Syuhada pergi ke restoran Ranum dengan naik ojek dan turun di salah satu gang yang jauh dari restoran Ranum. Syuhada merasa bersalah atas kelakuan Pak Adam yang sudah membawa motor milik Bosnya dengan paksa.
"Aku harus bagaimana? Aku harus jawab apa? Kalau Bu Anna menanyakan motor miliknya" Ucap Syuhada yang berdiri mondar-mandir di pinggir jalan raya
"Syu... Syuhada. Apa yang kau lakukan di sini? Tanya Edwin yang melihat Syuhada berdiri di pinggir jalan raya dengan segera Edwin menepikan motor miliknya
"Eh Edwin. Kau dari mana?" Tanya Syuhada balik
"Dari rumah lah mau pergi ke tempat kerja" Jawab Edwin dengan santai dan masih duduk di atas motor miliknya
Syuhada terus berjalan menuju restoran Ranum dan di iringi oleh Edwin yang menaiki motornya dengan sangat pelan.
"Syu..." Panggil Edwin
"Hm" Jawabannya
"Di mana motor mu. Bukankah kemarin kau pulang naik motor milik restoran?" Tanya Edwin
"Hm... Apa yang kau ucapkan tadi? Aku tidak mendengarkannya" Jawab Syuhada berbohong
"Dimana motor mu" Teriak Edwin
"Apa. Kau bertanya apa kepada ku Edwin" Jawab Syuhada berjalan dengan tergesa-gesa
"Astaga. Apa kau tuli Syuhada?" Tanya Edwin dengan kesal
"Sudahlah Edwin kau jangan bertanya kepada ku lagi. Lihatlah sekarang sudah jam berapa? Kita harus sampai restoran dengan tepat waktu" Jawab Syuhada mengalihkan pembicaraannya
"Ayo, Naiklah. Aku akan membonceng mu" Ajak Edwin dan memberhentikan motor miliknya
"Baiklah jika kau memaksaku" Ucap Syuhada segera naik
"Hm... Seharusnya tangga mu bagaimana?" Tanya Edwin yang berharap ingin di peluk oleh syuhada
"Apa maksud mu? Bukankah sudah benar, jika aku berpegangan pada besi belakang motor ini" Jawab Syuhada menjelaskannya
"Syu..." Panggil Edwin dengan lirih dan tidak menjalankan motor miliknya
"Hm... Apa? Atau aku turun saja dan jalan kaki" Ucap Syuhada protes
"Eh... Jangan-jangan" Jawab Edwin dengan segera
"Dasar modus. Laki-laki cap buaya buntung, bilang aja mau di peluk. Huuuu" Umpat Syuhada yang masih berpegangan pada besi belakang motor
"Ngueng..." Tanpa aba-aba dengan segera Edwin menjalankan motor milik dan mengegasnya
"Astaga Edwin. Apa kau sengaja ingin membuat aku jantung dan terjatuh dari motor mu" Ucap Syuhada dengan memukul helm Edwin
"Aw... Sakit Syu" Pekiknya
"Makanya jangan modus" Ucap Syuhada dengan tertawa
"Maaf..." Jawab Edwin dengan lirih
Edwin mengendarai motor miliknya dengan kecepatan perlahan. Agar dirinya bisa bermesraan di atas motor berduaan bersama Syuhada. Sampailah di depan restoran Ranum dan Syuhada segera turun dari motor Edwin.
"Kalian" Ucap Lukman tidak percaya dengan mengucek kedua matanya
"Apa? Kalian-kalian" Jawab Edwin dengan memelototkan kedua bola matanya
"Kalian kenapa bisa berangkat bersama?" Tanya Lukman yang ingin tau
"Astaga Lukman bin Ejep. Aku dan Syuhada itu mulai hari ini sudah resmi menjadi sepasang kekasih yang bahagia" Jawab Edwin berbohong sedangkan Syuhada hanya berdiam diri mendengarkan ucapan Edwin
"Eh... Jangan asal memberi nama tambahan Ejep iya. Nama ku itu sudah sangat bagus seperti orangnya" Ucap Lukman protes
"Iyalah terserah kau saja lha" Jawab Edwin dengan memarkirkan motor miliknya
"Syu. Kenapa kau diam saja? Apa benar kau sudah resmi berpacaran dengan Edwin" Teriak Lukman dengan mengejar Syuhada yang sudah masuk ke dalam restoran
"Aduh-aduh Lukman mana mungkin aku berpacaran dengan laki-laki buaya buntung. Kau ini ada-ada saja, jangan terlalu percaya dengan ucapan Edwin. Tadi aku bertemu dengan Edwin di jalan dan dia menawariku untuk di boncengnya" Jawab Syuhada menjelaskannya
"A... Syukurlah Syu. Jadi aku masih memiliki kesempatan untuk menjadi pacarmu" Ucap Lukman dengan lirih
"Apa yang kau ucapkan Lukman?" Tanya Syuhada membalikkan tubuhnya
"Ah... Kita harus masuk ke dalam untuk mendengarkan instruksi dari Koki Ritika" Jawab Lukman mengajak Syuhada pergi ke dapur
"Hm. Baiklah" Ucap Syuhada segera pergi ke dapur bersama Lukman
Di dapur sudah ada Ritika sebagai Koki juru masak di restoran Ranum. Dirinya di nobatkan sebagai kepala Koki terhandal dan hebat. Masakan yang di buatnya selalu enak di lidah para penikmat masakannya.
"Hei... Kalian bertiga datang bersamaan iya" Ucap Ritika saat melihat Syuhada, Lukman, dan Edwin
"Bertiga" Jawab Syuhada sedangkan yang di lihatnya Syuhada hanya pergi ke dapur bersama Lukman
"Tu" Ucap Ritika memelototkan kedua bola matanya kepada orang yang ada di belakang mereka
"Astaga" Ucap Lukman yang terkejut melihat Edwin yang sudah berada di belakang mereka
"Oke baiklah. Berhubung kalian sudah datang, maka aku akan menjelaskannya hari ini kita ada orderan makanan dari Tuan Anas. Yeeee" Ucap Ritika bergembira sedangkan mereka bertiga hanya bengong
"Kenapa dengan kalian? Tanya Ritika yang melihat wajah mereka bengong
"Kenapa?" Tanya Edwin balik
"Apa kalian tidak suka? Kita dapat orderan dari Tuan Anas" Jawab Ritika dengan memegang kedua tangan milik Edwin dan bersorak gembira
"Astaga kau ini Ritika, sudahlah jangan seperti anak kecil" Ucap Edwin lesu dan segera duduk di kursi
"Siapa Tuan Anas?" Tanya Syuhada yang merupakan karyawan baru di restoran Ranum dan tidak mengetahui siapa Tuan Anas yang sebenarnya
"Orang yang tidak penting" Jawab Edwin dengan mengutak-atik ponsel miliknya
"Lukman. Apa kau tau siapa Tuan Anas? Kenapa kalian memangilnya dengan sebutan Tuan Anas? Apa dia orang penting?" Tanya Syuhada yang semakin penasaran
"Sudahlah kau diam saja Syuhada" Jawab Edwin sinis
"Apa aku salah Ritika hanya bertanya seperti itu" Ucap Syuhada lirih
"Kau tidak bersalah, Syu" Sambung Lukman dan tersenyum kepada Syuhada
"Sudah-sudah kita harus bekerja dan untuk kau Syu. Nanti kau yang akan mengantarkan pesanan makanan ke kantor perusahaan Mikail Grup" Ucap Ritika menjelaskannya
"Baiklah Ritika" Jawab Syuhada dengan tersenyum
"Kau tau Syu. Mereka memesan 500 box makanan untuk semua karyawan Mikail Grup. Aku merasa sangat senang sekali selama ini Tuan Anas menyukai masakan ku" Ucap Ritika bergembira
"Benarkah" Jawab Syuhada tidak percaya
"Iya benar, Syu. Kau tau Tidak Tuan Anas itu sangatlah tampan. Aduh... Perempuan mana iya yang bisa mendapatkan seorang Tuan Anas" Ucap Ritika memujinya
"Jangan terlalu banyak memuji Tuan Anas. Toh nyatanya dia hanya seorang laki-laki tua yang tidak memiliki Istri. Padahal usianya sudah memasuki kepala empat" Sambung Edwin
"Edwin apa yang kau ucapkan. Jaga ucapan mu itu, bagaimana kalau Bu Anna mendengarkan ucapan mu? Bisa-bisa kau akan di pecat tanpa pesangon" Ucap Ritika menjelaskannya
"Ah... Kau terlalu banyak berbicara Ritika telingaku sakit" Jawab Edwin segera pergi dari dapur
"Bilang saja kau cemburu karena tidak bisa seperti Tuan Anas" Ucap Ritika
"Sudah biarkan dia pergi saja. Mungkin dia sedang datang bulan, makanya dia sewot" Sambung Syuhada dengan tertawa terbahak-bahak
"Astaga kau ini Syu... Bisa saja melawak" Ucap Ritika ikut tertawa
"Hahaha" Suara tertawa Lukman yang baru menyadari kalau pembicaraan antara Syuhada dan Ritika lucu
Bersambung... ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
mampir lagi😂
2022-01-04
2
✰͜͡v᭄pit_hiats
dihh🙄🙄
2021-12-16
0
@Hαиıтα 🍀⃝⃟💙
lanjuut
2021-12-11
1