Mayat-mayat yang berserakan segera dipindahkan oleh seluruh penduduk di Bukit Tinggi dan Miyako pun segera pergi meninggalkan tempat itu bersama pasukannya.
Miyako kembali ke Kerajaanya.
Penduduk Negeri Bukit Tinggi yang menggegerkan penyerbuan Raja Cinken dan pelariannya, lambat laun akhirnya tersebar luas ke segala penjuru dunia bahwa Raja Cinken sebagai Raja diktator lari entah ke mana.
Sedangkan asli penduduk Bukit Tinggi senang tiada tara. Gembira nya luar biasa atas kemusnahan seluruh pasukan kerajaan Bukit Tinggi, sampai-sampai dalam bahaginya mereka ugal-ugalan di atas mayat-mayat pasukan Cinken.
Sambil ugal-ugalan sambil mereka mengevakuasi mayat-mayat ke pinggir pegunungan. Di sana mereka menguburkan mayatnya, ditimbuninya saja begitu dengan rerumputan.
"Penyerbuan Miyako dan pasukannya membuat hatiku legah tiada tandingan nya." Gumam warga seraya terus mengangkat mayat korban yang bergelimpangan.
"Lebih-lebih saya, saya merasa terbalas dendamku pada Raja Cinken. Beberapa bulan lalu Raja Cinken menyuruh salah seorang Jendral nya menyiksa istri dan anakku di rumahku sendiri, di depan mataku mereka menyiksa istri ku, saya terlebih dulu diikat di tiang rumahku lantas istri dan anakku di siksa tak manusiawi. Walau istri ku tak berdaya lagi oleh cambukan mereka namun tetap saja mereka menyiksanya hingga akhirnya tewas di ujung cambuk." Dengus warga itu kesal menceritakan perlakuan Raja Cinken atas dirinya.
"Kalau anakmu bagaimana?" Tanya salah seorang penasaran.
"Lebih-lebih anakku, sudah menjerit-jerit kesakitan akibat siksaanya masih saja mereka menusuk-nusuknya dengan ujung tombaknya. Anakku mati saat mereka menodongkan tombaknya, tombak itu memakai penjepit ujungnya sehingga mencekik lehernya sampai tak bisa bernafas." Ujar penduduk itu dengan air mata tak terasa mengalir diperaduanya dengan hati yang sedikit mendidih.
"Sungguh benar-benar kejam perilaku kerajaan ini, apa yang diperbuatnya sudah memdapat balasan yang setimpal dari para pasukan Miyako." Ucap seorang turut berdu kacita atas nasib yang menimpa keluarganya.
"Kelakuan Raja Cinken sudah seperti Iblis ratusan tahun lalu, bahkan lebih buruk lagi kelakuanya dari pada kelakuan Iblis. Iblis tak membunuh sesadis itu mereka hanya mengganggu kehidupan manusia saja."
"Iya betul itu." Ujar seorang lagi menambahkan.
"Dan seharusnya kita berterima kasih yang besar-besarnya pada Miyako karena telah berhasil menaklukkan Raja Cinken dengan segala kebengisannya." Ujar seorang lagi sambil terus mengevakuasi mayat-mayat yang berserakan.
"Ayo-ayo cepat kerja, supaya kita cepat tinggal di bangunan mewah ini!" Ujar seorang dari kejauhan menyadarkan.
Penaklukan Kerajaan Bukit Tinggi, benar-benar dirasakan kebahagiaan nya oleh para penduduk setempat. Dan Kerajaan itu yang telah kosong melompong di tempati oleh para penduduk yang tidak memiliki rumah sama sekali.
Mereka hidup bahagia di dalamnya tanpa gangguan lagi.
Sedangkan di Kerajaan Ratu Nuni mulai terjadi penyerangan kecil-kecilan. Oleh kelompok-kelompok tak di kenal dari mana asalnya.
Juga, sering kali Ratu Nuni dikirimi sebuah surat bercat darah di bawah lembaran kertasnya. Dan bertuliskan.
"Suatu saat kami akan menyerangmu dengan bala tentara yang terhitung jumlah nya."
Walau pun Ratu Nuni mendiamkan nya saja namun perlahan-lahan terus terngiang-ngiang di ingatanya.
Beberapa kali serangan kecil yang menerornya, yang jelas-jelas mampu dipadamkan oleh Pelangi sendiri. Akan tetapi, hal itu membuatnya tak merasa nyaman.
Kegelisahan Sang Ratu lambat laun diketahui oleh Pelangi sebagai orang kepercayaannya.
Saat punya waktu luang, Pelangi sering pula mendatangi Ratu Nuni lantas menghiburnya dari kekacauan hatinya yang mulai berkecamuk.
Pada suatu hari yang tenang, dengan awan tebal yang hinggap, di atas pelataran bangunan yang berbentuk segi tiga, dengan udara pas-pas tiupan nya.
Pelangi datang menghampiri Ratu Nuni dan mengajaknya berceloteh.
"Akhir-akhir ini, saya melihat Ratu sedang dirundung masalah, apakah masalah yang menimpa beberapa hari ini Ratu?" Tanya Pelangi ramah.
"Boleh di kata iya, boleh juga tidak."
"Emang kenapa Ratu?"
"Saya tidak terlalu takut dengan serangan yang silih berganti itu, selama ada kau Pelangi aku pasti aman dengan istana langitku ini. Selain engkau sendiri seorang pemuda berhati lembut asal Bumi itu pasti ia mau melindungi ku juga dari berbagai ancaman." Lirih Ratu Nuni.
Hening sesaat, kemudian Ratu melanjutkan ucapanya.
"Yang membuatku khawatir saat ini adalah teror melalui surat itu yang mereka kirim melalui se ekor burung pipit. Awal mulanya tidak ku pedulikan lembaran surat tersebut namun lama-lama jadi pikiran ku juga."
"Memang kalian telah berhasil mencegah penyerangan kelompok-kelompok tersebut tapi ketika suatu saat nanti, saat mereka benar-benar menyerang dengan bala tentara yang lebih besar maka bisa saja kita akan berhasil mereka taklukkan."
"Istana langit ku ini akan pindah tangan ke orang-orang jahat, dan mereka akan berbuat sesuka hatinya untuk menghancurkan seisi langit." Lirih Ratu Nuni menatap sedih ke depan sambil memandang hinggapan awan kolombus.
"Tenang saja Ratu selama saya masih ada, tidak ada satu pun akan kubiarkan menggangu kenyamanan Ratu di Singgah Sananya." Hibur Pelangi pada Ratunya.
"Kalau mereka menyerang kita dengan pesawat tempur, kita juga pesawat tempur Ratu yang bisa kita kerahkan. Tidak usah bersusah hati Ratu, kenyamanan dan keselamatan Ratu adalah tanggung jawab saya pribadi."
"Selain itu juga Bintang ada di pihak kita, dia adalah sahabat karib ku, kapan kita membutuhkannya maka bisa kita memanggilnya kemari." Terus hibur Pelangi sambil menyunggingkan senyum nya walau tampak terlihat terpaksa.
"Pesawat tempur kita dua hari lagi akan di tarik kembali oleh Penguasa Merkurius, dan hanya akan ditinggalkan tiga buah saja guna untuk kepentingan saya sendiri."
"Kok bisa ya? Pasti ada yang tidak beres ini?" Lirih Pelangi gelisah dengan ucapan Ratu itu.
"Ketidakberesan pasti ada, Penguasa Merkurius pasti menyembunyikan hal itu di hadapan semua negeri agar ketika ada sebuah kerajaan yang hendak menyerang kita maka mereka akan dengan mulus menaklukkan kita di Negeri langit ini."
Lengan seketika.
Pelangi terlihat berkerut antara kesal dan berfikir. Namun, lama-lama ia menawarkan sebuah jalan pada Ratu.
"Ratu bagaimana kalau saya memanggil Bintang ke langit?" Tanya Pelangi serius.
"Untuk apa Pelangi?"
"Saya dan Bintang akan menyelidiki lebih dulu siapa pelaku beberapa hari ini yang telah berbuat onar." Jawab Pelangi menyakinkan Ratu.
Ratu berfikir sejenak lantas ia setuju dengan usul yang diajukan oleh Pelangi. Yaitu menyelidiki siapa dalang sebenarnya dari kerusuhan beberapa hari di Istana Langit.
Oleh karena itu, usai berbasa-basi di bangunan yang berbentuk segi tiga itu dengan Ratu Nuni, segera ia menyiapkan diri nya, untuk segera pergi menemui Bintang di permukaan Bumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊
semangat up lagi
2022-01-02
0