Usai membaca surat, raja Bukit Tinggi bergumam pelan.
"Kenapa utusan Planet Jupiter tidak langsung saja kemari?"
"Dia sepertinya Raja, ingin menikmati suasana alam di Bumi. Setelah menyerahkan lembaran surat ini, mereka tak langsung naik ke angkasa akan tetapi mereka masih berputar-putar di alam liar."
"Ough, begitulah mereka para pasukan kerajaan di angkasa saat menginjakkan kakinya di atas Bumi maka mereka akan betul-betul menikmatinya, merasakan kesejukan di alam liar."
"Di Planet Jupiter dahulu tidak pernah ada pepohonannya, konon kata orang tua terdahulu bahwa mereka hanya bisa melihat tanam-tanaman seperti pepohonan kalau mereka berkunjung ke Bumi. Menurut orang tua terdahulu negeri itu adalah negeri yang tandus tak berpenghuni namun berkat bantuan dari Ratu Nuni maka seluruh pasukan di Langit membantu mereka menanam pohon di tanah yang tandus itu hingga akhirnya jadilah negeri itu berpenghuni dan memunyai tanaman kehijau-hijauan yang lebat."
Hening. Raja berhenti sesaat sambil menghela nafas panjang.
"Apakah mereka turun ke Bumi dengan memakai pesawat tempur nya?" Tanya Raja sadar dengan alat transportasi yang digunakan oleh pasukan Jupiter.
"Iya raja, mereka menggunakan pesawat tempur yang berbentuk Piring."
"Ya, itulah pesawat tempurnya, selain itu juga mereka mempunyai pesawat induk. Dalam pesawat induk tersebut bisa mengangkut ribuan pasukan bahkan dapat memuat pula pesawat tempur mini jenis Baling-baling."
"Um." Gumam Jendral mendengar tuturan sang raja.
Sebenarnya dulu, sebelum terjadi perang seperti saat ini, seluruh kerajaan yang berada di berbagai planet seperti planet Mars, Planet Jupiter, Planet Bulan, Planet Saturnus, Planet Oranus, Planet Neptunus, Planet Pluto, Planet Venus, Planet Merkurius, Langit dan Bumi yang saat ini kita tinggali.
"Semua kerajaan yang berada dalam planet tersebut masih akur belum ada pemberontakan seperti sekarang ini, namun dengan adanya sebuah ledakan besar dari matahari maka membuat semua planet mengalami kekeringan panjang akibat ledakan yang di hasilkan oleh lapisan matahari."
"Di situlah awal mula, pemberontakan yang terus terjadi sepanjang hari. Yang dulu bersahabat sekarang malah kebalikannya yaitu saling menghancurkan disebabkan oleh kekeringan yang menimpa planet masing-masing, namun saat itu hanya Bumi saja yang tidak mengalami kekeringan panjang seperti yang dirasakan oleh berbagai planet lainya."
"Bumi dan Langit adalah dua negeri yang sangat bersahabat bahkan persahabatan nya sampai saat ini juga. Tidak pernah berselisih. Namun akhir-akhir ini Negeri Langit sudah mulai menjadi incaran para penguasa planet.
"Langit adalah sebuah negeri yang berada pada sebuah ketinggian, yang berada pada ketinggian 25.000 kaki dari permukaan Bumi, langit tak punya tanaman-tanaman seperti planet lain, mereka bergantung pada kondisi iklim seluruh planet kalau ada salah satu planet yang berputar tidak sesuai porosnya maka itu akan menjadi ancaman besar bagi Negeri Langit, akan menghancurkan kerajaan Langit. Sebab langit bergantung pada prosedural Planet yang berputar sesuai aturan nya." Terang raja tak hentinya, ketika lama menjelaskan soal seluruh kerajaan di alam semesta maka ia segera tersadar pula dengan kehadiran para jendral yang telah diperintah nya.
"Oh, terus bagaimana caranya mereka bisa menanam padi raja?"
"Bukankah padi adalah kebutuhan utama para makhluk di semua negeri Raja untuk bertahan hidup?"
"Iya betul. Tapi Langit tak membutuhkan semua itu, Ratu Langit yaitu Nuni mampu mengatasi seluruh kelemahan penduduknya. Ia mendesain segala jenis kebutuhannya dengan cara-cara moderen. Makanan manusia Langit tak semacam kita di Bumi ini, mereka cukup menghidup udara dingin maka suhu dingin itulah yang membuatnya menjadi kenyang sampai berhari-hari."
"Ouh." Ucap para jendral tertegun.
"Bagaimana tugas kalian? Apakah kalian menemukan pelakunya?" Tanya Raja Cinken mengalihkan isu, tersadar dengan apa yang menjadi tugas jendral nya.
"Kami sudah melenyapkan pelakunya, bahkan ada sebagian penduduk yang hendak melawan, kami pun menumpasnya hingga tak bersisa." Jawab Jendral mantap.
"Bagus, bagus sekali memang itu yang kumau."
"Tujuh hari lagi saya minta pada kalian semua untuk memenuhi panggilan sang penguasa Jupiter, mereka akan membahas soal kerjasama pasukan, bersama sekutu lainya untuk persiapan agenda yang lebih besar.
Kalian para Jendral yang akan hadir memenuhi undangan itu. Kuserahkan sepenuhnya pada kalian untuk mengikutinya.
"Namun sebelum tiba waktu berangkat, kalian harus pergi ke suatu tempat, tempat itu banyak emasnya peninggalan orang-orang dulu. Kalian harus mengambilnya?" Ujar Raja Cinken.
"Di mana tempatnya?" Tanya Jendral salah satunya.
"Menurut warga, tempatnya di Batipuh yaitu sebuah lembah yang tak jauh dari lembah abadi." Lirih Raja Cinken."
"Baik Raja."
"Ingat apapun caranya kalian harus bisa mengambilnya? Merebutnya entah dengan cara-cara apa saja."
"Bukanya di Batipuh ada sebuah rumah-rumah penduduk di sana?" Telisik Jendral.
"Justru itulah saya katakan, kalian harus merebutnya dengan cara apa pun. Bagi penduduk yang nantinya akan melawan kalian tumpas saja, bila mereka mengganggu jalannya kalian. Menurut Berita yang pernah ke sana, emas itu di jaga oleh warga di sana sebab itu adalah kekayaan pemukiman mereka." Tegas Raja Cinken sambil mengatupkan rahangnya.
"Siap Raja."
"Emas itu posisinya berada di tengah lingkaran rumah penduduk, penduduk di sana sengaja membuat rumahnya mengelilingi emas itu supaya mereka bisa memantau dua puluh empat jam emasnya."
"Hum." Dengus Jendral.
"Silahkan kalian pergi sekarang juga! Sebelum ada pasukan lain mendahului kalian."
"Baik Raja."
Ketika mengatakan demikian, serempak pasukan Bukit Tinggi bergegas ke Batipuh, sebelum sampai ke Batipuh mereka terlebih dahulu melewati lembah Abadi. Ketika sampai di Lembah Abadi Sang Jendral yang begitu kejam memerintahkan para pasukanya untuk membakar hangus seisi Lembah Abadi.
Semua tanam-tanaman di sekitar Lembah Abadi ludes terbakar hangus hingga tak bersisa satu pun pohon di Lembah itu. Betul-betul para Jendral merusak dengan penuh geram ke kayaan alam di Lembah tersebut.
Hati para Jendral itu puas dengan apa yang terjadi pada Lembah hutan Abadi, walau tak berpenghuni namun perasaanya bahagia melihat kebakaran hutan itu.
Usai membakar hutan di Lembah Abadi kemudian mereka melanjutkan perjalannya menuju ke perkampungan Batipuh tempat emas yang mereka cari.
Satu jam berjalan, baru mereka sampai di Kampung Batipuh itu.
"Sepertinya kampung ini tak terlalu banyak penduduknya seperti yang kita duga. Rumah-rumah di sini hanya belasan saja. Bagaimana mungkin mereka akan melawan kita?"Lirih salah satu Jendral.
" Iya tapi jangan dulu gegabah?" Ucap seorangnya lagi yang berwajah buruk dan menyeramkan.
"Apakah kita membersihkan penduduknya lebih dulu atau bagaimana?" Ucap Jendral itu lagi dengan angkuhnya.
"Tidak, kita harus mengamat-ngamatinya saja dulu, lagian kita belum tau secara persis tempat emas itu."
"Oh oke."
Tiga puluh menit menyelidiki lokasi akhirnya mereka pun tau tempat nya.
"Bagaimana Jendral?" Tanya pasukan mendesak.
"Baik, kita akan mengambil nya sekarang tapi tidak usah sampai menumpas penjaganya kecuali mereka melawan barulah kita membasmi nya." Ujar Jendral yang diikuti titahnya.
Sejurus kemudian mereka pergi ke tengah lingkaran tanpa memeduli pandangan tajam dari penduduk.
Penduduk awal mulanya mencegah namun melihat reaksi Pasukan Bukit Tinggi membahayakan nyawanya maka dibiarkanya saja dengan tindakannya tersebut.
Sekat pembatas di lepasnya dengan kasar oleh Jendral itu, lalu anak buahnya lambat laun menyingkirkan bebatuan yang bertumpuk-tumpuk mengelilingi emas itu.
Hampir satu jam mereka bereaksi mengambil emas itu dari tempatnya barulah dapat mereka genggam.
Emas itu berbentuk bola karet kecil, seutuhnya adalah emas. Usai membongkar tempat emas itu lantas mereka pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.
"Kenapa ya penduduk melihat kita dingin-dingin saja seolah mereka membiarkan kita mengambil emasnya padahal mereka menjaganya. Menurut raja emas ini adalah kekayaan pemukiman mereka." Lirih Jendral yang memegang emas yang berbentuk bola karet itu.
"Mungkin mereka sudah bosan menjaganya." Ujar salah satunya sekenanya saja.
"Hahaha....Haaahaaaa, hahahaha," Sambut tawa para Jendral mendengar ucapan malas itu.
Saat bersamaan dengan tawanya yang memekik Lembah Batipuh tersebut sebuah raungan panjang muncul dari arah barat.
Semuanya tertegun. Memandang ke sumber suara.
"Awas?" Teriak Jendral tiba-tiba melihat puluhan harimau muncul secara tiba-tiba.
Harimau itu di ikuti sosok hitam legam parasnya sungguh menyeramkan.
Lawan mereka teriak Jendral berusaha mengomandoi pasukanya yang seribu pasukan. Kemudian perlawanan sengit pun terjadi antar harimau dan Pasukan Bukit Tinggi.
"Tombak mereka," Teriak Jendral terengah-engah.
Namun tombak itu hanya di tepisnya saja oleh harimau itu seperti membelah rerumputan. Tak berpengaruh sedikitpun pada tubuh harimau yang kasar.
Puluhan harimau itu melompat ke sana sini dengan lincahnya menerkam, merobek, mencakar, hingga memakan kepala lawanya.
"Di mana sosok hitam itu?" Teriak Jendral panik.
"Dia berubah menjadi harimau, ikut memangsa." Jawab salah satu Jendral tak berani melangkah maju hanya membiarkan pasukanya saja bertempur melawan harimau itu.
Satu persatu pun mati diterkam harimau, lama ke lamaan jumlah yang seribuan langsung terkuras habis oleh serangan harimau tersebut.
Jendral yang tadinya terus berteriak akhirnya segera tau bahwa itu bukan makhluk biasa, bukan harimau biasa. Akan tetapi itu adalah siluman jadi-jadian.
"Bagaimana ini, pasukan sudah mulai habis terbunuh harimau?"
"Lemparkan bola emas itu, cepat!" Perintah Jendral yang diikuti titahnya.
"Lempar ke mana?" Jawab salah satunya sangat panik.
"Ke tempatnya semula, kembalikan cepat sebelum kita habis dimangsa di luman ini?"
Kemudian dengan segera salah satu Jendral melemparkan bola emas itu ke salah satu pasukan dan pasukan itu membawa lari bola emas itu dan menaruhnya di tempat nya semula.
Ketika tersimpan bola emas itu di tempatnya, sebuah keajaiban pun terlihat, seluruh harimau itu secara tiba-tiba menghilang begitu saja. Serempak hilang nya bahkan bukan cuman harimau itu saja akan tetapi dengan rumah-rumah penduduk yang berdiri melingkar sekitar bola emas tersebut.
Tempat itu berubah menjadi sebuah hutan lebat yang tadinya berpenghuni sekarang hanya hutan melompong dengan suara kicauan burung-burung yang bertengger di dahan-dahan kayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments