja..!” ucapnya menantang. Rindu menatap hal itu bergerak maju. Ia mendorong pria yang ia tolong dan memeganng kepala pria yang menyerang mereka itu.
“Katakan!. Atau akanku pastikan jika kau akan hidup dengan leher kepala yang patah.” Ucap Rindu kejam. Ia menatap bagian tangan pria itu dan kakinya, ada seringaian jahat dimata Rindu, layaknya pesikopat yang kejih. “Sepertinya hidup tanpa kaki dan tangan juga menyenangkan. Ah tidak. Matamu kalau dicengkel juga akan mengasyikan dan menjadi tambah SEMPURNA...” Bisik Rindu. Tapi itu bisa didengar jelas oleh penyerang bahkan pria yang ditolong.
Pria yang Rindu provokasi menjadi tegang. Matanya seakan ingin keluar menatap Rindu. Ingin rasanya ia melawan. Tapi tubuhnya sudah tak kuat tuntuk berdiri. Bahkan pria yang ditolong Rindupun menjadi diam ditempat. Seakan dialiri sengatan Listrik.
“Pilih lah. Katakan atau apa yang aku sebut tadi akan terlaksanakann. Bahkan saat ini juga.” Ucap Rindu dengan seringaian kejam.
“Alex. Alex yang menyuruh kami. Tolong lepaskan aku...” Ucapnya gugup. Ia menelan silva kering ditenggorokannya. Rindu melihat akan hal itu menjadi puas dan berdiri. Ia mengepakkan tangannya. “Pergilah dan bereskan semua kekacauan ini tanpa sisa. Jika tidak. Maka efeknya bisa kau rasakan besok.” Ucap Rindu santai. Ia seakan-akan penjahat ahli.
Dengan cepat Pria itu berdiri. Seakan rasa sakit ditubuhnya sebelum ini tidak ada. Ia Memasiki mobil dan menelpon seseorang. Setelahnya mobil hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi.
Sekarang tinggal hanya Rindu dang dua pria yang masih berdiri kaku. Entahlah. Mereka merasakan jika Rindu lebih menyeramkan dari pada hantu.
Rindu menatap dua pria itu dengan polos. “Kalian tidak apa-apa?” Tanya Rindu ringan.
Seketika dua pria itu menatap mata jernih Rindu. Saat mata mereka bertemu menjadikan ketakutan mereka berkurang dan merasa tenang. “Kami baik-baik saja. Terimakasih nona sudah mmbantu kami.” Ucap salah satu pria bertubuh tinggi. Kulitnya lebih putih dari pada pria satunya lagi. Tapi pembeda dari mereka adalah. Pria ini tampan dan pria satunya lagi manis untuk dipandang.
Rindu enghela nafas. Ia menatap orang-orang yang ia bunuh. Ada 4pria yang terkapar disana dengan tak berdaya. Rindu memang menyukai semua hal yang menyangkut pria. Ia tak suka memasak, membersi rumah dan berias diri seperti perempuan lain membuat ia selalu dimarahi dan dibanding-banndingkan oleh ibunya. Dari kecil ia sudah belajar banyak teknik bela diri. Saat sudah menginjak remaja ia tertarik dengan senjata tajam. Dengan alasan untuk menjaga dirinya.
Pria-pria itu menatap Rindu canggung saat suara Rindu mengagetkan mereka. “Lainkali hati-hati. Bergegaslah. Aku juga ingin pulang. Hari sudah sangat larut. Kalian akan tertimpah masalah lagi jika berlama-lama.”Ucap Rindu. Ia melangkah Ringan menjahui pria-pria yang bahkan ia tak tahu namanya.
“Tuan,kita tidak menanyakan namanya?” Tanya salah satu dari mereka. Tepatnya pria yang berwajah manis.
Pria yang dipanggil tuan olehnya menepuk keningnya dengan mulut yang terbuka. “Astaga. Aku lupa. Bagaimana?, apa kita susul saja?” tanya nya.
“Ada benarnya nona tadi tuan untuk kita segera pergi. Jangan sampai ada kejadian yang tak diingainkan seperti ini terjadi lagi.” Ucapnya.
“Bereskan mayat-mayat ini dan segera kirim kemarkas Alex” ucapnya menatap mayat-mayat yang berserakan.
“siap Tuan” ucapnya.
Pria itu melangkah masuk kedam mobinya. Sedangkan satu pria lainnya menelpon seseorang untuk membereskan semua itu. Setelah itu ia masuk kedalam mobil kemudi. Ia menatap Tuannya yang seperti berfikir keras. Ia tahu apa yang difikir tuannya. Pasti gadis yang membantunya, ya tidak lain!. Pasti gadis itu. Mobil itu membelah jalan dengan kecepan maksimal. Karena malam sudah larut menjadikan jalanan cukup indah dijadikan arena balapan bagi mereka.
Disisi lain Rindu masih membayangkan orang-orang yang ia bunuh, ia berfikir mereka pantas mendapatkannya. Entah, sebenarnya Rindu bukanlah orang yang jahat, tapi ia hanya ingin melindungi orang yang harus ia lindungi. Hanya itu!.. saat ia masih berjalan dengan tatapan kosong. Ia mulai melambaikan tangan ketika mendapatkan taxsi. Untunnglah. Ia masih dikasih Tuhan kebaikan.
Saat ia sudah memasuki mobil dan memberi arah tujuannya hanya menyisahkan keheningan. Rindu dikabut akan kehidupannya, ia menggunakan jilbab, tapi ia masih dengan mudah menghajar orang lain, ia bahkan membunuh manusia!. Perempuan mana yang seperti dirinya?!. Bahkan semua ibadah sholat yang ia kerjakan seakan-akan tiada arti baginya. Rindu menangisi dirinya sendiri saat ini. wajar saja jika orang tuanya malu memiliki anak seperti dirinya.!.
Saat taksi yang ia naiki berhenti didepan rumahnya ia mengusap air matnya, ia menenangkan dirinya sebentar dan berjalan memasuki rumahnya. Saat ia membuka pintu taksi yang ia tumpangi dapat ia lihat Diva dan Meme menunggu didepan pintu dengan raut wajh meyesal bercampur khawatir. Dibelakang mereka ada Arga dan Danil.
‘ternyata mereka pulang duluan." batin Rindu.
Rindu melangkah menuju keberadaan mereka. Wajahnya datar tak memberi reaksi apapun.
“Rin. Loe nggak apa-apakan?. Loe kenapa misah dari kita sii?” Diva menahan tangan Rindu saat ingin melewati mereka.
Alis Rindu terangkat. Ia menatap Diva. Masih bisa Diva mengatakan jika yang bersalah sekarng Rindu?. Bahkan ia sama sekali tak memiliki jejak untuk minta maaf.
“gue yang misah. Atau kalian yang lupa kalo gue masih hidup..?” jawab Rindu setengah emosi.
Diva terdiam akan hal Itu. Dia tak menyangkah jika Rindu akan membentaknya didepan orang lain!.
“Kami nyariin loe dari tadi tau nggak. Kami sibuk nelponin loe, tapi hp loe nggak aktif..!” Bela Meme menatap Rindu.
Dengan sinis Rindu mengambil Handphonenya didalam tas Kecilnya. Ia mengotak atiknya, setelah ia menemukan hal yang ia cari ia menunjukan layar hpnya kepada Meme dan Diva. “Masih mau nyalahin gue. Dan bilang kalo kalian perhatian ama gue?” Tanya Rindu sinis. Emosinya saat ini berada diubun-ubun. Ditambah pernyataan yang tak sesuai tempatnya menjadikan dia gelap mata. “Loe liat nggak gue nelpon loe berapa kali ha..!” Teriak Rindu didepan Meme. Meme hanya memejamkan matanya takut menatap Rindu, tangannya terangkat seakan melindungi diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Dwi Niken
Gak setia kawan kalian berdua 😈😈
2021-04-01
5
NayyaFl
dasar Diva dan Meme jahat. Bunuh aja kak Rindu
2020-04-14
27