Pagi harinya Nindya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Nindya dengan orang tuanya kembali ke kost kostan dengan naik taksi demi kenyamanan Nindya meskipun dengan biaya yang mahal karena perjalanan luar kota. Mereka tidak mau merepotkan Bram, meskipun Bram menawarkan untuk menjemput, karena orang tua Nindya paham pasti Bram terlalu capek karena bolak balik.
Setelahnya juga papah Mahendra langsung melakukan perjalanan pulang ke rumahnya, karena ijin kerja tidak dapat diperpanjang. Saat ini Nindya dan mamah Indah hanya berdua berada di kamar Nindya. Lilian sudah masuk ke kampus, Nindya masih mendapat ijin dari kampus untuk beristirahat agar kondisinya benar benar sehat.
"Mah, ini mas Bram kirim pesan text katanya kalau mamah ga sibuk mau dijemput untuk ke kampus, untuk menemui Dekan, mas Bram sudah sudah menghubungi Dekan katanya ada waktu setelah jam satu siang, jam dua pak Dekan nya sudah pergi"
"Baiklah bilang aja bisa" kata mamah Indah
"Okey mah" ucap Nindya kemudian menulis pesan text di hape nya dan dikirim ke Bram
"Nin, tapi mamah kok deg degan ya, gimana nanti omongnya, jangankan menghadap dekan dan masuk ruangan dekan, masuk ruangan kuliah aja belum pernah, mentok ke kampus cuma ngantar kamu dan kakak kakak kamu daftar daftar" kata mamah Indah dengan raut wajah memelas
"Santai aja Mah kan ada mas Bram" ucap Nindya menenangkan mamah Indah
"Iya sih, tapi tetap aja deg deg an"
"Ya sudah berdoa saja mohon diberi kemudahan" ucap Nindya lagi
"Iya Nin, ya sudah mamah siap siap, biar nanti sewaktu waktu Bram datang mamah sudah siap" kata mama Indah kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri berdoa dan bersiap siap. Setelahnya
"Mah sudah setengah satu, mamah makan dulu saja, Nindya nanti saja" kata Nindya sambil melihat jam
"Mamah kok ga nafsu makan ya Nin" kata mamah Indah
"Dipaksain deh Mah meskipun sedikit, kuatir nanti malah sakit"
"Iya" jawab mamah Indah kemudian mengambil makanan
Tidak berapa lama setelah mamah Indah selesai makan, Bram datang
"Nin, mamahmu sudah siap?" kata Bram melongokkan kepalanya di pintu kamae Nindya yang sudah terbuka
"Sudah mas, sedang memoles lipstik he he..." jawab Nindya sambil menunjuk ke arah mamah Indah dengan dagunya
Setelah mamah Indah selesai mereka berdua langsung berangkat ke kampus, Bram langsung membawa mamah Indah ke gedung ruangan dosen, mereka menuju lantai 3 tempat ruangan dekan berada. Saat berada di depan ruangan dekan sudah ada Rizki dan Farid yang juga menunggu. Bram kemudian mengenalkan mamah Indah kepada mereka berdua.
Setelah jam menunjukkan pukul satu, Bram mengetuk pintu ruangan dekan. Pintu dibuka oleh pegawai di ruangan tersebit dan mereka berempat mulai masuk. Mereka duduk di kursi tamu, tidak berapa lama Pak Dekan keluar dari ruangan yang tersekat lemari
"Selamat siang Pak" jawab mereka hampir bersamaan
"Selamat siang semua, bagaimana kondisi Nindya Bu?" ucap pak dekan
"Sudah sehat Pak, mungkin besuk sudah mulai kuliah" jawab mamah Indah sambil membenarkan tempat duduknya karena mamah Indah sedikit grogi
"Baiklah, Bu saya sudah mendapat laporan dari mereka bertiga ini, tetapi kami tetap butuh laporan dari pihak keluarga korban untuk kasus Nindya" ucap pak Dekan kemudian
"Baik Pak, terus kami harus bagaimana?" tanya mamah Indah dengan hati hati
"Nanti surat resminya biar Rizki yang membuatkan, Ibu tinggal tanda tangan" jawab pak Dekan
"Kemudian untuk kasus Lilian karena itu berhubungan dengan acara kampus pihak panitia acara yang melaporkan dan juga ada kaitannya dengan mahasiswa fakultas lain nanti saya akan hubungi dekan fakultas tersebut." ucap pak dekan lagi
"Untuk kasus Nindya, setelah mendapat laporan secara lisan, saya sudah menghubungi Nuke dan Dino selaku mahasiswa di sini, mereka berdua sudah mengakui kesalahannya, dan mereka tidak ingin kasus ini berlanjut ke kepolisian sehingga mereka mau berhenti dari kampus ini. Surat laporan resmi dari pihak korban untuk kepentingan administrasi nanti juga ada tembusan untuk Rektor" ucap pak Dekan selanjutnya
"Terus Sofi bagaimana Pak?" tanya mamah Indah
"Sudah dia dalam perlindungan pihak kampus, hutang dia juga dilunasi dulu oleh lembaga dana kampus kemudian dia melakukan kerja pengabdian jika selama masa kerja pengabdian bagus bisa mendapatkan beasiswa untuk selanjutnya " jelas pak Dekan
"Baik, bila tidak ada pertanyaan lagi sepertinya sudah cukup pertemuan kali ini, selanjutkan Ibu bisa mengikuti Rizki, Farid dan Bram sebagai saksi kamu juga mengikuti Rizki" ucap pak Dekan sambil menatap Farid, Bram dan Rizki secara bergantian
"Rizki bisa kan langsung hari ini kamu buat surat laporan orang tua Nindya, dan surat keterangan Nindya sebagai tim media." ucap pak Dekan lagi dengan masih menatap Rizki
"Bisa Pak" jawab Rizki sambil menganggukkan kepala
"Satu lagi pesan buat kalian semua jangan sampai kasus ini viral ke luar cukup untuk pembelajaran kita sebisa mungkin kita atasi secara musyawarah kekeluargaan " ucap pak Dekan dengan tegas
"Baik Pak" jawab mereka secara bersamaan
"Baiklah sekarang kalian bisa pergi" ucap pak Dekan
Kemudian setelah pamit dan mengucapkan terimakasih, mereka berempat melangkah meninggalkan ruang dekan
Mereka berjalan menuju ruang sekretariat media, mamah Indah berjalan sejajar dengan Rizki dibelangnya Bram dan Farid mengikuti langkah mereka. Setelah sampai di ruang sekretariat mereka berempat masuk ke dalam.
"Tante, masuk ke ruang dalam dengan Rizki, saya dan Farid di sini, ruang di dalam tidak luas Tan" kata Bram
"Baiklah" kata mamah Indah kemudian masuk ke dalam ruang ketua tim media. Rizki sudah duduk di kursi nya di depan lap top nya.
"Bu, bisa pinjam kartu identitasnya sebentar untuk mengisi data data di surat laporan" ucap Rizki
"Bisa bisa" kata mamah Indah kemudian mengambil kartu identitas nya dari dalam tas. Kemudian diberikan pada Rizki. Rizki kemudian sibuk mengetik di lap top nya setelahnya mengembalikan kartu identitas mamah Indah setelah itu
"Bram, Rid.. " panggil Rizki pada Bram dan Farid yang nunggu di ruang tersekat lemari
"Yup" jawab Farid dan Bram
"Pinjam id card mu" ucap Rizki
Kemudian Bram dan Farid mengambil kartu identitas nya yang berada di dompetnya. Farid memberikan ke pada Bram. Kemudian Bram bangkit berdiri menuju ke ruangan Rizki dengan memberikan dua kartu identitas. Setelahnya kembali lagi ke tempat duduk semula.
Setelah beberapa menit surat sudah selesai dibuat dan langsung dicetak membuat 4 salinan satu untuk mamah Indah satu untuk tim media satu untuk dekan satu untuk Rektor. Setelah mamah Indah dan dua orang saksi tersebut menandatangi surat surat tersebut.
"Sebentar Bu, saya buatkan surat keterangan buat Nindya" kata Rizki kemudian sibuk lagi mengetik di lap top setelah beberapa saat selesai langsung mencetaknya dan menandatangani surat tersebut, kemudian memberikan satu lembar pada mamah Indah.
"Sudah selesai Bu, surat suratnya, nanti biar kami yang menyerahkan pada pak Dekan, Ibu Indah bisa meninggalkan ruangan bila sudah tidak ada yang perlu ditanyakan". ucap Rizki
"Apa saya masih perlu datang lagi ke kampus?"
"Sementara cukup Bu, nanti saya juga menunggu info dari pak Dekan
"Baiklah"
"Sekali lagi saya mewakili tim media mohon maaf atas kejadian yang menimpa pada Nindya"
"Iya nak Rizki, tidak apa apa Ibu bersyukur Nindya cepat tertolong, baiklah saya pamit ya"
Saat mamah Indah keluar ruangan Bram dan Farid sudah bangkit berdiri menyambutnya.
"Sudah Tan?"
"Sudah"
"Bram ini surat suratnya kamu yang ngasih ke pak Dekan ya?" ucap Rizki
"Siap pak ketua" kata Bram sambil menerima surat dari Rizki
"Ayo Tan saya antar pulang, besuk saya yang ngasih ke pak Dekan beliau sudah tidak ada di ruangannya sekarang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Nit_Nit
mamah Indah nervous tapi dandan tetap jalan
2022-06-07
2
Aumy Re
cung, belum pernah menghadap dekan pas kuliah 🖐
2022-05-20
2
MommyAtha
inget masa kuliah kalau begini..
2022-02-23
1