Wedding Trap By Mr. Introvert
"Sayang, kenapa baru menelepon,sih? Em... Kapan kau akan kembali?" tanya seorang wanita bernama Zoya, sesaat setelah ia mengangkat panggilan dari tunangannya.
"Kenapa? Apa kau sudah merindukanku, sweety?" sahut laki-laki di seberang telepon.
Wanita tersebut mengangguk, "Sangat, aku saaaangat merindukanmu, honey. Pernikahan kita tinggal sebulan lagi, dan kau masih sangat sibuk dengan pekerjaan. Ayolah, luangkan sedikit waktumu untukku, honey. Aku capek mengurus semuanya sendiri," katanya merajuk manja tanpa mempedulikan laki-laki di sampingnya yang saat ini tengah mengerasakan rahangnya karena rasa cemburunya.
Laki-laki di seberang telepon itu tersenyum tipis,"Bukankah ada Dimas? Sahabatku itu bisa diandalkan," ucapnya.
Wanita itu melirik ke samping, "Ayolah, Van. Yang aku butuhkan kamu saat ini, bukan Dimas. Kamu yang akan menjadi pengantin, bukan Dimas," ujarnya. "
"Baiklah nyonya, secepatnya aku akan kembali. Tunggu aku, kita akan menyiapkan pernikahan kita bersama," jawab pria di seberang telepon.
"Really? Aaahhh, i love you so much, honey. Muach Muach muach!" seru Wanita tersebut yang tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Sangat kontras dengan laki-laki yang sedang mengemudi di sampingnya.
"love you too," kata laki-laki itu seraya mengangkat sudut bibirnya sehingga membentuk sebuh senyuman tipis sebelum akhirnya sambungan telepon berakhir.
Perempuan itu terus tersenyum sambil memandangi walpaper di ponselnya, potret dirinya dan sang tunangan yang ia rindukan.
"Zoy, harus berapa kali aku bilang, aku paling nggak suka kamu menerima telepon darinya saat sedang bersamaku, apalagi bermesraan!" ucap pria itu yang tak bisa menyembunyikan kekesalannya.
Kalimat itu, mampu melunturkan senyum di wajah cantik perempuan tersebut, "Dia calon suamiku, Dim. Dan sebentar lagi kami akan menikah, kamu tahu itu," ucapnya datar.
"Zoy, kamu tahu, aku mencintai kamu, sangat. Bahkan melebihi cinta laki-laki itu!"
"Laki-laki itu punya nama Dim, Elvan namanya. Dan dia sahabatmu!" ucap Zoya tak terima.
"Hah, sahabat. Apa setelah dia tahu apa yang kita lakukan, dia masih akan menganggapku sahabat? Apa yang kita lalui bersama selama ini, apa tidak ada artinya untukmu, Zoya?"
"Aku nggak bisa lihat kamu menikah dengannya, sekalipun dia sahabatku. Tidak bisa!. Kamu anggap hubungan kita selama ini apa, Zoy!"
Wanita bernama Zoya itu merubah posisi duduknya sedikit menyerong, menatap lekat laki-laki di sampingnya, "Dim, kita udah bahas ini dari awal. Kamu tahu kalau aku sangat mencintai Elvan. Dari awal kita udah sepakat, kalau hubungan kita hanya untuk saling mengisi kekosongan diantara kita. Jika aku menikah dengan Elvan, maka hubungan kita otomatis berakhir, Dimas! "
Brak! Laki-laki itu memukul stir mobilnya,"Semudah itu kamu bilang berakhir? Kamu anggap apa aku selama ini? Selama ini aku yang selalu ada buat kamu. Dimana Tunangan kamu itu saat kamu butuh? Nggak ada! Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, atau mungkin sibuk meniduri wanita lain di luar sana!"
"Dimas, cukup! Elvan tidak seperti itu! "
"Ck, dari mana kamu bisa yakin?" laki-laki itu tersenyum meremehkan.
" Lalu menurut kamu apa yang kita lakukan selama ini benar? Aku udah menghianati dia diam-diam, Dim. Dan aku menyesal! Kenapa kamu jadi kayak gini. Sejak awal kamu sendiri yang datang dan menawarkan diri sebagai pelarian buat aku, tapi kenapa sekarang kamu menuntut hal yang nggak bisa aku berikan?"
" Sadar kamu Zoy, kamu nyaman dan bahagia sama aku, bukan dengan dia! Aku sangat mencintai kamu, Zoy. Aku nggak bisa kehilangan kamu. Batalkan pernikahan kalian, dan menikah lah denganku, Zoy!" laki-laki bernama Dimas tersebut tampak frustrasi.
Zoya terdiam. Ia akui ia memang salah, selama ini, karena terlalu sering di tinggal oleh tunangannya, Elvan, dan kuranganya perhatian dari tunangannya tersebut, membuat Zoya diam-diam menjalin hubungan Dengan Dimas, sahabat Elvan. Dimas yang selalu ada untuknya membuatnya sedikit terlena. Tapi, ia juga sangat mencintai Elvan, ia tidak bisa dan tidak mau kehilangan laki-laki itu.
"Dari awal, memang hubungan kita ini salah, Dim. Tidak seharusnya kita menjalin hubungan di belakang Elvan, Dim. Ini salah! Kita harus mengakhirinya sekarang. Aku nggak mau sampai Elvan tahu. Kamu lebih tahu apa yang akan terjadi jika sampai Elvan tahu, Dim. Dari awal, kamu yang salah. Kamu tahu aku sama Elvan saling mencintai, tapi kamu tetap kekeh maju dan tidak peduli. Kamu sendiri yang bilang akan menerima keputusanku ketika Elvan dan aku menikah. Dari awal kita salah, Dim. Aku menyesal, sangat menyesal! Bahkan seumur hidupku aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" Zoya mulai terisak.
Mendengar setiap kalimat yang Zoya katakan, membuat Dimas tak terima. Apa sebegitu buruknya hubungan mereka di mata wanita yang sudah dua tahun terakhir ini menjalin hubungan secara diam-diam dengannya tersebut.
Awalnya Dimas menerima, jika ia hanya di jadikan pelarian saat wanita yang ia cintai itu kesepian. Namun, seiring berjalannya waktu, ia benar-benar mencintai Zoya dan ingin memilikinya seutuhnya.
"Lebih baik kita mati bersama Zoy, dari pada aku harus menyaksikan kamu menikah dengan Elvan!" Dimas menambah laju mobilnya. Hal itu membuat Zoya terus berteriak untuk menghentikan kegilaan Dimas.
"Jangan konyol kamu, Dim. Berhenti! Nanti bisa nabrak!" terik Zoya, namun laki-laki itu tetap bergeming.
Zoya yang kekeh ingin mengakhiri hubungan gelapnya dengan Dimas dan Dimas yang tidak ingin hubungan mereka berakhir begitu saja terus memicu pertengkaran hebat diantara keduanya.
Hingga, mereka tak menyadari jika di depan sana ada seorang gadis buta yang sedang menyebrang jalan.
"Dimas, Awas!" teriak Zoya ketika melihat gadis buta yang sedang menyebrang tersebut.
Karena kecepatan mobil yang sangat tinggi, membuat Dimas tidak bisa menghentikan mobilnya tepat waktu, ia membantik stir ke kiri dan.....
Braaaaaaaakkk!!
Kecelakaann pun tak bisa di hindari. Mobil menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang hingga terpelanting jauh.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Enam bulan kemudian....
"Na na na nana..." seorang gadis cantik bermata indah terus saja bersenandung sambil mengayuh sepedanya.
"Selamat pagi, tuan. Ini koran edisi hari ini!" ucap gadis itu ramah sambil menyerahkan koran ke pelanggannya.
"Terima kasih, Vada. Pagi-pagi udah semangat saja kamu," kata seorang kakek.
"Harus dong, Tuan. Mau pagi, siang, sore, malam harus semangat," sahut Gadis yang di sapa Vada tersebut.
"Saya suka gadis muda yang semangat seperti kamu, ini buat kamu," Kakek itu menyerahkan uang pecahan berwarna biru tiga lembar untuk Vada.
"Tidak perlu, Tuan. Itu buat jajan tuan saja. Saya kan sudah di bayar buat anterin koran-koran ini," Vada mendorong uang tersebut pelan.
"Uang jajan saya masih banyak, kemarin anak menantu saya udah kirim lagi. Ini ambil, jarang-jarang kan kamu dapat tip begini. Udah ambil, ini rejeki. Jangan di tolak!"
"Baiklah kalau tuan maksa, rejeki anak-anak panti ini," Vada menerimanya lalu mengucapkan terima kasih.
"Saya permisi dulu, Tuan. Semangat!" seru Vada tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya.
Vada kembali mengayuh sepedanya untuk mengantar koran-koran selanjutnya. Hal yang setiap pagi ia lakukan kurang lebih empat bulan belakangan ini, hitung-hitung olah raga bersepeda sambil mencari rejeki.
Seperti biasa, habis mengantar koran, Vada mandi kembali ke kontrakannya lalu bersiap-siap untuk pergi ke tempatnya bekerja selanjutnya.
Vada telah siap berangkat untuk bekerja. Tak lupa ia bercermin lalu mengerjapkan mata indahnya di tambah senyumnya yang manis. Ia sangat bersyukur karena kini mata indahnya tersebut bisa melihat dunia yang indah ini lagi. Enam bulan yang lalu, bank mata menghubunginya dan mengatakan kalau ada donor kornea mata yang cocok untuknya.
Saat itu ia sangat senang sekali, akhirnya setelah hampir empat tahun tidak bisa melihat apa-apa akibat kecelakaan bus yang ia tumpangi sehabis merayakan wisuda sekolah SMAnya dulu.
Vada tak pernah tahu siapa orang baik yang telah mendonorkan matanya untuknya. Namun, ia berjanji akan menjaga mata itu sebaik mungkin dan akan menggunakannya untuk melihat hal yang baik-baik.
Sebelum berangkat, tak lupa ia membawa buku yang belum selesai ia baca, yang bisa ia baca di sela-sela waktunya bekerja.
💞💞💞
Sementara itu, di Bandara Internasional....
"Tuan muda, kita sudah sampai," ucap seorang pria sopan.
"Hem," Pria yang di sapa tuan muda itu hanya mengangguk. Ia membenarkan jasnya lalu berdiri dan bersiap turun dari pesawat jet pribadinya.
Ini adalah pertama kali ia kembali menginjakkan kaki di tanah air setelah kematian tunangannya enam bulan yang lalu dalam kecelakaan sebuah mobil bersama sahabatnya.
"Kita mau langsung ke mansion atau langsung ke makam Tuan?" tanya Asisten Rio.
"Langsung ke makam saja, yo," jawabnya pendek.
Asisten Rio mengangguk.
Saat mobil yang di tumpanginya berhenti di lampu merah, tepat di sampingnya, ia melihat seorang perempuan yang memboncek ojek online. Tak ada yang menarik dari gadis itu, sampai akhirnya gadis itu membuka kaca helm yang ia kenakan. Mata indah dengan bulu mata lentiknya mengerjap karena terpaan angin. Hal itu membuat Laki-laki itu tanpa sadar terpaku menatapnya.
"Tuan,..." Asisten Rio menatap heran laki-laki yang duduk di jok belakang tersebut. Apa yang atasannya itu lihat sampai tak mendengar saat diajak bicara.
"Maaf, Tuan," asisten Rio sedikit mengeraskan suaranya seiring dengan bergantinya warna traffic lamp menjadi hijau. Ojek online itu melaju dengan cepat mendahului mobil.
"Ada apa?" tanya laki-laki tersebut setelah lamunannya buyar.
"Maaf, Apa kita akan membeli bunga terlebih dahulu atau langsung ke makam?" tanya asisten Rio.
"Berhenti jika ada toko bunga," jawab Pria itu pendek.
"Baik Tuan," asisten Rio kembali mengangguk.
Sampai di sebuah toko bunga, mobilpun berhenti.
Asisten Rio turun untuk membeli bunga sesuai perintah atasannya.
"Maaf, nona. Apa ada buket bunga rose White?" tanya asisten Rio.
"Maaf tuan, tokonya baru mau buka. Dan... Buket yang Anda maksud belum ready. Jika tuan tidak keberatan, biar saya buatkan sekarang. Apakah Anda buru-buru?" tanya gadis itu yang ternyata Vada.
Asisten Rio menoleh ke mobil sebentar lalu kembalI menatap Vada," Baiklah, saya akan menunggu. Tolong buatkan yang spesial," ucapnya kemudian.
"Baiklah Tuan, silahkan Anda duduk dulu. Saya akan membuatkannya," Vada dengan cekatan menyiapkan bahan-bahan untuk membuat buket bunga sesuai request asisten Rio. Meski belum lama bekerja di florist tersebut, Vada sudah cekatan membuat buket bunga yang indah. Dia gadis yang cepat belajar.
" Apakah ini untuk kekasih, tuan? Dia pasti akan senang sekali," ucap Vada tersenyum. Pasti beruntung wanita yang akan mendapatkan bunga tersebut, pikirnya.
"Tidak, ini untuk mendiang tunangan bos saya," jawab asisten Rio.
Vada hanya ber-oh-ria mendengarnya. Ia tak lagi berkomentar, kasihan sekali laki-laki yang di maksud pria di depannya tersebut, pasti dia sangat mencintai tunangannya, pikirnya.
Vada tersenyum puas melihat hasil karya indahnya.
" Ini, tuan!" Vada menyerahkan buket bunga tersebut dengan rasa bangga.
"Terima kasih," asisten Rio menerima bunga tersebut. Ia akui, gadis itu cukup cekatan dan.... Pintar sekali merangkai bunga.
Baru keluar dari toko, asisten Rio sudah di susul oleh sopir, "Maaf tuan, Tuan Elvan sudah menunggu," ucap sopir itu dengan menunduk sopan.
Asisten Rio menatap kearah mobil, bosnya itu selalu tidak sabaran, bukankah untuk sesuatu yang indah itu butuh waktu, pikirnya.
"Apa membeli bunga harus mengapeli penjualnya juga?" tanya Elvan datar.
"Maaf, Tuan. Tadi harus merangkai dulu bunganya," jawab asisten Rio.
Laki-laki bernama Elvan itu hanya diam dan kembali sibuk dengan benda pipih di tangannya.
❣️❣️❣️
💠Assalamualaikum readers kesayangan , semoga kalian suka dengan novel terbaru Author. Jangan lupa buat like, komen dan pencet ❤️nya, supaya tidak ketinggalan jika author up. Terima kasih 🙏🏼 🙏🏼
Salam hangat author 💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Griselda Nirbita
yup aku mampir kak
2024-11-09
0
Anisatul Azizah
kak, mampir...
2024-03-17
1
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
ternyata tunangan km selingkuh d belakang km El...dia gk sebaik yg km kira....
2023-12-20
1