Rebahnya ular raksasa seakan-akan membuat para hewan bergembira dengan kemusnahannya. Usai kematian ular raksasa berbagai hewan mulai terlihat berbondong-bondong berlalu lalang ke sana sini, yang tadinya tak pernah terlihat sekarang mulai tampak terlihat.
Semua hewan dan binatang seperti merasakan gembira luar biasa di padang rumput luas itu.
"Kita lebih baik kembali saja Bintang ke pesawat di sana kita lebih aman dari pada berjalan kaki begini, banyak binatang buas." Lirih Pelangi ramah.
"Tidak Pelangi, kita akan menempuhnya berjalan kaki saja, kalau kita memakai piring terbang akan susah nantinya mendaratkan di tempat penyelinapan. Lebih baik kita berjalan saja sambil memerhatikan sekitar."
Pelangi diam sesaat, lalu nurut.
"Baik Bintang, kalau itu maumu."
"Sepertinya ada suara langkah kaki menuju kemari Pelangi." Ucap Bintang sambil waspada.
Diperhatikanya oleh Pelangi, di lihatnya sudut ke sudut tak ada juga tanda-tanda kedatangan manusia.
"Di mana sumber suara itu Bintang?"
"Arahkan telingamu ke arah sana Pelangi!" Perintah Bintang sambil menunjuk seluk belukar yang lebat.
Selang berapa menit, kelihatan pula tiga orang sedang tergesa-gesa berjalan ke arahnya. Orang itu tampak tua, senyum tipis membalut di raut wajahnya yang sedikit mulai berkerut. Tiga orang itu perlahan-lahan mendekatinya dan mengajaknya berbicara lembut.
Pembicaraan tiga orang itu diawali dengan ucapan terima kasih berkali-kali dihaturkanya pada dua pemuda itu.
"Terima kasih....terima kasih.... Terima kasih.... Terima kasi kesatria," Lirih tiga orang itu bergantian.
Diulanginya lagi.
"Terima kasih.... Terima kasih.... Terima kasih....Terima kasih....terima kasih....Terima kasih...Terima kasih.....Terima kasih....Terima kasih....Terima kasih....Terima kasih....Terima kasih." Ucap tetua itu sambil membukukkan badanya.
Pelangi menatap heran tanpa bertanya ada apa? Ia hanya membiarkan tiga orang itu saja dengan gelagaknya yang sedikit aneh.
Sedangkan Bintang hanya tersenyum ramah menyambut kedatangan tiga orang tua itu yang sedang berkali-kali mengucapkan terima kasih.
"Nak kesatria ini mau ke mana?" Tanya tetua itu usai memberi ucapan terima kasih berkali-kali.
"Oh kami petualang saja. Tidak ada tujuan kami yang sebenarnya. Hanya berpetualang menuruti hati ke mana akan pergi." Jawab Bintang mantap menyembunyikan misinya yang sebenarnya.
"Oh." Jawab serempak tiga orang tua itu.
"Kalau boleh tau kenapa sampai terima kasih sebanyak itu pak?" Tanya Pelangi mengadukan penasaranya.
"O, kalau itu nak adalah tradisi kami di Kampung ini yaitu berterima kasih sebanyak mungkin atas perjuangannya yang telah berhasil menewaskan ular raksasa itu." Jawab salah seorang di antaranya.
"Um." Gumam Pelangi.
"Ular itu akan muncul lagi tiap dua ratus tahun. Ular itu memang mati terlihat tapi kalau malam tiba ular itu akan di makan oleh ulat-ulat yang berada dalam tanah ini. Dan ketika dagingnya habis di makan oleh ulat tanah maka ulat itu perlahan-lahan akan berubah membesar kemudian timbul ke permukaan tanah lalu tidur hingga sepanjang hari, hingga tumbuh-tumbuhan dan berbagai akar pohon berbalut-balutan bahkan sampai tanah liat yang menimbuninya berubah keras dan hitam. Seakan-akan kita melihat bahwa tanah yang menimbuninya adalah bebatuan hitam, padahal sama sekali tidak. Itu hanya sebuah onggokan tanah dan akar kayu yang berbalut-balutan." Terang salah satu lagi di anatara tiga orang tua itu menjelaskan.
"Ummm." Gumam Pelangi dan Bintang terpukau.
"Berarti tiap siklus dua ratus tahun, se ekor ular raksasa akan muncul lagi?"Tanya Pelangi heran.
" Iya nak kesatria."
"Oh," Ucap Pelangi bingung.
"Kami bermaksud mendatangi nak kesatria ke pedang rumput ini untuk mengajak kesatria mampir ke pemukiman kami. Pemukiman kami tak jauh dari sini, di balik seluk belukar itu dua ratus meter dari situ sudah dapat terlihat perkampungan kami nak. Di sana penduduk antusias menyambut nak kesatria yang telah berhasil membunuh ular raksasa itu." Ajak tiga orang itu ramah dan penuh harap di wajahnya.
"Baik." Jawab Bintang habis itu mereka segera pergi ke pemukiman penduduk itu.
Tiga puluh menit berjalan, sampai sudah di perkampungan penduduk. Para penduduk merasa senang atas kedatangan pemuda kesatria. Tak sesekali para penduduk bergumam soal kehebatan pemuda tersebut.
Yang memanggil Bintang dan Pelangi ternyata bukan orang sembarang, dia adalah tetua Kampung.
Tetua Kampung itu mengajaknya ke rumahnya, lantas berbincang-bincang di sana.
Satu jam berlalu, menambah keakraban Bintang dan Pelangi kepada para penduduk. Kesempatan itulah digunakanya untuk mencari-cari informasi atas niatan kerajaan Galaxy dengan misinya menghancurkan Kerajaan Langit.
"Pernahkah bapak-bapak dengar tentang penyerbuan kerajaan Galaxy ini ke kerajaan langit?"
"Tidak nak kesatria. Baru saja saya dengar dari kesatria sendiri." Ucap salah seorang yang paling tua menimpali.
"Tunggu,"potong salah seorang di antaranya.
"Saya pernah dengar, mengenai berita itu dari salah satu pasukan kerajaan Galaxy bahwa mereka sedang disiapkan oleh rajanya untuk menyerang sebuah planet, entah planet apa itu, dia tidak menceritakan detailnya. Akan tetapi, dalam waktu singkat ini mereka akan menyerbu."
Mendengar berita itu, Bintang mengeryitkan dahi berfikir keras.
"Bisakah kami memasuki kerajaanya?" Tanya Bintang mulai menukik.
"Tidak bisa nak. Mereka tidak membiarkan sembarang orang masuk kelingkungan kerajaan.Kalian hanya bisa memasukinya dengan menyelinap pada malam hari, lewat gerbang utara."
"Ouh, adakah salah satu pasukannya di pemukiman sini tinggal?"
"Ada tapi sementra berjaga di kerajaan."
"Um." Gumam Pelangi.
"Kalau begitu kami mohon pamit dulu, atas pelayanan para penduduk kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya."Ucap Bintang seketika saat menemukan solusi dari kebuntuan otaknya.
Usai pamitan, Bintang membawa sahabatnya Pelangi kembali ke piring terbang.
"Kenapa kita kembali?bukankah tujuan kita belum rampung seutuhnya?" Tanya Pelangi kebingungan sambil jalan tergesa-gesa ke arah parkiran piring di padang rumput.
"Iya belum."
"Nah, terus?"
Bintang diam saja tak berceloteh.
Sampai di dalam piring, barulah Bintang menjelaskannya pada Pelangi.
"Arahkan Piring ke tengah-tengah kerajaanya, setelah itu saya akan lompat membuat keributan di tengah kotanya habis itu saya akan kembali ke Piring ini." Terang Bintang singkat.
"Baik."
Sejurus kemudian, Pelangi mengemudikan Piringnya dan tepat berada di tengah pusat kota kerajaan, Bintang keluar dari dalam Piring terbang itu.
Bintang terbang menukik ke bawah ketika terasanya sudah dekat, Ia melepaskan pukulan berdentumnya ke segala arah. Sampai segala sudut-sudut kota lumpuh total.
Kerajaan Galaxy yang tak mengira-ngira akan diserbu seperti itu kwalahan mengatasi kotanya. Semua bangunan kotanya hancur lebur oleh pukulan berdentum yang dikerahkan oleh Bintang.
Saat semuanya hancur, seluruh pasukannya tak tahu akan menyerang bagaimana soalnya mereka dalam keadaan tak siap. Mereka hanya bisa lari mencari selamat. Namun pelarian mereka mampu terkontrol lebih cepat oleh jenderalnya yang berteriak mengamandoi pasukanya untuk menangkap Bintang yang membuat kekacauan di mana-mana.
Dalam perhitungan yang cukup matang, saat dirasanya sudah sebagian besar hancur lebur maka Ia kembali terbang tinggi lalu masuk ke dalam Piring dan meninggalkan Kota Galaxy yang telah hancur olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ai
Hadir 😍
2022-01-12
0