Setelah menutup sambungan telponnya Bram mengetuk pelan pintu kamar perawatan Nindya. Tidak berapa lama Lilian membukakan pintu
"Bagaimana Nindya?" tanya Bram sambil mengembalikan hape Lilian
"Tertidur lagi, kata perawatnya karena pengaruh obat"
"Baiklah, Orang tua Nindya akan segera datang mungkin mereka akan memakai pesawat , Li aku keluar dulu, akan beli makanan, kamu juga lapar kan?"
"Iya sama minuman ya Mas"
"Tentu, ya sudah tunggu saja" ucap Bram kemudian keluar membeli makanan. Bram berjalan keluar mencari warung makan terdekat, Setelah mendapatkan makanan dan minuman Bram kembali berjalan menuju rumah sakit. Setelah sampai di depan pintu kamar perawatan Nindya dia mengetuk pintu pelan. Beberapa detik kemudian muncul Lilian membukakan pintu.
"Mas orang tua Nindya habis nelpon katanya tidak dapat tiket pesawat malam ini, sudah tidak ada penerbangan malam ini, jadi mereka akan ikut penerbangan pertama besuk pagi, mereka minta tolong kita menunggu Nindya"
"Baiklah, ini makananmu, kita makan dulu" ucap Bram sambil memberikan sebungkus makanan dan sebotol minuman.
"Aku makan di dalam ya Mas, takutnya Nindya terbangun ga ada yang jaga" kata Lilian
"Iya, aku makan di sini dan nanti tidur di sini" ucap Bram sambil duduk di kursi panjang di depan kamar perawatan.
Lilian kemudian masuk ke dalam kamar. Saat Lilian sedang makan beberapa suap, terdengar suara gerakan dari tempat tidur Nindya, Lilian menoleh melihat Nindya terlihat Nindya sedang menggerakkan tangannya dan sedikit kepalanya menoleh
"Nin kamu sudah bangun?" tanya Lilian sambil mendekati Nindya
"Li, aku haus" kata Nindya dengan suara lemah
Lilian mengambilkan air minum dan membantu Nindya untuk minum.
"Gimana kondisimu Nin?" tanya Lilian
"Masih sedikit pusing" jawab Nindya dengan suara lemah
"Kupanggilkan dokter apa Nin?
"Ga usah Li, tunggu besuk pagi saja, ga apa apa kok"
"Mamahmu sudah aku kabari, besuk pagi datang, sekarang ga ada penerbangan malam" ucap Lilian
"Hmmm makasih Li, aku masih ngantuk mungkin pengaruh obat" ucap Nindya dengan mata yang terasa berat terbuka
"Ya sudah kamu tidur lagi, aku jaga di sini, mas Bram jaga di luar"
Nindya akhirnya tertidur lagi, Lilian pun setelah menghabiskan makananya kemudian membersihkan diri dan merebahkan diri di bed kecil di ruang perawatan.
Keesok harinya Nindya sudah terbangun lebih dulu, dia melihat Lilian yang masih tertidur pulas tidak tega membangunkan. Nindya hanya diam saja sambil ketap ketip melihat langit langit kamar rumah sakit. Tidak berapa lama terdengar suara pintu diketuk, sehingga membuat Lilian terbangun kemudian segera bangkit untuk membukakan pintu setelah pintu terbuka ternyata perawat yang akan membersihkan tubuh Nindya. Saat perawat berjalan menuju ke Nindya, Lilian berjalan mengikuti setelah dekat
" O... kamu sudah bangun ya Nin" ucap Lilian
Saat Nindya sedang dibersihkan oleh perawat, terdengar pintu diketuk kembali. Lilian berjalan menuju pintu dan membuka, ternyata mamah Indah dan papah Mahendra yang datang mereka langsung menuju ke tempat tidur Nindya
"Gimana Nin kamu" ucap mamah Indah sambil nyelonong mendekat pada Nindya
"Maaf Bu, pasien sedang dibersihkan mohon menunggu di luar dulu" ucap perawat dengan sopan.
Kemudian mereka bertiga keluar dari kamar perawatan dan terlihat Bram sudah bangun dan sedang duduk di kursi panjang rumah sakit.
"Ceritanya gimana Bram?" tanya papah Mahendra kemudian Bram menceritakan keseluruhan kronologinya.
Mamah Indah terlihat sangat emosi dan berkali kali mengucapkan terimakasih pada Lilian dan Bram.
"Tidak tahu bagaimana jadinya Nindya bila tidak ada kalian berdua" ucap mamah Indah
"Aku harus melaporkan kejadian ini pada dekan, ini masalah serius sudah dua mahasiswa yang jadi korban" kata papah Mahendra
"Iya Pak, saya mendukung kami panitia juga sedang mengusut saya harap kita bisa bekerja sama, untuk masalah Nindya sepertinya Sofi bisa sebagai saksi kunci, semoga dia berpihak pada kita."
"Saya ingin menemui Sofi, bisakah kamu membantu?" tanya papah Mahendra
"Saya siap membantu Pak" ucap Bram
Sementara mereka bercakap cakap, perawat sudah selesai membersihkan dan memberi makan pada Nindya
"Bu pasien sudah selesai saya bersihkan dan sudah makan sebentar lagi dokter akan mengecek.
"Baik Suster, terimakasih" ucap mamah indah kemudian masuk ke dalam kamar diikuti dengan Lilian. Sementara Papah Mahendra dan Bram masih bercakap cakap membicarakan rencana untuk mengusut kasus Lilian dan Nindya.
Saat masuk kamar mamah Indah langsung menuju ke tempat Nindya dan langsung memeluk dan mencium Nindya, mengecek keseluruhan tubuh Nindya.
"Kakimu banyak yang legam Nin, ada yang lecet juga, nih bahu juga legam legam" ucap mamah Indah sambil melihat lihat tubuh Nindya
"Pengaruh kecapekan dan tidak pernah jalan jauh dan bawa beban Tante, jadi peredaran darah tidak lancar, kata dokter kemarin pasokan darah ke otak berkurang jadi otak kekurangan oksigen dan gula sehingga Nindya pinsang"
"Aku pengen nempeleng, nendang, mithing itu orang yang nyuruh nyuruh kamu sembarangan" ucap mamah Indah penuh emosi.
"Emang mamah bisa?" tanya Nindya
"Ngak tahu, kamu itu sudah dibela malah enggak dukung..
Sementara mamah Indah masih mengerutu dokter yang akan memeriksa Nindya datang bersama seorang perawat. Seketika mamah Indah diam dan menyingkir untuk memberikan tempat pada dokter. Sedangkan Lilian berjalan keluar ruangan dan berganti papah Mahendra yang melangkah masuk ke kamar perawatan. Lilian duduk di kursi panjang bersebelahan dengan Bram.
"Li kita pulang dulu saja, nanti siang ato sore ke sini lagi, aku masih ada urusan di kampus" ucap Bram sambil sibuk dengan hapenya
"Iya mas, bentar, nunggu dokter keluar dulu pamitnya" kata Lilian
Sementara di dalam kamar perawatan setelah dokter selesai memeriksa, terlihat berbincang bincang sejenak dengan orang tua Nindya, dokter menjawab beberapa pertanyaan orang tua Nindya mengenai kondisi Nindya. Setelahnya dokter keluar bersama perawat yang sudah memberikan obat dan suntikan pada Nindya, Bram dan Lilian bangkit dari tempat duduknya berjalan memasuki kamar perawatan Nindya.
"Tan, Om kami ijin pulang dulu nanti kesini lagi" ucap Bram setelah masuk di dalam kamar perawatan Nindya.
"Nin aku dan mas Bram balik dulu ya.." kata Lilian sambil berjalan menuju pembaringan Nindya
"Iya, terimakasih ya" ucap mamah Indah dan papah mahendra bersamaan Kemudian melangkah menjauh untuk memberi tempat pada Lilian dan Bram berbicara pada Nindya, mereka kemudian memilih duduk di bed kecil penunggu pasien.
"Li, hape ku dimana ya?" tanya Nindya
"Oo kutaruh di dalam tas Nin, kutaruh di situ" jawab Lilian sambil menunjukkan lemari kecil untuk menaruh pakaian pasien
"Tolong dicas dulu ya Li dan nanti tolong bawain baju kalo ke sini lagi ya... makasih banget ya Li" ucap Nindya
"Iya Nin santai saja" kata Lilian sambil melangkah mengambil tas kemudian membukanya untuk mengambil hape Nindya.
"Ga terimakasih ke aku nih?" kata Bram sambil menatap Nindya dan sebentar kemudian menoleh orang tua Nindya karena sedikit malu godain anaknya ada ortunya.
"Makasih ya mas sudah men...
"Mengendongmu" saut Lilian dengan suara berbisik sambil memasang colokan hape di dekat pembaringan Nindya.. Nindya spontan menatap Lilian dengan tatapan penuh pertanyaan. Setelah selesai memasang hape Nindya pada posisinya, Lilian mengambil hape nya lalu mengusap usap sebentar dan menunjukkan sesuatu pada Nindya terlihat ekspresi wajah Nindya antara kaget dan malu terlihat pipinya memerah karena malu.
"Nunjukin apa sih Li?" tanya Bram sedikit kepo
"Rahasia" jawab Lilian dengan suara pelan
"Awas ya" ancam Bram setengah berbisik
"Ayo pulang dulu" Ucap Bram kemudian. Setelah pamit pada Nindya dan orang tuanya mereka berdua pergi meninggalkan rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta mampid
2022-06-20
0
Bunga Kering
terus lanjut thor
2022-02-26
1
Tymy Tymy
awalnya coba" hakok apik terus en
2022-02-18
3