PEDANG ABADI
Seribu pasukan datang mengepung lembah Abadi dengan berbagai peralatan perang bergelayut dipinggangnya masing-masing.
Seribu pasukan itu di pimpin oleh Bomel sang jenderal penjahat dari Bukit Tinggi.
Yaitu sebuah kerajaan yang letaknya di atas pegunungan yang tinggi. Kerajaan itu adalah kerajaan yang jahat, hanya melukai orang-orang baik.
Seribu pasukan itu langsung mengatur formasi sesampainya di Lembah Abadi, Sang Jenderal pelan-pelan maju memimpin rombongannya mendekati sebuah gubuk yang di tempati oleh dua manusia yang telah tua rentah.
Sang Jenderal itu berteriak lantang di depan gubuk itu pada pemiliknya.
"Keluaaaarrrrrrr bangsat.... keluaaaarrrrrrr...... keluaaaarrrrrrr keluaaaarrrrrrr cepat kaliaaaann keluaaaarrrrrrr." teriak Bomel keras sebagai Jenderal pasukan.
Teriakan Sang Jenderal tak mendapat gubrisan dari penghuni rumah. Pemilik gubuk tak keluar-keluar walaupun teriakan demi teriakan dilantunkan sekeras-kerasnya oleh Jenderal panjahat.
Sekali lagi saya tekankan. Keluaaaarrrrrrr cepat. Keluaaaarrrrrrr, siapa pun kalian dalam gubuk itu silahkan keluaaaarrrrr sebelum aku meluluhlantakkannya.
Berkali-kali Bomel teriak dengan raut wajah mengerut seperti hantu matanya merah membelalak, rambutnya panjang terurai tak terurus.
"Anak buah cepat geledah gubuk itu dan seret penghuninya ke hadapanku! Saya tau kalau mereka ada di dalam rumah itu."
"Cepat! "Perintah Bomel sang Jenderal Penjahat.
Olehnya itu, tak lama kemudian anak buahnya segera beranjak menuju ke gubuk itu hendak memeriksanya.
Namun sebelum mendekati teras gubuk itu, dua manusia yang sudah tua rentah keluar pelan-pelan sambil berdeham berkali-kali sembari berkata lembut.
"Ada apa kalian jauh-jauh datang kemari? Oug..oug.ough." Tanya kakek tua itu sambil terbatuk-batuk tak mengeluarkam dahag.
"Kalian harus bertanggung jawab atas penyerangan anak buahku kakek tua? " Desak Bomel.
"Oug. Ough. Ough. Ough. Emangnya Ada apa? Saya selama ini tidak pernah menggangu siapapun. Saya berdua dengan istriku tidak pernah lagi keluar-keluar seperti dulu. Apalagi mengusik orang lain." Ucap kakek tua.
"Hah, tidak mengakui, " desah Bomel.
Lanjutnya. "Sudah membunuh tapi tak mangakui hahahaha." di sambut tawa ratusan anak buahnya yang berjejer mengelilingi gubuk itu sambil bersiaga siap menyerang kapan saja.
Wajah kedua orang tua itu tetap tenang tak terpancing oleh keadaan yang menjeratnya.
"Sudahlah kalau kalian tidak percaya, kami mau masuk. Silahkan tinggalkan gubukku ini." lirih kakek tua ramah meminta para komplotan itu segera pergi meninggalkan gubuk reotnya.
"Hahahaha. hahah. haha. haha. hahaha. hahaha. "cengegesan Bomel di iriringi ratusan anak buahnya menertawakan ucapan kakek tua tersebut.
"Apa meninggalkan? Saya tidak salah dengar ini kakek tua bangka?" Tanya Jenderal penjahat kembali.
"Tidak ada yang bisa lari dariku kalau sudah berurusan denganku, memang bukan kalian pelakunya, pelaku pembunuh anak buahku akan tetapi cucu kalian telah berhasil membunuh anak buahku." Tegas Bomel geram.
"Itu pasti karena ulah kalian sendiri, tak mungkin cucuku mencekal anak buahmu kalau bukan tindakan kalian sendiri yang memancingnya." Ucap si Kakek tua singkat dan tenang seolah berbicara dengan tamu biasa-biasa saja.
"Hah," dengus Bomel tak perduli.
"Tak usah banyak cek cok, cepat sebutkan di mana Bintang?"
"Aku tak tau keberadaan cucuku, silahkan cari sendiri."
"Alaaaaa, masih saja mengelak. Tak mau memberitahukanya." Ucap Bomel tambah geram sambil mengatupkan rahangnya.
"Sebelum saya berlaku kasar pada kalian berdua wahay tua bangka, silahkan sebutkan secara detail tempat persembunyianya?"
Si kakek tua diam sejenak sambil menatap wajah teduh istrinya.
"Sudah Saya sampaikan ke kalian semua, tidak mungkin kami menyembunyikan cucu kami, ingat? Dalam keadaan apa pun tak pernah cucuku sembunyi." Singkat ucap kakek tua.
Lanjutnya. "Kenapa sampai kalian berambisi ingin mencarinya? Dia bukan pemuda yang salah seperti yang kalian kira. Kau Bomel dengan seluruh anak buahmu Saya tau maksudmu yang sebenarnya. Kau hanya ingin menangkap cucuku agar kalian bebas berbuat tak ada yang menjadi penghambat kalian dalam melakukan aksi brutal pada orang lain." Tutur Sang kakek tuduh poin mengenai kelakuan Sang Jenderal penjahat itu.
"Makin banyak cincong si kakek bangka ini. Anak buah segera habisi dia!" Perintah Bomel tegas menyuruh anak buahnya menyerang si kakek tua.
Serempak anak buahnya beregerak cepat menghabisi si kakek tua.
Namun tak diduga-duga sang kakek memiliki ilmu sakti yang tak mudah ditaklukkan begitu saja oleh seribu anak buah Bomel yang sedang menyerang dari berbagai arah.
"Cepat bunuh! " Teriak Bomel keras mengamandoi seluruh pasukanya.
Penyerangan pun terjadi dari seluruh anggota pasukan Bomel.
Si kakek pun tak bisa menghindar hingga terjadi saling serang menyerang.
"Jangan biarkan dia lolos dari serangan ini."terus teriak Bomel.
Suara pedang berdentang denting memenuhi Lembah Abadi. Tak sedikit dari pihak Bomel berjatuhan menjerit kesakitan, saat terkena sabetan tombak yang dipegang oleh si Kakek tua.
"Walau dia kuat tetap dia akan kalah, ingat jangan beri dia celah untuk beristirahat? "
"Iya jangan beri dia celah."
"Siap.... Siap.... Siap."jawab para anggota Bomel sambil menyerang si kakek tua yang lama kelamaan sudah mulai pudar kekuatanya.
Bomel teriak dari arah barat memerintahkan ke pasukanya untuk segera menangkap istrinya si kakek tua.
"Sebagian segera tangkap istri kakek tua itu. Kekuatanya akan melemah drastis kalau istrinya berhasil kita bekuk."
"Baik Jenderal." Jawab serentak anak buahnya seraya berlari ke dalam gubuk hendak menangkap Istri Si Kakek tua.
Di depan teras rumah atau gubuk suara dentuman-dentuman keras meliuk-liuk bagai gemuruh guntur yang saling mengejar.
Si Kakek tua makin terdesak dengan langkahnya yang mulai terperanjak jauh ke arah alun-alun pekarangan rumahnya.
"Cepat tangkap si Kakek tua itu dan segera bawa Istrinya ke hadapanku!" Teriak Sang Jenderal Bomel tegas dan geram atas sikap Si Kakek tua yang telah melakukan perlawanan.
"Ingat kelemahanya pada lelahnya," Lirih salah satu pasukan sambil berdesah-desah mengingatkan temanya dalam melakukan penyerangannya.
"Siap. Dia sudah mulai terhuyung, ini pertanda bahwa kekuatanya sudah mulai melemah." Jawab salah satunya lagi sambil memperbaiki jurusnya dan kembali menyerang si Kakek tua tanpa memberinya celah bernafas.
"Bagus sekali, bawa dia kehadapanku." Ucap Bomel di atas kudanya kepada beberapa orang anggotanya yang telah menyeret paksa Istri si Kakek tua.
"Semakin kau bertahan kakek bangka, maka Istrimu akan terus menjadi bulan-bulanan anak buahku hahaha." ledek Sang Jenderal sambil cengegesan menghimbau kepada si Kakek agar tak melawan lagi.
Si Kakek tua melihat Istrinya telah dihajar oleh para anggota Bomel, Ia terhenti dari perlawananya.
Si Kakek tak melawan lagi, terhenti sempurna pergerakanya melihat Istrinya sedang diguyur oleh puluhan tedangan kaki yang mengarah kepada Istrinya.
Pelan-pelan Sang Kakek terjerembab dan kemudian rebah seketika usai mendapat lembingan keras tombak dari arah anggota pasukan Bomel.
Seketika Sang Kakek terkapar dan berlumuran darah di mulutnya.
Melihat Istrinya menjadi bulan-bulanan anak buah Bomel sang Kakek berusaha dengan rasa sakitnya meminta kepada Bomel agar tak mengusik Istrinya.
Namun ucapan sang Kakek itu tak berlangsung lama baru Ia menghembuskan nafas terakhir di hadapan Istrinya yang sedang disiksa oleh para anggota Bomel sang Jenderal penjahat.
Selang beberapa waktu Istrinya pun menyusul suaminya tak kuat menahan penyiksaan yang dilakukan oleh puluhan pasukan Bomel.
Ketika tewas Sang Kakek itu bersama Istrinya kemudian Sang Jenderal itu menyeretnya ke dalam gubuknya sendiri lalu membakarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nuhume
😆🔥🔥🔥🔥🔥🔥
2023-04-09
0
Apong Suryana
RaFhka
2022-08-13
0
𝙍𝙖𝙝𝙢𝙖𝙣𝙞𝙖✧・ 。゚★: *.
Mampir bawa like y
2022-08-10
0