Sesuai yang di katakan oleh asisten Rio, mereka sampai di mansion dalam waktu kurang lebih dua jam.
"Kakak sudah pulang?" sambut Zora. Ia memeluk Elvan, dan seperti biasa Elvan tak membalas pelukan Zora. Ia hanya mengacak rambut Zora seraya tersenyum tipis.
Ia mengedarkan pandangan, mencari sosok sang istri yang lagi-lagi tak menyambut kepulangannya. Ada rasa kesal di dalam dadanya.
"Vada belum pulang kak, seharusnya dia tahu kalau kakak malam ini pulang. Kemarin-kemarin sih, enggak apa-apa dia pulang larut malam karena kakak masih diuar negeri. Tapi ini, kenapa nggak pulang awal. Kenapa sih Vada suka banget buat kakak marah. Lagian suami udah kaya kok kerja masih sampai segitunya. Kerja apa coba sampai malam begini belum pulang, padahal sudah bersuami, ada suami yang harus diurus juga, tapi kelakuan masih kayak lajang. Sabar ya kak, jiwa muda memang seperti itu, masih suka bebas," coleteh Zora.
"Aku ke kamar dulu," pamit Elvan tanpa berniat membalas ucapan Zora.
"Iya kak," Zora mengangguk.
"Kenapa nggak marah sih, malah diem aja. Padahal istrinya belum pulang. Kakak benar-benar berubah!" Zora menghentakkan kakinya karena kesal.
"Vada belum pulang?" batin Elvan seraya menaiki tangga. Ia merasa aneh, pasalnya tadi Vada mengatakan jika ia akan pulang satu jam sebelum suaminya sampai.
Sampai di kamar, Elvan duduk di tepi ranjang untuk membuka sepatunya lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Kemana dia?" perasaan Elvan mendadak tidak enak. Gadis itu tidak mungkin dengan sengaja memancing kemarahannya dengan pulang terlambat lagi.
Elvan segera menyelesaikan ritual mandinya. Dengan hanya melilitkan sebuah handuk di pinggang, Elvan mengambil ponselnya diatas nakas, ia melihat nomor telepon milik istrinya.
"Nona, tuan muda sudah sampai, kenapa belum pulang?" Elvan mengirim pesan untuk Vada namun hanya centang satu berwarna abu-abu. Nomornya Tidak aktif.
Elvan langsung menghubungi asisten Rio, "Yo, kirimkan alamat tempat kerja Vada, sekarang!" ucapnya tanpa basa basi dan langsung mematikan panggilannya.
Elvan segera memakai baju lalu turun ke lantai bawah.
"Kakak mau kemana? Kakak baru pulang, udah mau pergi lagi?" tanya Zora bergelayut manja di lengan Elvan.
"Aku ada urusan sebentar," jawab Elvan pendek dan langsung melangkah cepat keluar menuju halaman, tanpa menghiraukan Zora yang kesal karena merasa di acuhkan. Hatinya dongkol sendiri jadinya. Di Liburannya kali ini, Elvan benar-benar mengacuhkannya. Kemana-mana Zora hanya sendiri, seperti seorang pendekar.
"Siapkan mobil!" titah Elvan kepada bawahannya.
Tanpa bicara ia segera masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan mansion.
Ponselnya bergetar, pesan dari asisten Rio masuk, memberitahukan alamat cafe tempat Vada bekerja. Hanya itu tempat yang melintas di kepalanya saat ini. Instingny mengatakan jika Vada masih di sana, ia hanya mengikuti Instingnya.
"Yo, ke cafe itu sekarang, aku dalam perjalanan ke sana," Elvan menghubungi asisten Rio.
"Apa ada masalah tuan muda? Apa nona belum pulang?" tanya asisten Rio dri seberang telepon.
"Hem," jawab Elvan pendek, panggilan langsung ia akhiri.
Elvan menambah kecepatan laju mobilnya membelah jalanan malam itu. Entahlah, ada apa dengannya, kenapa ia peduli dengan wanita itu hanya karena Instingnya mengatakan jika istrinya tersebut tidak baik-baik saja saat ini.
"Shi t! Kenapa aku peduli dengannya?" tanyanya pada diri sendiri, heran dan tidak masuk akal.
🖤🖤🖤
Elvan sampai di depan cafe, sudah sepi. Dan para karyawan sedang siap-siap untuk menutup cafe mengingat ini sudah pukul sepuluh malam.
"Maaf, tuan. Cafenya sudah mau tutup," ucap Rika, si pelayan cafe.
"Tuan muda," asisten Rio tampak terengah-engah menyusul Elvan. Setelah di telepon Elvan, ia langsung menuju ke cafe tersebut. Ia takut jika Elvan datang ke cafe untuk mengobrol-abrik cafe tersebut karena istrinya belum pulang.
"Maaf tuan-tuan. Cafenya sudah mau tutup," sekali lagi Rika mengatakannya.
"Maaf nona, kami ke sini mencari nona Vada. Apa dia masih di sini?" tanya asisten Rio mewakili Elvan yang tampak acuh.
"Mbak Vada? Dia sudah pulang dari tadi tuan," jawab Rika.
"Sudah pulang?" asisten Rio memastikan.
"Iya, Vada sudah pulang sejak tadi. Dia pamit sekalian ke toilet. Maaf kalian siapa?" Roni datang dari ruangannya.
Tak menjawab pertanyaan Roni, Elvan langsung melangkah panjang mencari di mana toilet berada di susul oleh asisten Rio..
Elvan melihat toilet yang rusak dan sedang di perbaiki. Ia kemudian menuju ke toilet yang di tunjuk oleh tulisan di depan pintu luar toilet dimana Vada berada tersebut.
Elvan masuk dan membuka satu-satu pintu toilet, namun ia tak menemukan siapa-siapa. Ia merasa ada seseorang yang memanggilnya, namun di sana tidak ada siapapun kecuali dia dan asisten Rio.
Sementara Vada benar-benar sudah kehabisan tenaganya, ia terus meminta tolong namun tak ada yang datang membukakan pintu toilet.
"Aku takut gelap, tolong. Siapapun, tolong aku," rintih Vada. Sejak tadi ia hanya memeluk lututnya tanpa berani membuka kedua matanya.
"Elvan, tolong aku. Aku takut. Van... Tolong aku," gumam Vada lirih.
Brak!!
Tiba-tiba, pintu di diobrak dari luar, membuat Vada terkejut. Ia mendongak. Cahaya dari ponsel pria di depannya seperti memberi kehidupan untuknya. Vada langsung berdiri dan menubruk tubuh yang berdiri tegap di depannya tersebut, "Tuan, aku takut," Vada memeluk erat tubuh Elvan dengan erat, sangat erat.
Elvan menggerakkan tangannya ke udara, ia bimbang, antara ingin membalas pelukan istrinya atau tidak.
Pada akhirnya, nuraninya menuntun Elvan mengusap punggung sang istri. Tanpa sadar ia mengecup puncak kepala Vada yang kini masih memeluknya erat. Lagi-lagi, ia tak mengerti, kenapa hatinya seperti mengingkari raganya. Yang jelas, kini perasaannya benar-benar lega.
🖤🖤🖤
Elvan langsung mengajak Vada pulang, meninggalkan asisten Rio yang harus mengurus pemilik dan karyawan cafe. Menyelidiki kenapa bisa sampai kejadian ini terjadi.
Dalam perjalanan pulang, Vada hanya terdiam melihat ke arah luar jendela mobil. Elvan sendiri tenggelam dalam pikirannya, ia yakin jika ada seseorang yang sedang mengincar isteinya tersebut. Tulisan toilet rusak itu sudah sangat jelas membuktikan ada orang yang sengaja mengunci Vada di dalam toilet.
"Vada, kamu kemana saja. Kakak sudah pulang sejak tadi. Dia pasti marah, sekarang dia pergi entah kemana, semoga saja saat dia kembali nanti, kmu nggak di apa-aain sama kakak," Zora yang sedang duduk di ruang tamu, menyambut Vada dengan provokasi.
"Kakak?" belum Vada membalas ucapan Zora, ia melihta Elvan masuk, menyusul istrinya.
Vada tersenyum, "Makasih ya Zora, sudah khawatir. Tadi aku ada insiden kecil jadi terpaksa pulang terlambat, untuk suamiku datang menjemput. Maaf ya, buat kamu khawatir. Aku mau ke dalam dulu," ucap Vada dengan senyum penuh arti.
"Kak, mau aku buatkan teh herbal? Kakak pasti capek," tawar Zora.
Vada menghentikan langkahnya lalu menoleh, "Biar aku saja yang membuatkan Zora, aku hanya ingin mengganti baju dulu. Tuan tunggu di atas, aku akan segera membuatkan teh herbal untuk Anda,"
"Biar Vada yang buat, kau istirahatlah!" ucap Elvan.
"Aaaarrrgghhhh!!"
Saat menaiki anak tangga, Langkah Elvan terhenti karena mendengar Vada menjerit. Ia segera berlari menuju kamar Vada yang ada di lantai satu tersebut.
"Ada apa?" tanya Elvan.
Vada terlihat syok melihat box yang tergeletak di lantai. Pandangan Elvan tertuju ada box tersebut, diambilnya lalu di bukanya. Ia langsung melempar box berisi mata boneka yang berlumur darah tersebut dan langsung mendekap Vada dalam pelukannya. Membenamkan wajah sang istri di dada bidangnya.
"Ada apa, Vada?" Zora datang dan bertanya dengan polosnya. Ia juga melihat box tersebut.
"Astaga! Apa ini? Siapa yang melakukan ini? Vada, apa kamu punya musuh? Jahat sekali orang itu, kenapa dia meneror mu dengan mata boneka berlumuran darah begini?" kata Zora dengan wajah shocknya.
Elvan memanggil pelayan untuk membuang box tersebut. Tak hanya itu, kaca cermin meja rias kamar tersebut juga terdapat tulisan ancaman untuk Vada menggunakan darah.
"Mulai malam ini, kamu tidur denganku!" ucap Elvan lembut, ia masih terus memeluk Vada. Ia tampak memikirkan sesuatu.
"Baik," Vada mengangguk, ia melirik ke arah Zora dengan tatapan penuh arti. Ia sengaja semakin mengeratkan pelukannya terhadap Elvan.
🖤🖤🖤
💠💠Like dan komennya jangan lupa. Biar aku tahu kalian itu nyata adanya 😊💠💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
✨️ɛ.
nyinyir lu melebihi emak² aje, jor..
Vada serasa tinggal ama mertua..
2024-12-30
0
✨️ɛ.
cek CCTV cafenya coba..
2024-12-30
0
Alivaaaa
pasti Zora nih
2023-09-30
5