Fahri yang baru saja sadar dari koma, merasakan sakit didadanya. Melihat Kedua Orangtuanya menangis, membuat Fahri merasa bersalah.
"Ma-maafin Abang, Ma." gumam Fahri terbata-bata.
"Udah, Abang jangan banyak bicara. Mama berterimakasih Abang masih ada disamping Mama. Abang harus janji gak akan ninggalin Mama!" isak Risma memegang erat tangan putranya.
"Ma, biarkan Fahri isrirahat. Sekarang kita makan dulu, dari kemarin Mama belum makan." ajak Hari pada istrinya.
Fahri menangis mendengar ucapan Papanya. Kasih sayang Ibu memang tiada bandingannya. Melihat putranya menangis, Risma mengikuti suaminya untuk makan terlebih dahulu. Saat ini di Ruang Rawat hanya ada Andi, Fahri dan Serda Rizal.
"Kamu harus kuat, Ri. Kita masih harus berjuang bersama-sama untuk Negara ini." ujar Andi menyemangati Fahri.
"Apa sudah lama aku tidur? tanya Fahri terkekeh lemah.
"Siap! seminggu Lettu tertidur," jawab Serda Rizal dengan mata berkaca-kaca.
"Heh, kamu perwira. Jangan cengeng, saya belum mati. Push Up 10x" ucap Fahri meledek bawahannya itu.
"Siap! Laksanakan!" Jawab Rizal.
Mereka sama-sama terkekeh melihat Rizal yang langsung mengikuti perintah.
Sementara suasana haru sedang terjadi di Acara Pelantikan Syauqi yang sudah mendapatkan gelar Bripda. Hari ini adalah hari Pelantikan Syauqi yang baru saja lulus dari SPN. Syifa menghampiri putranya yang disambut dengan sang putra bersujud mencium kakinya. Lalu memeluk Bundanya erat.
"Bunda bangga sama Uqi, akhirnya Uqi bisa memenuhi keinginan Ayah. Selamat Bripda Muhammad Syauqi Malik, semoga amanah dan sukses." do'a Syifa kepada anaknya.
"Alhamdulillah, semua ini juga berkat do'a Bunda. Mulai saat ini, Uqi yang akan menjaga Bunda dan Teh Caca." ucap Syauqi sambi memeluk Bundanya.
"Selamat Uqiw! Semoga sukses dan bahagia selaluu," ucap Febri yang langsung merangkul Syauqi.
"Aaminn, makasih Teh Ebiw!" balas Syauqi.
"Uqii Maruqi! Selaamaaatttt yaaa! Asik resmi jadi Polisi, Uhuuuyyy!!" teriak Yuliana sambil memberikan sebuah Bucket yang berhias bunga dan uang.
"Aseeeekkkk, Sultan mah bedaa bucket nya juga euy!" celetuk Syauqi lalu berhambur merangkul Yuliana.
"Tetehnya Uqi yang paling cantik dimana, Bun? Kok gak keliatan Bun?" tanya Syauqi yang tidak melihat kehadiran kakak tercintanya.
Bunda Syifa, Febri dan Yuliana saling pandang. Mereka sudah mengira, Syauqi pasti akan menanyakan keberadaan kakak yang paling disayanginya.
"Yee! Malah pada bengong, dimana Teteh, Bun?" tanya Syauqi kembali.
"Emm, Caca gak bisa ikut kesini. Dia bagian jaga Toko, lagian banyak banget pesenan." celetuk Yuliana yang membuat Febri dan Bunda Syifa melotot.
"Cih, mentingin Toko daripada adiknya! Awas aja, ketemu nanti aku jitak kepalanya," ucap Syauqi yang kesal dan kecewa.
"Eh, itu kepala di Fitrahin tiap taun! Maen getok aja, dasar bocah!" ledek Yuliana.
"Dih, bocah juga udah bisa bikin bocah!" celetuk Syauqi yang mendapat cubitan dipinggangnya.
"Kamu masih kecil, jangan mikirin yang aneh-aneh!" kesal Bunda Syifa sambil menjewer kuping Syauqi.
"Aww, Aww, Aww sakit Bundaku sayang! Gimana kalo kuping Uqi lepas," keluh Syauqi.
"Udah, hayuk kita makan-makan dulu! Teh Ulil udah laper nih," ajak Yuliana.
"Masa gak sama Teteh makan-makannya! Gak seru ah, ke Toko aja nanti barengan sama Teh Caca!" tolak Syauqi karena ia sudah rindu makan bersama kakaknya tersayang.
Syauqi mengambil kunci mobil yang ada ditangan Febri. Mereka benar-benar tidak bisa berkutik dengan sikap Uqi. Jantung mereka berdegup kencang, mereka takut mengatakan yang sebenarnya pada Uqi. Sambil bersiul, Uqi melajukan mobilnya. Dia sudah benar-benar merindukan kakak tercintanya. Dalam hati, Dia sangat kecewa karena kakaknya lebih mementingkan Tokonya dibanding dirinya.
Dalam mobil, Febri duduk dengan gelisah. Dia mengerti bagaimana sikap Syauqi jika tau apa yang sebenarnya terjadi pada sang Kakak.
"Gimana ini Bun?" bisik Febri pada Bunda Syifa yang duduk disampingnya.
"Bunda gak tau, Biw. Gemeteran ini tangan Bunda." tutur Bunda Syifa yang memperlihatkan tangannya.
Syauqi yang melihat dari spion merasa aneh akan tingkah Febri dan Bundanya.
"Bunda sama Teh Ebi bisik-bisik tetangga nih!" celetuk Uqi yang membuat keduanya gelagapan.
"Aduhhh!! Perut aku sakit, belok dulu ke Pom Bensin Qiw!!" ucap Yuliana mengalihkan pembicaraan Uqi.
"Gini nih ribet kalo bawa Emak-Emak Rempong!!" keluh Uqi.
Setelah di Pom Bensin, Yuliana turun ditemani oleh Febri. Mereka bertukar pesan dengan Bunda Syifa yang sedang berada dimobil. Sudah hampir setengah jam disana, mereka belum menemukan alasan yang tepat untuk memberitahu Uqi tentang kondisi Gisya.
"Teh Ulil lama banget sih, Bun! Masa setengah jam gak kelar-kelar, emang ngeluarin apaan sih tu perutnya!" kesal Uqi yang sudah lama menunggu.
"Sabar! Mungkin Teh Ulil diare, makanya lama" tutur Bunda Syifa.
"Uqi susul aja ah!!" ucap Uqi yang langsung keluar menuju Toilet.
Bunda Syifa belum sempat mengirim pesan, Uqi sudah menemukan Febri dan Yuliana yang sedang duduk resah dikursi depan Mushola.
"Yaa Allah! Ni cewek-cewek rempong, Uqi tungguin daritadi malah duduk manis disini," geram Uqi.
Febri dan Yuliana semakin gelagapan. Mau tidak mau, mereka kembali ke mobil.
Karena kesal, Uqi melajukan mobilnya tanpa mendengarkan ucapan Bundanya. Bahkan sepanjang perjalanan, mereka masih terdiam hanyut dalam pikirannya masing-masing. Syauqi mulai merasa curiga kepada mereka. Sesampainya di Toko, dia langsung masuk meninggalkan Bundanya yang sangat gelisah.
"Teh Caca!" teriak Uqi yang mengagetkan semua pelanggan dan karyawan.
"Uqi! Jangan teriak-teriak, liat mereka pada takut. Gak liat tuh seragam yg kamu pake!" geram Febri yang menyusulnya.
"Hehehe, maaf Teh Ebiw. Udah kebiasaan kalo manggil Teh Caca gitu," elak Uqi lalu masuk kedapur.
Uqi tidak melihat keberadaan sang kakak, semuanya gugup dan gemetar melihat Uqi.
"Dimana Teh Caca?" tanya Syauqi pada Farida asisten kakaknya selama membuat Kue.
"Emm, ituu-ituuu. Emm," Farida bingung tidak bisa menjawab.
"Aamm, Emm, Amm, Emm apasih! Dimana Teh Caca? Tinggal jawab juga apa susahnya!" geram Syauqi.
Karena kesal tidak ada yang menjawab, Syauqi menggebrak meja yang ada didepannya.
"Teh Caca koma di Rumah Sakit!" teriak Rani kaget.
Syauqi melakukan itu, karena tau salah satu pegawai disana latah jika kaget. Tapi kali ini, Syauqi yang terperanjat kaget.
"Maksud kamu apa? Coba ngomong yang jelas!" ketus Syauqi pada Rani.
"Uqii, udah Qi! Nanti Teh Ebi dan Bunda yang menjelaskan, kasian mereka!" tutur Febri menengahi.
"Jelasin sekarang!" tegas Syauqi.
Febri meminta semua karyawan untuk kembali bekerja. Syauqi mengikuti Febri masuk kedalam mobil, melihat sang Bunda yang menangis dibangku belakang membuat hati Uqi meringis. Dia meminta Yuliana untuk melepaskan pelukan sang Bunda dan menggantikannya. Syauqi memeluk Bundanya erat, Febri mulai melajukan mobilnya menuju ke Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Syauqi memapah tubuh Ibunya yang lemas, mereka berjalan beriringan. Sesampainya dikamar rawat Gisya, tubuh Syauqi bagai tak bertulang. Dilihatnya Uwak Ais yang sedang mengaji disamping ranjang Gisya. Hatinya sangat teriris melihat Kakak yang paling disayanginya terbaring dengan perban dikepala dan berbagai alat yang menempel pada tubuhnya. Syauqi berjalan perlahan menuju ranjang Kakaknya, airmatanya sudah tidak bisa tertahan lagi. Syauqi berhambur memeluk Gisya.
"Teh, kenapa bisa begini? Apa yang terjadi sebenarnya? Bangun atuh Teh, lihat Uqi udah disini. Teteh kan janji mau melihat Uqi pake seragam Polisi. Lihat Teh, Uqi sekarang udah resmi jadi Polisi," lirih Syauqi dipelukan Kakaknya. Dia membelai lembut tangan kakaknya yang terpasang infus. Dia terus menangis, rasanya pedih sekali. Kejadian 2 tahun lalu, cukup membuat Syauqi trauma. Hari ini dia berada dalam situasi yang sama.
Bunda Syifa menangis dipelukan Uwak Ais. Sudah hampir 1 bulan ini Uwak Ais menemani Bunda Syifa. Sebenarnya dokter mengatakan jika tingkat kesadaran Gisya hanya beberapa persen. Gisya hanya bisa hidup dengan bantuan Alat. Tapi mereka memiliki keyakinan bahwa Gisya akan kembali sadar. Dan segala biaya Rumah Sakit Gisya sudah ditanggung oleh Uwak Yusuf. Baginya, yang penting keponakan tersayangnya bisa tetap hidup. Kejadian yang menimpa Gisya membuat semua orang-orang terdekat merasa kehilangan.
Febri yang sedang mengusap bahu Syauqi terkaget dengan dering suara ponselnya sendiri. Wajahnya berubah bahagia mendapatkan panggilan dari lelaki yang paling dirindukannya. Febri berlari keluar untuk mengangkat telpon.
In Call
"Assalamualaikum, Mas! Mas baik-baik saja kan? Apa yang terluka Mas? Gimana kondisi Mas sekarang?" tutur Febri yang membuat Andi hanya bisa tersenyum.
"Walaikumsalam, sabar Dinda. Tanyanya satu-satu, Mas pusing mau jawab yang mana dulu." ucap Andi.
"Maaf Mas, aku sangat khawatir sama kondisi kamu. Apalagi berita di TV itu gak bilang secara detail siapa yang terluka dan siapa yang gugur. Apa yang terluka Mas?"
"Mas ngerti sayang. Maafin Mas ya, udah bikin kamu khawatir. Mas cuma tertembak diperut sama dibahu Dinda. Gimana kabar kamu Dinda?" tanya Andi.
"Apa?! Mendapat 2 luka tembak, Mas bilang cuma?!" kesal Febri mendengar ucapan Andi.
"Eh, eh Dinda jangan marah-marah! Gimana kabar kamu sayang?" tutur Andi membuat Febri semakin merindukannya.
"Aku lagi gak baik-baik aja, Mas. Pertama karena Gisya belum sadar dari komanya, padahal ini sudah satu bulan sejak kecelakaan itu. Yang kedua karena Mas! Denger nama Mas disebut jadi nama korban bikin jantungku berasa copot. Tapi aku bersyukur kalo Mas sekarang baik-baik aja." isak Febri menjelaskan keadaan hatinya.
"Sabar sayang, InshaAllah Gisya akan baik-baik saja. Kita sama-sama berdo'a ya!" ucap Andi menenangkan kekasihnya itu.
"Gimana kabar Bang Fahri, Mas? Apa dia terluka juga?"
"Fahri tertembak didada, dia sempat koma satu minggu. Alhamdulillah dia sudah sadar sekarang," lirih Andi.
"Yaa Allah, Mas. Kasihan sekali mereka, setelah dikhianati mereka malah mendapat musibah seperti ini."
"Sudah jalan Allah, Dinda. Kita do'akan saja yang terbaik buat mereka semua. Oh ya, Jafran sama Yuliana jadi menikah?"
"Semuanya ditunda Mas. Kita gak mungkin melakukan pesta ketika sedang dalam kondisi seperti ini."
"Mas paham, maaf Mas juga belum bisa menepati janji untuk melamarmu." Sesal Andi.
"Gak apa-apa, aku akan tetap menunggu kamu. Mas, aku tutup dulu telponnya." tutur Febri.
End Call
Febri memutuskan teleponnya secara sepihak, karena dia mendengar keributan dari Ruang Rawat Gisya. Ternyata Syauqi berteriak saat mendengar bunyi monitor yang begitu kencang. Mereka semua yang berada dalam Ruang Rawat merasakan kekhawatiran yang sama. Dokter beserta suster datang, mereka membawa beberapa alat yang entah itu gunanya untuk apa. Semua keluarga diminta untuk menunggu diluar. Karena shock, Bunda Syifa dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat.
Bagaimanakah Kondisi Gisya?
Apa Gisya akan selamat atauu...........
Nantikan episodee selanjutnyaa yaaa!!!
Salam Rindu, Author 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Aden Boy
🤭🙈
2024-04-13
0
Irat Tok
selamat datang kembali gisya
2023-02-25
0
Nenden Zakiah Bahasuan
😭😭😭😭
2022-08-21
0