“Gue masih mampu hidup pakek duit nyokap gue. inget ya. Jangan salahin gue kalo gue kasih tahu Arga kalo yang nerima dia bukan gue...!” Ancam Rindu sambil mengetik sesuatu kepada Arga.
“Jangan macem-macem ya Rin. Loe mau gue musuhan sama dia!. Gue tadi udah bilang kalo yang main hp loe itu loe. Dan loe juga suka sama dia!” Bentak Diva marah.
“Yang seharusnya marah disini tu gue. bukan loe!. Itu urusan loe. Gue nggak peduli, eh Tuhan ciptain mulut loe tu buat ngomong ya!. Kalo ngebuat sesuatu tu mikir dong pakek otak!” Bentak Rindu. Ia membanting hpnya diatas kasur dan mendorong Diva.
“Rin. Ini buat kita seneng-seneng. Buat kita makan geratis, shoping.” Sahut Meme menenangkan.
“Gue nggak butuh itu semua. Ngerti nggak sii loe pada...!” Suara Rindu menggema diseluru sudut kamar. Mukanya sudah merah karena marah, bahkan dapat dilihat urat lehernya menonjol karena menahan emosi yang memuncak.
“ Kalo loe mau ngomong sama Arga kalo gue yang nerimanya. Gue pastiin kita nggak usah temenan seumur hidup!” Bentak Diva tak kalah keras. Lalu ia berbalik dan melangkah pergi keluar kamar.
Bugghh.. Tanpa aba-aba Rindu menendang dinding kamar. Ia menjambak rambutnya frustasi. Ia tak mungkin mengatakan hal itu semua. Ia tak ingin Diva dianggap buruk dimata Arga. Ia juga tak ingin bermusuhann dengan Diva.
Ia menatap Handphonenya yang sedari tadi bergetar karena panggilan dari Arga. Lalu pandangannya beralih kepada Meme yang duduk kaku. Meme sangat tahu jika Rindu orang yang sangat emosional . “ Loe ladenin tu mangsa kalian...!” Ucap Rindu ketus dan pergi dari kamar.
Tak lama berselang keributan itu. Ada suara kelakson mobil diluar Rumah Rindu. Rindu yang awalnya menahan emosi memilih untuk membaca buku praktisi hukum yang ia gemari mengalihkan pandangannya kearah pintu. Dia pikir itu adalah tamu tetangga.
Kening Rindu berkerut. Untungnya ia selalu memakai jilbab kapanpun itu, kecuali tidur.
‘siapa sii yang bertamu malam-malam gini’ gumam Rindu. Ia beranjak dari duduknya. “Iya bentar..!” Teriak Rindu. Ia melangkahkan kakinya melihat siapa yang berkunjung malam-malam begini.
Saat ia membuka pintu. Dapat ia lihat punggung dua pria bertubuh besar. Lebih tepatnya tubuh mereka cukup berisi. “Hmmm” Rindu berdehem untuk menyapa tamu tersebut. Saat pria-pria itu mendengar deheman Rindu mereka berbalik menatap asal suara.
Pria-pria itu menampilkan senyum terbaik mereka. “ Cari siapa ya om?” Tanya Rindu heran. Faktanya pria-pria didepannya ini memiliki umur yang cukup dewasa. Wajahnya bisa dibilang standar. Dan satunya lagi pria yang memiliki rambut gondrong.
“Ini Rumahnya Diva bukan dek?” tanya pria yang bertubuh lebih besar menatap Rindu.
“Iyaa. Memang ada perlu apa ya om?” Tanya Rindu sopan.
Pria itu tersenyum menggoda menatap Rindu. Rindu bergidik ngeri menatapnya. Bukan ngeri tapi lebih tepatnya jijik. “ Gini dek. Kami udah janjian buat ketemu...” jawabnya.
Saat Rindu ingin melayangkan pertanyaan lagi. Suara Diva yang dari belakang membuat pertanyaan itu harus ditelan kembali. “Eh kak Reza. Udah lama nyampeknya?” Tanyanya. Ia lagsung memberi pelukan hangat untuk pria yang bernama Reza tersebut plus cipika cipiki
“Baik dong. Kamu makin cantik aja sii..” ucap Reza sambil memegang dagu Diva genit.
“Ah kak Reza bisa aja de” Jawab Diva tak kalah genit hanya saja suaranya bercampur dengan manja.
“Ini temen kamu Div?” Reza mengalihkan pandangannya kepada Rindu yang hanya diam saja.
“Iya. Kenalin, ini namanya Rindu temen aku kak.” jawab Diva.
“Hay Rindu. Kenalin nama gue Reza dan ini temen gue Fandi. Salam kenal.” Ucapnya dengan nada yang mengerikan. Bahkan bulu kuduk Rindu berjinjit tinggi.
Tanpa menjawab Rindu pergi meninggalkan mereka dan mengambili buku yang sempat tertinggal disofa. Ia lebih memilih pergi untuk tidur.
“Siapa Rin?” Tanya Meme saat melihat Rindu baru datang dari luar.
“nNgak tau” jawab Rindu ketus. Ia menggulung tubuhnya dengan selimut dan membungkungi Meme.
Dengan langkah cepat Meme menuruni kasur dan belari menuju ruang tamu. “Div. Siapa?” Tanyanya saat ia telah diruang tamu. Ia dapat melihat dua pria yang duduk didepan Diva tersenyum kepadanya.
“Inii ada kak Reza sama temennya.” Jawab Diva lembut. “Sini duduk. Kenalin dong temen gue. kalikan ntar ada yang jodoh...” ucap Diva menggoda.
“Apaan sii Div.” Ucap Meme malu-malu. “Kenalin nama gue Melisa dipanggil Meme” Ucap Meme memperkenalkan dirinya.
“Hm ini temen gue satunya lagi. Kami tinggalnya bertiga disini. Dan gue minta maaf ya atas sikap temen gue tadi nggak sopan.” Ucap Diva malu-malu.
“Nggak apa-apa kok, santai aja” Jawab Reza.
“Kok temen loe dari tadi diem aja sii kak?” Tanya Diva menatap temannya Reza.
“Dia malu-malu orangnya biasalah lit cewek cantik hahah” Jawab Reza sambil cekikikan. Sedangkan Fandi merona malu.
“Gue udah kenalin nii sama temen-temen gue. cantik semua kan?. Janjinya mana nii kak?” Ucap Diva menja.
“ Ya. Gue belum Sempet beli. Kalo mau kita beli sekarang, terserah berapa banyak yang loe mau.” Jawab Reza santai.
“Beneran ni kak?” Tanya Diva kegirangan.
“Beneran. Tapi deketin gue sama temen loe yang tadi ya.” jawab Reza dengan senyum. Yang ia maksud adalah Rindu.
“Siap. Asalkan Shopping sepuasnya ya...” Diva beranjak dari kursi dan mengambil tasnya. Ia ingin menegur dan mengajak Rindu, tapi ia tak cukup berani.
“Gimana ni sama Rindu Me?” Tanyanya dengan Meme yang berdiri disampingnya.
“Dia nggak bakal mau. Dia juga masih marah. Tinggalin aja. Ntar kita bilang ama kak Reza kalo Rindu udah tidur.” Ucap Meme yakin.
“Yaudah de. Yang penting kita seneng-seneng...” Jawab Diva senang seperti hidup tanpa beban.
Mereka melangkah menuju Reza dan Fandi yang sedang menunggunya. Lalu memberikan alasan yang memang sudah dirancang. Reza dan Fandi tentu saja kecewa. Tapi mau tak mau mereka hanya pasra dan meninggalkan Rindu sendirian dirumah.
Sebenarnya Rindu sama sekali belum tidur. Ia mendengar semuanya. Tapi ia hanya ingin menulikan telinganya.
Perjalanan Rindu begitu seterusnya. Ia menjalanankan hidup dengan teman-temannya dalam waktu satu bulan berikutnya dengan dunia malam. Meskipun Rindu tak menjual tubuhnya. Tetapi ia diperalatkan sebagai aset untuk menarik Agen-agen atau mangsa mereka yang dianggap menguntungkan. sebenarnya, mereka tidak menghabiskan harta seseorang begitu banyak seperti meminta mobi atau rumah. Hanya mentraktir mereka bertiga direstoran bintang lima. Shoping setiap malam, mengisi kuota dan pulsa. Beli handphone terbaru. Perhiasan dan lainnya.
Tentunya Rindu selalu memberontak dan tak ingin ikut campur. Tapi karena mereka mencebur Rindu kedalam kubangan yang sama. Kepalang kotor. Rindu menuruti semua kemauan teman-temannya dengan caranya sendiri.
Setiap malam mereka berganti agen atau bisa dikatakan target. Jika agen mereka sudah tak punya uang, mereka akan mencari agen lain yang menguntungkan dan meninggalkan yang sudah tak menghasilkan. mereka selalu pulang larut malam, sesekali Rindu menolak untuk pergi dan bergabung. Jika dihitung-hitung. Mungkin dalam satu bulan ini mereka menghabiskan banyak orang yang diporoti atau jika dihitung lebih dari 20an orang. Tapi yang masih setia dan bertahan hanya satu yaitu Arga. Karena Arga sangat mencintai Rindu dengan tulus, meskipun ia tahu ia diporot di habiskan uangnya. Ia memilih bertahan. ‘Toh kalo uang bisa dicari lagi’ Ucapnya terus menerus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
karenina
haduhhh...temen kayak gitu mah buang ajh kelaut...ngapain msh ditemenin..enak di mereka gak enak dikita..mereka yg puas morotin duit..rindu yg JD bantalannya
2022-12-23
1
moemoe
kok bs gtu sih... kek placur beneran...mana jilbaban lg...masak gk bs tegas sama teman..
tu mah bukan temen namanya...klo aku toxic friend kek gtu ku tinggal aja...
trus tu sakit d dada rindu pa kabar?
2021-09-12
1
Nur Yatik
rindu sifatnya aslinya tegas, tp kenapa ma temennya lembek. dia bkn org yg kesusahan jg ngerti agama, kenapa g nglawan?
2021-06-04
2