Menanti Cinta Sang Abdi Negara
Judul : Menanti Cinta Sang Abdi Negara
Penulis : Rindu Yuliana
BAB 1. PERTEMUAN TAK TERDUGA
Gisya Kayla Nursalsabila seorang gadis berusia 25 tahun pemilik sebuah toko roti dan kue bernama "Caca Bakery". Dulunya toko itu dikelola oleh bundanya, namun semenjak kematian suaminya bunda Syifa memutuskan untuk memantau dari jauh dan gisya lah yang saat ini meneruskan usahanya. Ayah gisya meninggal karena kecelakaan.
"Bunda, kapan Uqi selesai pendidikannya Bun?" tanya Gisya.
"Do'akan bulan depan Uqi sudah menyelesaikan pendidikannya," jawab Bunda Syifa.
"Semoga Uqi lulus dan bisa membanggakan kita ya bun!" ujar Gisya dengan penuh harap.
"Aamiinn, Neng!" Bunda Syifa selalu mendo'akan yang terbaik untuk putra putrinya.
Muhammad Syauqi Malik adalah adik Gisya satu-satunya yang saat ini sedang melanjutkan pendidikannya di Sekolah Polisi Negara (SPN) yang berada di daerah Cisarua, Lembang. Uqi dan Gisya adalah anak yang patuh dengan semua ucapan orangtuanya. Keyakinan mereka adalah orangtua selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Langit sudah mendung pagi hari ini, namun tidak menyurutkan semangat Gisya untuk berangkat ke toko kue miliknya. Selesai sarapan pagi, Gisya berpamitan kepada Bundanya.
"Bunda, Caca berangkat dulu, ya. Assalamualaikum!" pamit Gisya sambil mencium tangan Bundanya.
"Hati-hati dijalan Neng, sudah mau hujan! Walaikumsalam," jawab Bunda Syifa seraya mengelus bahu putrinya.
Dengan riang gembira, Gisya mulai menjalankan scooter matic kesayangannya. Saat dipersimpangan jalan, hujan sudah mulai turun dengan derasnya. Disaat yang lain menepi untuk berteduh, Gisya terus melajukan scooter maticnya. Saat lampu merah, Gisya dengan riangnya menengadahkan tangannya keatas. Menikmati setiap tetesan air hujan yang mengguyur tubuhnya.
"Alhamdulillah, allahumma shayyiban naafi'an," ucap Gisya.
"Gadis yang aneh," ucap seseorang dari dalam mobil yang berada dibelakang motor Gisya.
Dia adalah Lettu Fahri Putra Pratama seorang Tentara yang memiliki sikap dingin, tegas dan berwibawa. Wajahnya cukup tampan dan kulitnya hitam manis. Saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju ke kantor Akademi Militer untuk menjalankan tugasnya melatih para Taruna bersama sahabatnya Lettu Andi Faturachman.
"Siapa yang aneh, Ri?" tanya Andi yang mendengar ucapan Fahri.
"Gak ada," ucap Fahri dingin.
Setelah lampu berwarna hijau, Gisya segera melanjutkan perjalanannya. Sesampainya didepan toko, sudah ada kedua sahabatnya yang mengatupkan kedua tangannya didada.
"Astaghfirulloh, Allahuakbar Caca Marica HeyHey! Kebiasaan banget sih kamu mah, kenapa huhujanan? Mau sakit lagi kamu?" Omel Yuliana yang geram melihat Gisya hujan-hujanan, pasalnya Gisya memiliki Alergi Dingin yang bisa membuat badannya gatal-gatal hingga sesak nafas.
"Hehehehe, kelupaan gak bawa jas hujan sayang-sayangku!" elak Gisya saat melihat kedua sahabatnya itu dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Malah cengar cengir, udah sana masuk! Nanti masuk angin, dengerin emak-emak ngomelnya didalem aja!" ucap Febri sambil memberikan handuk kepada Gisya.
"Siap komandan!" ucap Gisya dengan senyuman yang memperlihatkan gigi berbehelnya.
Sementara itu, Fahri dan Andi baru saja sampai di Kantor, setelah selesai laporan mereka menuju ke Rumah Dinas yang akan mereka tempati selama 6 bulan bertugas. Sambil membereskan barang, mereka berbincang-bincang.
"Ri, gimana hubungan kamu sama Santi? Jadi kamu melamar dia sepulang dari sini? " tanya Andi.
"InshaAllah, semoga setelah pulang dari sini aku bisa melamarnya Ndi," jawab Fahri dengan lesu.
Andi tau jika hubungan sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja, kedua orangtua Santi memang menentang hubungan keduanya dengan alasan tidak memiliki masa depan. Padahal Fahri sudah memiliki Rumah sendiri dan memiliki usaha Cafe.
"Kamu jangan patah semangat, jika Santi mau memperjuangkan hubungan kalian semuanya pasti akan baik-baik saja," ucap Andi menyemangati Fahri.
"Semoga saja Ndi, sampai sekarang pun dia belum menghubungi aku. Padahal sebelum aku pergi ke Bandung, aku sudah mengirim pesan" keluh Fahri karena sudah lama sang kekasih tidak pernah menjawab pesannya.
"Mungkin dia sedang sibuk, Ri. Sudah kita istirahat dulu, baru nanti kita cari makan siang!" ucap Andi.
Mereka merebahkan tubuhnya di kamar masing-masing hingga terlelap.
Toko kue Gisya sedang ramai-ramainya pengunjung, banyak sekali yang menyukai rasa Roti dan Kue milik "Caca Bakery" ini.
"Rani, tolong ini roti disusun di Etalase ya!" ucap Gisya pada Rani sang asisten yang membantu Gisya membuat Roti dan Kue.
"Iya teh! Punten teh, kata Farida persediaan terigu dan telur sudah hampir habis," ucap Rani memberikan laporan.
"Tolong minta Teh Ulil atau Teh Ebi belikan ya Ran! Teteh lagi repot, nanggung lagi beresin pesanan Bu Ayunda," ujar Gisya sambil menghias kue Ulang Tahun pesanannya.
"Siap teh, Laksanakan!" ucap Rani sambil memberikan tanda hormat.
Gisya memang lebih mempercayakan berbelanja kepada Yuliana atau Febri. Selain mereka teliti, mereka juga selalu melakukan tawar menawar saat berbelanja. Karena mereka lebih sering berbelanja di Pasar Tradisional dibandingkan dengan Supermarket.
"Teh Ebi, kata Farida stok terigu dan telur sudah hampir habis," Lapor Rani pada Febri yang kini sedang sibuk dengan ponselnya.
"Oke," jawab Febri singkat.
"Lagi chat sama siapa sih? Anteng banget, sampe si Rani minta di pesenin bahan cuman jawab oke!" tanya Yuliana dengan raut wajah kesal. Pasalnya sejak tadi banyak pelanggan, Febri sibuk berbalas chat entah dengan siapa.
"Eh, ini cuman lagi chat sama Mang Sapri buat pesen telur," elak Febri.
"Sejak kapan Mang Sapri pake baju seragam loreng?" tanya Yuliana yang semakin penasaran.
"Ih kamumah! Kemal banget sih, udah lanjut kerja sana!" kesal Febri.
"Waktunya makan siang kalee!" Jawab Yuliana tak kalah kesalnya.
"Udah-udah! Berisik tau ributin apa sih? Yuk makan siang! Perutnya kosong makanya gampang emosi," ucap Gisya.
"Makan siangnya di Rumah Makan Uda Kris yuk! Kangen rendangnya, hehehe" usul Yuliana. Sebenarnya dia ingin makan disitu karena banyak tentara dan mahasiswa yang makan siang disana.
"Heleh, sok-sokan kangen rendang. Bilang aja mau cuci mata! Aku laporin si Jafran baru tau rasa," kesal Febri.
"Sekali-kali ga apa-apa dong! Mumpung calonku masih bertugas, yang penting kan ini hati sudah paten buat dia." Jawab Yuliana santai.
Jafran adalah calon suami Yuliana seorang pilot Maskapai penerbangan Garuda. Kini Jafran sedang bertugas, sudah 10 bulan lamanya dia belum kembali.
"Mau makan apa mau debat sih!" Kesal Gisya karena daritadi mereka hanya terus mengoceh.
Dengan berjalan kaki, mereka menuju Rumah Makan Padang langganan mereka yang tidak begitu jauh dari Toko. Baru saja sampai mereka melihat semua meja hampir terisi penuh, hingga mereka berebut meja dengan tiga orang yang berseragam Tentara.
"Maaf Pak kita duluan yang disini," ucap Yuliana sambil duduk di salahsatu kursi.
"Sorry mbak, Kami yang duluan disini," ucap Indra yang tak mau kalah dan duduk didepan kursi yang diduduki Yuliana.
"Kita yang duluan!" Geram Yuliana.
"Kami yang duluan Mbak!" Kekeh Indra.
"Ada apa sih ribut-ribut?" ucap Andi menengahi.
Mereka menoleh ke sumber suara. Saat bertatapan, wajah Andi dan Febri terkejut. Mereka saling memandang penuh haru dan diselimuti rasa gugup, tidak menyangka bahwa akan bertemu secepat itu. Bukan hanya Andi, Fahri pun terkejut melihat gadis manis yang berada didepannya. Gadis yang dia lihat di Lampu Merah.
"Kok Abang malah diam?" kesal Indra pada Andi yang hanya terdiam mematung.
"Sudah, makan sama-sama saja. Disini yang tersisa hanya meja panjang ini. Mbak tidak keberatan kan?" tanya Fahri pada ketiga gadis tersebut.
"Ya udah duduk bareng-bareng saja, masih muat kan untuk 6 orang," ujar Gisya membuat jantung Febri semakin berdegup kencang.
"Hey! Malah tatap-tatapan, mau makan gak?" Kesal Yuliana melihat Febri yang diam terpaku di tempatnya.
Febri segera duduk disamping Gisya, sementara Andi duduk di hadapannya disamping Fahri.
"Kamu kenal dia?" bisik Fahri pada Andi.
"Dia cewek yang aku ceritain ke kamu tempo hari," bisik Andi menjelaskan.
Karena merasa risih dengan Andi dan Fahri yang berbicara saling berbisik, Yuliana menegurnya.
"Mas kalo mau ngobrol jangan bisik-bisik! Oranglain bisa tersinggung," tegur Yuliana pada Andi dan Fahri.
"Eh maaf mbak!" ucap Andi salah tingkah.
"Udaa Kris! Pesanan Kami seperti biasa, ya!" teriak Yuliana pada sang pemilik Rumah Makan.
"Ih kebiasaan teriak-teriak kalo pesen makan," geram Gisya sambil menjewer telinga Yuliana.
"Hehehe, maaf Ca. Jangan marah-marah, nanti keriputan!" ujar Yuliana sambil mengelus telinganya yang memerah.
Selang berapa lama Udaa Kris membawa pesanan meraka.
"Ini pesanan Nona-Nona cantik dan ini makanan Abang-Abang tampan," ucap Udaa Kris sambil meletakan pesanan makan di Meja.
"Terimakasih, Uda." ucap Febri dan Andi bersamaan membuat keduanya semakin salah tingkah.
Keheningan saat makan membuat Yuliana resah sendiri. Pasalnya mereka biasa beradu argumen saat makan.
"Kok kamu tumben banget anteng Biw, biasanya nyerocos kalo lagi makan." ujar Yuliana sambil mengunyah makanannya.
"Jangan makan sambil bicara, nanti keselek!" ucap Gisya memperingati sahabatnya itu.
Fahri tersenyum simpul mendengar penuturan Gisya. Entah mengapa baginya Gisya sangat aneh tapi menarik. Sementara Andi dan Febri makan dengan gugup dan saling lirik. Yuliana benar-benar semakin merasa kesal sekaligus dengan tingkah Andi dan Febri yang saling melirik.
"Kalo mau kenalan bilang aja Mas!" ucap Yuliana pada Andi.
"Eh, ke-kenapa Mbak?" tanya Andi gugup.
"Dari tadi saya liatin Masnya lirik-lirik terus sahabat Saya!" ucap Yuliana.
"Ulil, terusin makannya! Jangan bikin malu," bisik Gisya sambil mencubit pelan tangan Yuliana.
"Saya sudah kenal dengan Adinda Febri Mbak," ucap Andi memberanikan diri.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Gisya dan Yuliana tersedak bersamaan saat mendengarkan ucapan Andi.
"Makanya jangan berbicara ketika makan!" ledek Fahri sambil menyodorkan minum miliknya kepada Gisya.
"Terimakasih," ucap Gisya yang gugup.
Berbeda dengan Yuliana, jiwa kepo maksimalnya sudah meronta-ronta.
"Kamu beneran kenal sama Mas ini Biw?" tanya Yuliana, dan Febri menganggukkan kepalanya sambil menatap Andi.
"Ini Kang Mas Andi, orang yang tadi kamu intip chatnya!" ucap Febri malu-malu.
"Kalo jodoh pasti bertemu ya Bang! Baru tadi Abang bilang mau ketemu sama cewek spesial," ucap Indra membuat wajah Febri merona karena malu.
"Aamiin, semoga saja kami berjodoh! Katanya kalo jodoh pasti bertemu," ucap Andi sambil menatap Febri.
Andi dan Febri tampak sangat malu-malu, tapi mereka bahagia dipertemukan secara tidak sengaja.
Ponsel Gisya bergetar, dia mendapat pesan dari Zayn calon suaminya. Setelah selesai makan Gisya berpamitan terlebih dahulu karena Zayn sudah menunggu di Toko.
"Aku pamit duluan ya, A Zayn sudah nunggu di Toko." bisik Gisya pada Febri dan Yuliana. Mereka menganggukkan kepalanya bersamaan.
"Mari semuanya, Saya permisi duluan. Assalamualaikum!" ucap Gisya berpamitan.
"Walaikumsalam!" ucap mereka serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Cut Ainun
baru mulai... 😊🥰🥰
2024-11-07
2
Nurr Amirr🥰💞
salam hangattttt... aqu hadirrrrr thorrrr🥰🥰🥰🥰
2024-07-06
0
maulana ya_manna
mampir thor
2024-02-07
0