Givan menatap Rindu dan pria-pria itu bergantian. Ia tahu Rindu mendukungnya. Ia tersenyum tipis. Ia memegang tangan Rindu untuk membelah kerumunan dan menjauh. Tapi tangannya dicekat salah satu pria itu.
“Mau kemana loe. Kabur?. Dasar pengecut!” Teriaknya.
“Diem Loe anjing...!. loe yang pengecut!. Sukanya main keroyokan..!!” Teriak Rindu menggemah, ia tak suka dibilang cewek murahan tapi ia cukup menahan diri. Tapi jika dibilang pengecut ia tak bisa mentorir lagi. “Lepasin. Biar gue patahin leher ni orang..!” Rindu berusaha melepaskan cekalan tangan Gavin.
“Biarin aja. Anjing menggonggong kapila berlalu.” Jawab Gavin . mengajak Rindu Menjauh dari keramaian. Ia menyeret paksa Rindu untuk keluar kelas. “Lepasin” teriak Rindu berkali kali. Tapi Gavin sama sekali tak berniat Melepaskannya. Banyak orang yang benatap hal itu. Ada yang menatap iri, takut dan ada juga yang biasa saja.
Gavin membawa Rindu ditaman kampus. Ia menduduki Rindu disalah satu bangku disana lalu duduk disamping Rindu. “Sorry.” Ucapnya.
“Buat apa?” Tanya Rindu. Ia masih sangat kesal karena emosinya tidak terlampiaskan.
“Karena bantuin gue loe jadi musuhan sama temen kelas loe. Makasih juga ya udah mau bantu belain Gue..” Ucapnya.
Rindu mengangkatkan satu alisnya, “Siapa bilang gue bantuin loe. Gue nggak suka berisik.” jawab Rindu ketus.
Gavin menatap Rindu disampingnya. “ Nggak usah bohong. Nggak ada gunanya!” Jawabnya lembut.
Rindu tersenyum tipis. Ia balik menatap Gavin. “Loe aja kePDan...” Jawabnya.
“Bdw. Loe nggak takut ama gue?. Loe taukan kalo gue... gue pembunuh?” Tanya Gavin gugup. Ia menatap mata Rindu.
Rindu menyilangkan kedua tanggannya dikepala dan menyandarkan punggungnya disandaran kursi. “Kata Umi gue. takut itu sama Allah bukan sama manusia...” Ucapnya santai. Ia memiringkan kepala menatap Givan. “Kalo gue bilang gue pernah ngebunuh orang loe percaya nggak?” tanya Rindu.
Givan mengerutkan keningnya. Ia terang-terangan menatap Rindu dan menilai penampilannya. “ Nggak mungkinlah. Loe berjilbab gini nggak mungkin.." Jawabnya.
“Haha. Yaudah kalo nggak percaya.” Jawab Rindu acuh. Ia menarik nafas dalam dan menghembusnya pelan. “ Gue tau loe ngebunuh orang pasti ada alasannya. Nggak mungkin tampang kayak loe mau ngebunuh orang. Lembek gini juga...” Jawab Rindu ketus. Ia menatap Gavin remeh.
Gavin terkekeh menatap Rindu. “ Loe bener, gue ngebunuh salah satu dari mereka karena gue dibuly.” Jawabnya sedih.
Rindu menegakkan punggungnya dan menatap Gavin serius. “Gue dibully dikampus itu. Gue mau dilecehin sama kakak tingkat gue. kalo gue cerita lebih lanjut mungkin loe bakal jijik ama gue” Ia ragu untuk bercerita. Tapi Rindu satu-satunya orang yang mau menerimanya saat ini, setidaknya ia memiliki teman disini untuk berbagi kasih.
“Cerita aja. Gue denger kok. Nggak usah malu. Santai ama gue.” Jawab Rindu saat menatap Gavin yang ingin bercerita ragu-ragu. Kini yang ada hanya penasaran bukan lagi emosi. Seenggaknya ia tau jika ia punya teman sesama pembunuh.
“Awalnya gue Cuma dibully. Tapi lama kelamaan gue dilecehin. Ya gue nggak tahan, gue ngelawan tapi jumlah mereka banyak. Lebih paranya gue, gue diajak buat ngelakuhin hal yang nggak sepantasnya dilakuin cowok sama cowok. Kalo gue nggak mau nurut, gue diancam buat dibunuh, bahkan dulu waktu gue ngelawan. Kuku jempol kaki gue mereka lepas paksa bahkan dipukul pakek batu. Nggak Cuma disitu.” Jawabnya. Nanpak raut frustasi. Ia bahkan tak malu untuk menangis.
“Dilecehin kayak gimana?. Maksud loe mereka Gey?” Tanya Rindu. Ia mengerutkan keningnya menatap Gavin.
Gavin menganggukan kepalanya. “Mereka ngebuka celana gue. mere—“
“Stop. Gue paham!. Terus kenapa loe mau cerita ini ke gue?” Rindu tak ingin melanjutkan cerita yang menjijikan itu. Ia ingin mengalihkan pembicaraan.
“Karena. Karena Cuma loe yang mau disamping gue. gue mau jadi temen loe. Kata mami gue, gue harus ada temen yang kuat yang mau lindungin gue. dan loe gue liat mau lindungin gue” Jawabnya polos.
Rindu tersenyum miris. ia mengerjab matanya ‘ wajar aja ni cowok kayak gini. Udah gede tapi masih polos banget lagi’ batin Rindu.
“Loe maukan temenan ama gue. gue minta tolong rahasiain ya apapun yang gue bilang. Entar gue kena marah ama Mami gue kalo gue cerita sama orang. Katanya itu aib” matanya membesar layaknya anak kucil meminta elusan.
‘tambah ganteng de; batin Rindu.
“Puk..puk..puk... Gue mau jadi temen loe. Gue juga bakal bantuin loe belajar jadi orang kuat ya...” Jawab Rindu dengan menepuk pundak Gavin.
“Jangan peluk-peluk. Gue nggak suka dipeluk” Ancam Rindu saat Gavin mau memeluknya.
“Hehe. Benerankan. Kalo gitu kita temenankan?” Tanya Gavin layaknya anak kecil. Rindu hanya menganggukan kepalanya.
“Yaudah. Gue laper. Kantin aja yuk...” Ajak Rindu sambil mengelus perutnya yang datar. Gavin yang menatap Rindu tersenyum dan menganggukan kepalanyamereka.
Hari ini adalah hari dimana mereka berkenalan dan berteman. Sesekali mereka tertawa dan bercerita hingga menjelang sore pertanda bahwa mereka harus berpisah.
...
Kegiatan Rindu seperti biasa. Pulang, membersikan diri dan melaksanakan sholat magrib. Setelahnya ia menyempatkan untuk mengaji beberapa ayat.
Setelah melaksanakan kewajibabannya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar, saat ia memasuki kamar, ia melihat handphonya sudah dimainkan oleh Diva dan Meme yang diiringi tertawa misterius. “ Kalian ngapain main gadge gue?” tanya Rindu curiga. Saat ia ingin merebutnya. Cepat-cepat Diva menyimpannya dibalik punggung.
“Pinjem dulu. Pelit amat si...!” jawab Diva ketus.
Rindu hanya mengerutkan keningnya. Memang kebiasaan mereka jika berseteru hanya sesaat. Setelah beberapa saat tanpa mengucapkan kata maaf, mereka sudah saling menyapa lagi. Mereka sudah berteman sejak SMP. Jadi apapun yang ada pada mereka. Pastinya Rindu sangat mengenali watak satu sama lain.
“Ni Rin” Ucap Diva sambil menyodorkan handphon Rindu.
Rindu menatap mereka curiga. Ia duduk tak jauh dari Diva dan mengambil handphonenya. “ Buat apa kalian main hp gua?. Nggak ada kuota?” Tanya Rindu.
“Enggak ada hehe..” Jawab Diva cengengesan, sedangkan Meme hanya tersenyum kaku.
Karena Rindu penasaran. Ia menatap Hpnya. Ia mencari hal yang mencurigakan dari Hpnya. Tidak biasanya teman-temannya memainkan Hpnya seperti itu. Saat ia membuka Aplikasi Wanya. Matanya membelalak kaget. Ia menyescroll chat dari nomor asing baginya dan itu sudah disave oleh Diva dengan nama “ Arga sayang”
“Kalian apa-apaan sii ...!“ Bentak Rindu kesal.
“Hehe. Sorry Rin, jangan marah dong.” Bujuk Diva dab Meme. “ Dengerin gue dulu ya. Arga tu suka banget ama loe. Dia curhat ama gue dari malem kemarin tau nggak.” Jawab Diva.
Rindu menatap temannya tajam. “ Yang sukakan dia. Bukan gue!” jawab Rindu ketus.
“Ya.. kurang Arga apa coba Rin. Ni ya. Dia tu ganteng. Tajir lagi. Sumpah ya dia tu enak banget kita porotin, gue bakal jamin kalo hidup loe bakan sejahtera kalo pacaran ama dia. Lagian juga Meme aja nerima Danil buat kita sama-sama porotin.” jawab Diva mulus.
“ Gue nggak mau. Loe bilang ama Arga kalo yang nerima dia itu loe. Bukan gue, cepet. Gue nggak mau tau pokoknya ya.” Ucap Rindu tegas. Diva menggunakan Handphone Rindu karena misinya untuk membuat Rindu menerima Arga sebagai pacar Rindu. Supaya bisa diporotin. Dan yang paling Parah. Rindu bahkan belum pernah chat Arga sebelumnya dan tiba-tiba ia sudah jadian. Dan Semua itu rencana Diva dan temennya.
“Ini buat kita juga Rin. Gue juga pacaran sama Danil biasa aja. Ya ng penting tu duitnya.” Jawab Meme.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
gelo neh temennya
2022-04-17
1
Lestharii Whiwhenk
ko aku ga suka ya sama temen".y ..
2021-06-18
0
Irma Nst
saya pernah nonton flim korea mirip banget cerita ini ...
2021-05-17
1