Dua sejoli itu segera pergi meninggalkan kota langit, satu jam lamanya mengudara di atas angkasa menggunakan sebuah peralatan canggih buatan manusia langit, benda itu berbentuk piring. Peralatan di dalamnya sangat mutakhir, suasana sejuk, panas, gerah, dan dingin dapat diatur frekunsinya melalui sebuah tombol di samping layar depan kemudi. Satu jam lamanyan cukup bagi Bintang mengamat-ngamati luar angkasa beserta kerajaanya.
Oleh karena itu, ketika melintasi sebuah kerajaan-kerajaan besar di berbagai planet melalui kaca yang tembus pandang kerap kali Bintang terkesima, terkagum-kagum dengan suasana kerajaan tersebut yang sungguh menakjubkan. Kerajaan di angkasa sangat beda jauh dengan kerajaan di buminya, di buminya belum mengenal peralatan moderen seperti peralatan yang dimiliki oleh planet-planet di angkasa.
Sedangkan benda yang berbentuk piring itu yang digunakanya untuk terbang belum ada di seluruh penduduk bumi.
Bintang terus menatap takjub selama satu jam. Hingga sampai di Planet galaxy. Sesampainya di tepi Galaxy pelan-pelan Pelangi memarkir pesawatnya di padang rumput tak berpenghuni. Padang rumput itu tidak terlalu luas namun cukup bagi Pelangi untuk mengatur atraksinya lalu memarkir dengan tertib pesawat terbangnya. Sesudah menertibkannya, kedua sejoli itu berhambur keluar hendak mengunjungi pemukiman penduduk yang berada di sekitaran itu.
Setelah menelusuri satu jam, dua jam hingga tiga jam lamanya. Tak dapat-dapat juga pemukiman penduduk. Padahal, sebelumnya mereka mengira bahwa pemukiman penduduk tak jauh berada sekitar parkiran pesawatnya. Ketika mencarinya ternyata tidak sesuai perkiraannya.
Akibat berkeliling-keliling mencari rumah-rumah penduduk membuat peluh mengalir deras dari atas kepalanya masing-masing, Pelangi adalah sahabatnya yang tak kuat secara fisik apa lagi menempuh perjalanan dengan mengandalkan kaki saja maka itu akan membuatnya kelelahan luar biasa.
Kebiasaan penduduk langit ketika bepergian mereka menggunakan pesawat sebagai transportasinya. Hingga dekat dan jauh tak jadi masalah bagi penduduk langit sebab mereka menggunakan alat mutakhir sehingga tak perlu lagi repot-repot berjalan kaki. Ketika mulai lelah, wajah Pelangi tampak terlihat seperti daun-daun basah yang bergelayut di ranting-ranting kayu.
Pelangi mengajak Bintang beristirahat sejenak sambil melepas lelahnya, melihat onggokan bebatuan berwarna kehitaman. Pelangi cepat-cepat menghampiri batu itu dan hendak duduk di atasnya. Namun Bintang yang penuh dengan kewaspadaan atas segala suasana dan kondisi buruk, Ia melihat tumpukkan batu hitam itu ada kelainan pada permukaanya. Pelangi yang hendak duduk langsung ditariknya serempak.
"Weh jangan duduk," Cegah Bintang pada sahabatnya Pelangi.
"Mengapa?"
"Husst jangan bersuara!" Bisik Bintang pada sahabatnya yang masih terpelongo diam.
Pelan-pelan di suruhnya saja Pelangi mengamati seksama tumpukkan batu itu. Beberapa menit melihatnya, sebuah keanehan pun terjadi. Tumpukkan yang terlihat seperti batuan keras secara tiba-tiba luruh, berguguran dan tak lama kemudian diikuti sebuah raungan kencang tak jauh dari sekitar luruhan tumpukkan itu. Sebuah raungan seperti suara singa tapi suara itu lebih keras lagi daripada rongrongan singa. Lebih miripnya suara tersebut adalah suara raungan babi hutan.
Makin detik suara itu makin bergemuruh dan memekik telinga.
Kedua sejoli itu terus mengikuti, memerhatikan depanya dengan apa yang akan terjadi. Sambil memerhatikan seksama sambil menyiapkan diri nya dengan segala kemungkinan buruk.
"Ap yang terjadi pada batu tadi?" Tanya Pelangi tak sabar.
"Husst," Kembali bisik Bintang sambil menaruh telunjuknya ke ujung mulutnya pertanda agar Pelangi tak berbicara dulu.
Lima belas menit kemudian, sebuah goncangan terjadi bagaikan gempa bumi. Goncangan itu tak berlangsung lama, hanya beberapa detik saja, membuat Pelangi dan Bintang sempat panik namun cepat diatasinya. Bersamaan dengan goncangan tersebut berbagai hewan yang bertengger di dahan pepohonan berterbangan menjauh dari sumber goncangan itu.
Di depan Bintang dan Pelangi terlihat seekor ular raksasa bergerak membentuk formasi seperti ular sendok.
"Oh berarti tadi ekornya yang kelihatan seperti onggokan batu." Lirih Pelangi sambil menarik nafasnya pelan.
Melihat ada manusia, ular itu bagaikan melihat sebuah makanan lezat. Segera ular itu meliuk-liuk mengejar Bintang dan Pelangi hendak memangsanya.
Kedua sejoli itu segera berlari ke arah hutan lebat, menghindar.
Akan tetapi, gerak langkah kaki dua sejoli itu tak sebanding dengan kecepatan ular raksasa itu saat mengejarnya. Ular raksasa itu dengan cepat mengejar lalu hendak mematok saat dekat.
Untungnya saja, Bintang segera membawa Pelangi terbang menghindar. Pelangi hampir saja termakan oleh gigitan ular raksasa itu, kalau tidak mungkin nasibnya sudah berada di perut ular besar tersebut.
Pelangi juga bisa terbang tapi saat kelelahan menguasai dirinya maka kekuatanya tak bisa difungsikanya. Walau ia berusaha sesuai keinginannya tetap tak akan bisa ia memakai kekuatanya untuk terbang. Lemah fisiknya membuat kekuatanya ikut melemah. Hingga tak dapat ia kenakan.
Di bawanya terbang jauh ke depan Pelangi oleh Bintang. Namun tak sejauh mungkin sebab ular itu dapat juga terbang mengikuti gerak perpindahan mereka berdua.
Sambil terbang Bintang melepaskan pukulan berdentum-dentum kepada badan ular, walau tak seberapa efeknya setidaknya dapat menahan kejaran ular pada mereka berdua.
Lantas Pelangi di simpannya di atas rumput dan Pelangi segera mencari perlindungan ke tempat yang aman dari kejaran ular raksasa itu, sedangkan Bintang terus melakukan perlawanan pada ular yang terus bergerak maju menyerang buas.
Ular itu berkali-kali menghantamkan ekornya ke Bintang sambil mejulurkan lidahnya yang panjang dan beracun.
Ular itu membuang air liur kental ke arah Bintang namun dengan sigap Bintang menghindar tanpa terjerat sedikit pun. Bintang cukup tangkas, lincah, meladeni ular raksasa tersebut. Ular itu memunyai racun di ujung lidahnya saat melemparkan air liurnya maka di situlah racun itu ikut.
Satu jam berlangsung ular itu seperti tak mengalami perubahan kelelahan sedikit pun. Bintang lambat laun mulai lelah, tenaganya perlahan-lahan mulai terkuras habis. Lemah.
Dua jam bertanding dengan seekor ular raksasa itu belum juga ia dapat-dapat mengalahkannya. Bintang sudah mulai kehabisan akal untuk dapat menaklukkan binatang melata berukuran sangat besar itu.
Sementara ular itu terus menyerangnya secara buas sambil tak henti-hentinya melepas kumpulan air liur yang kental ke arah Bintang.
Bintang tak lagi banyak melepas pukulan berdentum-dentum ke tubuh ular raksasa, Ia hanya menghindar sambil mencari titik-titik kelemahan pada ular tersebut.
Sambil terbang menghindar sambil berfikir bagaimana caranya mengalahkan ular raksasa itu.
Satu dua jam berlalu terus dalam perlawanan sengit.
Sedangkan Pelangi di balik pepohonan mulai stabil nafasnya, kekuatanya mulai mampu di kuasainya. Di balik pepohanan Pelangi memerhatikan seksama ular itu, dipakainya alat mutakhirnya untuk menembusi seluruh saraf ular untuk melihat kelemahan pada ular itu.
Sepuluh menit cukup bagi Pelangi melihat secara utuh kelemahan ular tersebut.
Oleh karena itu, saat mengetahui kelemahan ular, Pelangi segera teriak keras kepada Bintang untuk menghantamkan pukulan berdentumnya ke kepala ular.
"Pukulanmu arahkan ke kepalanya!" Teriak Pelangi di balik pepohonan besar.
"Apa?" Tanya Bintang tak terlalu mendengar teriakan Pelangi.
"Kepalanya adalah kelemahan!" Teriak Pelangi keras.
"O baik." Jawab Bintang sambil tersengal-sengal mulai kelelahan.
Sejurus kemudian, Bintang memancingnya untuk melata di atas permukaan tanah seketika telah meliuk-liuk di atas permukaan tanah sambil mengejar Bintang yang pura-pura berlari seketika itu pula Bintang mengangkat kakinya terbang cukup tinggi lalu kembali menghantamkan pukulan berdentumnya ke kepala ular.
Maka seketika ular raksasa itu terpelanting lantas rebah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Anak dewa naga
mc masih culun
2022-08-04
1
Naruto Ganteng 🌱 Yoko 🔱🎻
semangat untuk terus berkarya teman ☺
2022-07-31
1
Shinichi x Kaito
semangat
2022-07-31
1