"Bintang.... Bintang.... Bintang berhasil. Bintang berhasil." Teriak Pelangi berkali-kali dari dalam pesawat.
Seketika Bintang masuk ke dalam pesawat lalu melihat ke layar monitoring.
Di layar monitoring tampak jelas sebuah kerajaan di dalam hutan lebat itu, kerajaan itu seperti hutan belantara. Tak ada tanda-tanda nya sebagai bekas kerajaan. Bangunan-bangunannya yang lagi ditumbuhi pepohona lebat dan besar seakan menutupi kerajaan itu.
Di tambah lagi dengan tanah liat yang menimbuni bekas-bekas bangunan dan temboknya yang sudah berubah dengan bebatuan gunung makin tak jelas bahwa itu adalah sebuah kerajaan yang dulunya yang pernah ada di Lembah Abadi.
"Posisinya di mana ini?" Tanya Bintang sedikit memperjelas.
"Lima ratus meter dari sini, menuju ke arah barat" Lirih Pelangi.
"Lumayan jauh." Gumam Bintang sambil mengantupkan rahang.
"Sepertinya ada gowa di dalam kerajaan itu, titik-titik ini menunjukkan ada lubang tak jauh dari arah gerbang sebelah barat." Ucap Pelangi memerhatikan seksama berbagai tanda dan garis yang melintang di layar Monitoring.
"O, apakah bisa pesawat ini mendarat di sana." Selidik Bintang.
"Sepertinya tidak bisa sebab tanda-tanda kecil ini adalah semak-semak dan di lingkaran bangunannya ditumbuhi oleh pepohonan besar sehingga susah bagi pesawat untuk mendarat di sekitarnya." Lirih Pelangi menjelaskan.
"Terus bagaimana kita bisa ke sana? Bila kita ke sana berjalan kaki maka akan butuh dua hari hingga tiga hari barulah sampai." Ucap Bintang.
"Tunggu, sepertinya ada pepohonan besar di depan gerbangnya." Tukas Pelangi tiba-tiba mengagetkan.
Satu menit diperiksanya detail layar Monitoring tersebut, di zoom nya perlahan-lahan gambar sebuah pohon depan gerbang. Makin diperbesarnya makin tampaklah sebuah pohon berdahan besar.
Selain dahanya yang besar, juga ranting-ranting nya yang lebat saling menghimpit. Hingga terlihat seperti bunga di atasnya.
"Nah, dari sini kita akan mendaratkan pesawat." Lirih Pelangi kepada Bintang sambil menunjuk ke salah satu titik yang berkerlap-kerlip.
"Di atas pohon itu?" Tanya Bintang memperjelas ucapan Pelangi yang menunjuk ke salah pohon yang lebat rantingnya.
"Iya, di sana kita akan memarkir pesawat ini." Ucap Pelangi yakin.
"Bukanya di atas pohon sedikit berbahaya?" Perjelas Bintang sedikit ragu-ragu.
Melihat sahabatnya Bintang sedang kelihatan ragu-ragu dengan pendaratannya, kemudian Pelangi menepis keraguanya itu.
"Tidak usah cemas, apalagi khawatir dengan kemampuan ku dalam mendaratkan pesawat Bintang." Tepis Pelangi sambil tersenyum.
"Pesawat ini model klasik berbentuk kepiting, kalau pesawat ini mendarat di atasnya justru akan lebih mudah sebab pesawat ini memiliki kaki yang bisa diatur, tidak sama dengan pesawat tempur lainya sulit akan mendarat di atas pohon seperti ini sebab kakinya tak bisa digerakkan." Ucap Pelangi mantap menyakinkan sahabatnya Bintang.
"Baik, jika begitu." Jawab Bintang ikut saja pada ucapan Pelangi yang sangat yakin.
Usai berbincang-bincang, sepuluh menit kemudian Pelangi menerbangkan pesawat nya. Keluar dari halaman gubuk kakek Bintang.
Pelangi seolah-olah tahu persis lokasi yang akan dituju, Ia dengan mantapnya memegang tuas kemudi tanpa ragu-ragu sedikit pun.
"Sepertinya kau yang punya daerah yang kita tuju." Tanya Bintang bercanda pada sahabatnya Pelangi.
"Haha. Haha. Haha haha," Tawa Pelangi memekik, lalu Ia melanjutkan ucapanya.
"Dulu kerajaan itu adalah milik kakekku, cuma aku lahir di Langit maka Sang Kakek tak mau memberiku kerajaan ini heheh,"ujar Bintang bercanda mengisi kekosongan.
"Hum, itu lagi." Desah Bintang pada sahabatnya yang bercanda bohong-bohongan padanya.
Sedang asyik-asyiknya berceloteh, garis merah yang memanjang kini bertumpuk pada salah satu titik, dan titik itu sekarang sudah berada di bawah pesawat nya.
"Kita sudah sampai Bintang." Lirih Pelangi memberitahukan sahabatnya Bintang.
"Di mana?"
"Kerajaan kuno." Jawab Pelangi singkat.
"Bukanya ini hutan lebat."Tanya Bintang memastikan.
"Memang tapi di sinilah tempatnya. Siap-siap kita akan turun dan mendarat di atas pohon kayu." Lirih Pelangi memberitahukan.
"Baik." Jawab Bintang sambil ber siap-siap mengikuti ucapan Pelangi.
Dengan sempurna Bintang mendaratkan pesawat tempur nya ke atas pohon kayu yang lebat rantingnya.
Walau butuh waktu lumayan lama akan tetapi tak sulit bagi Pelangi untuk melandaskan pesawat tempur nya ke atas pohon kayu.
Sepuluh menit saja, Pelangi sudah melandaskanya dengan sempurna. Usai mematikan mesin pesawat, Pelangi segera membuka pintu belakang atau pintu darurat.
Mereka keluar lewat pintu darurat itu.
Bintang lebih dulu keluar di ikuti Pelangi, dua sahabat itu pelan-pelan mencari celah-celah ranting kayu lalu di situlah Ia turun satu persatu.
Saat sudah di permukaan tanah, Pelangi segera memimpin langkah menuju bekas bangunan Kuno tersebut. Belum jauh melangkah mereka telah menemukan sebuah gerbang yang sudah menjadi bebatuan pegunungan dengan seluk belukar menumbuhinya.
Ketika mengetahui bahwa itulah gerbangnya maka Pelangi segera mengambil arah ke barat untuk menuju ke lubang Gowa. Mereka tak lagi memeriksa seisi bekas-bekas bangunan tersebut sesuai tujuan utamanya yaitu sekadar melihat bangunan.
Akan tetapi, Pelangi mengutamakan rasa penasarannya untuk melihat apakah betul ada Gowa sesuai petunjuk radar ataukah tidak ada.
Pelangi jalan terus diikuti oleh Bintang sambil terus membelah jalan yang tertutupi oleh seluk belukar.
Tiga puluh menit lamanya meninggalkan arah gerbang, barulah dua sahabat itu sampai di sebuah bebatuan tinggi. Sekitar seratus meter tingginya dari permukaan tanah, selain tingginya batu itu, juga tertimbun oleh akar-akar kayu dan rerumputan lebat yang menutupi permukaan batu.
Tiba di depan bebatuan tinggi itu, Bintang tak melihat apa-apa selain akar memanjat bebatuan, dengan rerumputan yang menguning dan batu-batu hitam yang dikerumuni lumut.
Dengan lirih Bintang bergumam kepada Pelangi.
"Tidak ada Gowa di sini Pelangi, ayo kembali." Ajak Bintang hendak melangkah balik.
"Tunggu sebentr?" Cegah Pelangi sambil memerhatikan tumpukan material yang mengundang perhatianya.
Pelangi melangkah lalu pelan-pelan mendekati tumpukan material itu yang tak terlalu ditimbuni oleh akar-akar kayu.
Di sibaknya pecahan material itu, dipindahkanya ke kiri dan ke kanan. Akhirnya sebuah batu-batuan tertumpuk-tumpuk menutupi sesuatu.
Sepertinya ada sesuatu yang penting di sana.
Pelangi yakin kalau tumpukan batu itu menutupi lubang Gowa. Ia fokus memindahkan batuan-batuan itu satu persatu akan tetapi Bintang yang berada di belakang nya menyuruhnya mundur beberapa langkah.
Bintang mendekat ke depan tumpukan batu itu lalu Ia menarik nafasnya pelan, ketika semuanya sudah siap baru seketika Bintang melepas pukulan berdentum ke tumpukan batu tersebut.
Batu-batu yang terkena pukulan dari Bintang terhambur ke mana-mana. Seketika itu di depan mereka tampak sebuah lubang Gowa yang gelap.
Pelangi dan Bintang terperangah melihat ke depannya dengan apa yang di lihatnya. Mereka sungguh terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
✨Happy_wolf◖⚆ᴥ⚆◗🐺❤️
semangat author.. lanjut...
2021-12-08
1
Rahmania
lanjut lg kak
2021-12-07
0
Manami Slyterin
next say
2021-12-05
0