Usai membakar gubuk reot Sang Kakek, Sang Jenderal kembali memacu kudanya kembali ke kerajaan Bukit Tinggi. Sebelumnya Bomel memerintahkan ke seluruh pasukanya untuk memeriksa sekitaran gubuk reot sang kakek, jangan sampai ada pusaka yang ditinggalkannya.
"Bagaimana kalian mendapati sesuatu?" Tanya Sang Jenderal.
"Tidak ada Jenderal."
"Kami sudah memeriksanya seutuhnya namun tak menemukan apa-apa." Jawab sebagian anggotanya.
"Baik, jika begitu kita harus pergi sekarang." Pinta Sang Jenderal Bomel sambil menarik tali kekang kudanya.
Oleh karena itu, satu jam pasukan Bukit Tinggi meninggalkan lembah Abadi barulah Bintang sang pemuda penakluk seluruh kekuatan hadir di lembah tersebut.
Bintang terperanjak melihat kondisi kakek dan neneknya yang mengenaskan tertindis reruntuhan gubuk yang sudah luruh oleh si jago merah. Kakek dan neneknya telah terbakar hangus namun ada sedikit bagian tubuhnya yang belum sempat dilalap api sehingga itulah yang terlihat oleh cucunya Bintang.
Sang cucu yang menyaksikan peristiwa yang mengenaskan tersebut menangis sedih. Melihat kakeknya mati ditimbuni oleh puing-puing bangunan. Lama menangis di atas puing-puing bangunan gubuk, tiba-tiba Ia tersadar akan sesuatu.
Cepat-cepat Ia bangun dari kesedihannya lantas bergegas ke tengah puing-puing reruntuhan bangunan gubuk. Ketika memeriksanya lebih detail lalu Ia mengambil potongan kayu dan menggunakannya untuk mulai menggali tanahnya.
Puing-puing disingkirkanya, tiang-tiang yang roboh diolesnya ke kiri dan kanan. Hampir dua jam Bintang melakukan penggalian pada tanah yang ditimbuni oleh reruntuhan gubuk, ketika sudah lumayan dalam galianya mulailah terlihat sebuah ujung pedang di bungkus dengan kain putih yang sudah lapuk di makan oleh tanah liat.
Diambilnya cepat pedang tersebut, lalu dilepasnya dari pembungkusnya, di dalam kain yang membungkus pedang itu terlihat sebuah pusaka yang bertuliskan PEDANG ABADI.
Bintang pelan-pelan membukanya dari sarungnya, sebuah kilatan cahaya dari atas langit menyambar-nyambar diiringi dengan sebuah gemuruh guntur yang berdentum-dentum di atas langit. Cahaya yang berkilauan itu seakan-akan saling tarik menarik dari atas langit ke ujung pedang yang digenggamnya. Tanganya yang menggenggam erat bergetar hebat saat pedang itu bereaksi. Pedang itu seakan-akan menariknya dan ke sana kemari hendak menerbangkanya ke mana-mana namun berkat kekuatan ilmu dalamnya yang sangat tinggi mampu Ia mengendalikanya dengan cepat.
Hanya butuh sepuluh menit saja, bagi Bintang untuk menguasai pedang yang sedang berkecamuk di genggamanya.
Ketika usai mengendalikan pedang itu lalu Bintang membuat sebuah trips khusus yaitu menarik tanganya ke punggungnya, seketika pedang itu lenyap di tangannya.
Olehnya itu, segera Bintang mengurus kakek dan neneknya mengebumikanya di pekarangan gubuknya sendiri yang telah terbakar hangus. Ketika semuanya beres, barulah Bintang meninggalkan gubuknya dengan perasaan teriris.
Bintang meninggalkan kediaman gubuk yang telah menjadi kepingan puing-puing. Walau hatinya berat akan melangkah meninggalkan kediaman sang Kakek tapi tetap Ia berusaha tegar mengatasinya.
Lambat laun, mulai Bintang melangkah keluar, ketika hendak bergegas Ia terperangah dengan sebuah benda berbentuk kepingan koin.
Pelan-pelan Ia memandangnya seksama lalu mendekatinya ingin memeriksanya.
Diambilnya kepingan benda itu, dilihatnya baik-baik, tampak di permukaanya tertulis dengan jelas sebuah ukiran PASUKAN BUKIT TINGGI. Bintang geram atas pasukan tersebut, apa yang telah diperbuat oleh pasukan Bukit Tinggi membuatnya berdesah berkali-kali dan membuatnya mengatupkan rahang beberapa kali.
"Beraninya kalian berbuat tak senonoh pada kakek dan nenekku,"Lirih Bintang geram atas sikap para pasukan Bukit Tinggi.
Di simpanya baik-baik kepingan itu sebagai buktinya, lalu segera Ia menuju ke Bukit Tinggi. Hendak menuntut balas atas kematian kedua sang kakeknya.
Satu jam melangkah tanpa berhenti sedikitpun membuatnya sampai dipertengahan jalan menuju ke Bukit Tinggi.
Seketika hendak mempercepat langkah kaki kudanya lagi, menambah kecepatan pada lari kudanya. Sahabatnya datang secara tiba-tiba menghampirinya dari langit, sahabatnya membawa kabar terbaru untuknya.
"Wahay Bintang akan kemanakah engkau sampai sedemikiam cepat lari kudamu?" Tanya sahabatnya dari langit yang bernama Pelangi.
"Saya hendak ke Bukit Tinggi, ada apa Pelangi?"
"Ada kabar baru untukmu."
"Kabar apa itu? Bila tak penting segeralah menyingkir dihadapanku. Aku akan segera menuntaskan misiku."
"Kabar ini menyangkut keselamatan bumi."
"Mengapa Pelangi?"
"Pasukan Galaksi akan menggempur kerajaan langit. Dan kalau mereka berhasil meluluhlantakkan kerajaan langit otomatis mereka dengan mudahnya menyerbu seluruh penduduk Bumi. Bisa di bilang seluruh kerajaan di atas permukaan Bumi akan ikut hancur. Pasukan Galaksi jauh lebih besar dan kuat seperti yang kita duga selama ini."
"Seluruh kerajaan di muka Bumi ini tak akan dapat melawanya. Jadi ini adalah kabar buruk bagi dua alam ini."
Hening sesaat.
Bintang terdiam begitu juga dengan Pelangi.
"Jadi bagaimana?" Selidik Bintang.
"Ratu Nuni memerintahkan ke Saya untuk membawamu ke langit, di sana Ia akan menjelaskan secara utuh soal pencegahan pasukan galaksi." Ujar Pelangi menerangkan kedatangannya sejelasnya.
"Tidak Pelangi. Saya harus mencari pelaku pembunuhan kakek ku."
"Kau harus segera ikut Bintang." Tegas Pelangi tak mau mengalah juga.
"Tidak bisa Pelangi, sebelum aku naik ke langit para pelaku harus membayar perbuatanya." Ucap Bintang juga tegas.
"Baik, jika begitu kau harus memilih antara kehancuran Langit dan Bumi dan bahkan seluruh alam raya ini atau tetap ngotot memilih membalaskan dendam mu kepada pasukan Bukit Tinggi tang telah membunuh nenek dan kakekmu." Tanya Pelangi tegas.
Bintang terlihat berfikir serius sambil mengatupkan rahangnya susah membuat putusan. Mana yang diambilnya lebih dulu, hati kecilnya berkata hendak membasmi pelaku pembunuh kakeknya akan tetapi hati besarnya juga berkata ingin mengikuti panggilan Pelangi utusan Ratu Nuni.
Bintang bingung entah apa yang harus diperbuatnya.
Empat puluh lima menit Ia terus berfikir di atas kudanya. Menimbang-nimbang, lama kelamaan akhirnya mengantarkannya pada sebuah putusan untuk mengikuti hati besarnya yaitu pergi menemui Ratu Nuni terlebih dahulu demi menyelamatkan seluruh alam.
"Baik Pelangi, aku akan ikut padamu." Lirih Bintang pelan.
"Kalau begitu, ayo kita pergi?" Tanya Pelangi segera.
Selang beberapa waktu, Bintang segera naik ke langit mengikuti Pelangi.
Butuh sepuluh menit saja kedua pemuda itu segera sampai ke kerajaan Ratu Nuni.
Ratu Nuni terlihat di atas singgahsananya menyambut kedatangannya.
"Selamat datang di kerajaan ku Bintang, di kerajaan langit ku. Silahkan duduk!"
"Terimakasih." Lirih Bintang pemuda asal Bumi.
"Senang bertemu denganmu kembali, sejak puluhan tahun lalu."
"Saya juga senang dan merupakan suatu kehormatan besar bagi Saya penduduk Bumi bisa bertemu Ratu Langit."
Ratu Langit itu tersenyum sesaat.
"Ah, kau bisa saja merendah, kau adalah pemuda hebat di seluruh pemilik kekuatan di permukaan Bumi." Ucap Ratu Langit menimpali.
"Tuduh poin saja?" Desak Bintang segera.
"Baik, mungkin Pelangi telah memberitahumu lebih dulu soal penyerbuan pasukan Galaksi ke kerajaan ku. Dan bahkan cuma kerajaan ku saja akan tetapi Bumi sorta seisinya akan ikut hancur bila penyerangan itu terjadi."
"Terus apa langkah kita Ratu?"
"Bila kau bersedia atas misi ini, kau pergilah bersama Pelangi menyelidiki ke Galaksi, Ada berapa banyak kerajaannya dan seberapa besar kekuatan Galaksi yang hendak menyerang ke kerajaan ku ini."
"Baik Ratu. Perintah siap Saya laksanakan."
Kemudian Bintang bersama Pelangi segera berlalu dari kerajaan langit menuju ke Kerajaan Galaksi, kedua pemuda itu menyelinap diam-diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Julianso
mantap
2022-08-20
0
Naba rumi
semangat😍
2022-08-20
0
Petra Leinel
pelangi ni cewek ka cowok
2022-03-09
1