Setelah tiga hari menikmati, lebih tepatnya... terpaksa menikmati liburan tanpa rencananya, Vada akhirnya kembali ke Jakarta dengan sebuah jet pribadi.
Lagi-lagi ia di buat takjub oleh kesultanan suaminya. Namun juga di buat semakin bergidik ngeri sekaligus kepo. Sebenarnya apa pekerjaan suaminya hingga seperti memiliki kekayaan tanpa batas tersebut.
"Apa Anda menginginkan sesuatu, nona? Minum mungkin?" tanya pramugari entah untuk yang ke berapa kali.
"Eh tidak, aku bahkan sudah kembung karena kamu menawariku minum terus-terusan. Kamu bisa pergi, nanti kalau aku butuh apa-apa, akan aku panggil," ucap Vada ramah. Pramugari itu menawari Vada berbagai jenis minuman sebelumnya, jiwa kepo Vada memberontak, ia penasaran apakah rasa minuman di jet pribadi mewah itu rasanya sama atau jadi lebih enak. Ia meminum semua minuman yang sebelumnya di tawarkan, hingga perutnya kini terasa penuh oleh air.
"Baik nona, saya permisi!" pamit pramugari.
Asisten Rio yang duduk tak jauh darinya hanya melirik sekilas ke arah Vada, lalu menggelengkan kepalanya.
"Ssstt.... Ssstt!" Vada memanggil asisten Rio yang sedang memeriksa beberapa pekerjaannya. Ia menoleh, "Ada apa nona?" tanyanya.
"Pekerjaan bosmu sebenarnya apa? Bukan mafia kan?" tanya Vada.
Asisten Rio diam tak menjawab.
"Apa kau butuh alat pendengaran?" sindir Vada.
"Sebaiknya nona jangan terlalu kepo, semakin Anda kepo, takutnya jiwa miskin Anda akan semakin insecure,"
Vada mencebik, ingin sekali rasanya nampol mulut pedas asisten Rio dengan sandal swallow miliknya.
🖤🖤🖤
Turun dari pesawat, Vada merasa pusing dan mual luar biasa karena jetlag.
" Nona, ayo! Sopir sudah menunggu," kata asisten Rio.
" Tunggu sebentar, kau tak melihat? Aku mau muntah begini, rasanya dunia berputar-putar. Hah, kenapa tidak kamu bius saja aku kayak waktu berangkat biar tidak jetlag, menyebalkan," omel Vada.
Lagi-lagi asisten Rio hanya diam, untung saja istri bos. Kalau bukan, sudah habis gadis ini, pikirnya.
Satu jam kemudian, mobil yang mereka tumpangi sampai di sebuah mansion dengan pagar menjulang tinggi yang di jaga oleh dua orang berbadan besar di sisi kanan dan kirinya.
Tanpa sadar, Vada kembali berdecak kagum, "Sudah sampai cah ayu? Ayo masuk!" sapa mbok Darmi yang menyadarkan lamunan Vada.
"Mboook..." Vada memeluk mbok Darmi.
"Mbok, tolong buatkan teh herbal untuk nona, dia jetlag parah," kata asisten Rio.
"Ya ampun, sampai pucat begini. Ayo masuk, mbok akan buatkan teh herbal buat kamu supaya lebih enakan," ajak mbok Darmi dan Vada menurut.
"Ini kamarmu dan tuan muda cah ayu, istirahatlah dulu. Biar mbok buatkan teh ya," ucap mbok Darmi.
"Aku... Harus banget tidur di sini ya mbok? Rumahnya besar sekali, pasti ada kamar lain kan, aku bisa tidur di mana saja, asal jangan di sini," ucap Vada.
"Lho, ini kamar tuan muda, berarti ini juga kamarmu, cah ayu. Bukankah suami istri seharusnya tidur satu kamar? Simbok keluar dulu sebentar ya?" mbok Darmi pergi meninggalkan Vada sendiri.
Tok tok tok!
"Nona," asisten Rio masuk.
"Apa?" sahut Vada malas.
"Saya hanya ingin memberikan ini untuk Anda, kartu dan semua data di ponsel Anda sebelumnya sudah saya pindahkan semua ke sini," asisten Rio menyerahkan sebuah ponsel keluaran terbaru.
"Kenapa ganti, ponsel lamaku dimana?" Vada merasa ponsel di tangannya terlalu canggih, ia takut tidk bis menggunakannya.
"Saya permisi," tak menjawab pertanyaan Vada, asisten Rio justru pamit.
"Huh, dasar!" cebik Vada. Ia membolak-balikkan ponsel di tangannya, "Ini gimana cara gunainnya ya? Ya ampun, PR lagi ini mah," gumamnya.
🖤🖤🖤
Setelah merasa baikan, Vada berjalan-jalan untuk melihat-lihat sekeliling mansion. Sejak tadi, ia tak melihat ada anggota lain di rumah itu kecuali ara pelayan dan mbok Darmi.
"Apa dia tidak punya keluarga? Sepi sekali rumah ini," gumamnya yang kini sedang duduk di tepi kolam renang.
"Ada, Tuan muda punya orang tua yang masih lengkap, cah ayu," suara mbok dari mengagetkan Vada. Rupanya mbok Darmi mendengar gumaman Vada.
Mbok Darmi mendekat lalu duduk di samping Vada, "Tuan dan nyonya besar sudah sejak lama menetap di luar negeri. Sesekali mereka pulang ke Jakarta, tapi tidak ke rumah ini, di rumah yang lain. Tapi, semenjak kesehatan tuan besar menurun, mereka tak pernah kembali ke Jakarta lagi. Di sini Tuan muda tinggal sendiri. Tuan muda sangat sibuk dengan pekerjaan, hanya sesekali juga kembali ke rumah ini. Mbok harap, dengan adanya kamu sebagai istrinya, membuat tuan muda lebih sering dan betah di rumah. Ada alasan buat dia kembali ke rumah ini.... " kata mbok Darmi.
"Kamu harus sabar menghadapi tuan muda, pada dasarnya dia orang yang baik," sambung MBOK Darmi.
"Baik darimana, kalau baik nggak akan nyulik dan maksa buat nikah, mbok. Dia pergi saja nggak ada bilang sama Vada," protes Vada.
Mbok Darmi tersenyum, "Tuan muda memang tak terlalu pandai bersosialisasi, tak pandai bicara lembut dan manis. Sejak kecil dia kesepian hanya mbok ini teman bermainnya. Mbok yakin kamu bisa membuat tuan muda menjadi lebih baik, hanya perlu kesabaran dan waktu. Cintai dan sayangilah tuan muda dengan tulus. Lakukan apapun dengan tulus. Hal itu yang sangat tuan muda butuhkan. Perangainya memang dingin, mengurus dua perusahaan besar yang bergabung menjadi satu, membuatnya bersikap selalu waspada dan acuh kepada orang lain. Ia bahkan tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Ia butuh seseorang yang memperhatikannya. Simbok berharap kamulah orangnya, cah ayu," ucap. Mbok Darmi panjang lebar.
Vada mendesah, semua kemewahan yang ia lihat sejak kemarin, ternyata harus di bayar mahal oleh Elvan. Kurang kasih sayang, Arrogant dan mungkin ia sendiri tidak menikmati hidupnya.
Tapi, untuk mencintai pria itu dengan tulus, apakah dia bisa jika sampai detik ini hatinya masih diisi oleh, Mirza. Ingat kekasihnya, Vada benar-benar merindukannya.
🖤🖤🖤
Sementara itu di belahan dunia lain, tepatnya di Sydney, Australia.....
Elvan baru saja tiba di kediaman orang tuanya. Saat sedang melakukan perjalanan bisnis seperti saat ini, sesekali ia gunakan sekalian mengunjungi mereka. Meskipun selalu di penuhi ketegangan saat mereka bertemu, seperti saat ini.
Elvan duduk dengan wajah dinginnya, berhadapan dengan ayahnya yang duduk di kursi roda dengan wajah yang tak kalah dingin. Dan ibunya berada di samping sang ayah.
"Apa kamu menganggp kedua orang tuamu ini sudah mati, Elvan? Sehingga kau menikah tanpa perlu memberi tahu kami?" suara anggun namun tersirat kekecewaan itu terdengar dari mulut nyonya Tamara.
"Siapa gadis itu?" sambung tuan Adi Wijaya, suami nyonya Tamara.
Elvan diam, masih menunggu kedua orang tuanya mengeluarkan unek-unek mereka sebelum ia bicara.
"Kamu belum bisa move on dari Zoya, dan sekarang tiba-tiba kamu menikah? Oh ya ampun, bagaimana bisa kamu melakukannya?" kata nyonya Tamara.
"Kenapa? Apa mama takut nasibnya akan seperti mama, tidak di cintai dan di selingkuhi?" tanya Elvan dingin.
"Elvan!" bentak nyonya Tamara.
"Bukankah aku benar? Kalau papa bisa menikah dengan mama, wanita yang tidak dia cintai, kenapa Elvan tidak? Tapi, mama tenang aja, Elvan tidak akan melakukan hal yang menjijikkan, selingkuh dengan wanita lain, seperti apa yang pria ini lakukan!" ucap Elvan penuh penekanan.
Masa kecilnya yang selalu kesepian dan tertekan karena melihat ibunya sering menangis diam-diam. Tak jarang pula kedua orang tuanya bertengkar, membuat Elvan menjadi pria dingin seperti sekarang. Saat mengetahui ayahnya memiliki wanita lain, membuat kebencian Elvan terhadap papanya semakin menjadi.
"Elvan! Jaga bicaramu! Dia papamu!" air mata nyonya Tamara tak terbendung lagi. Setiap kali mereka bertemu pasti berujung seperti ini, anak laki-laki satu-satunya itu masih menyimpan luka masa lalu teramat dalam hingga menimbulkan trauma dalam dirinya.
"Papa? Papa yang tidak pernah menganggap Elvan, papa yang tidak pernah menoleh ke Elvan, papa yang sibuk dengan selingkuhannya, apa itu di sebut papa?"
Tuan Adi Wijaya hanya diam, meskipun ia sudah menyesali perbuatannya, ternyata Elvan masih belum bisa memaafkannya. "Maafkan papa, papa yang salah," hanya itu yang bisa ia katakan.
Nyonya Tamara menggeleng, sampai kapan ayah dan anak itu akan seperti ini. Ia ingin sekali melihat mereka akur.
Elvan heran, jelas-jelas ia tak melihat ada cinta di antara kedua orang tuanya, tapi kenapa mereka bisa bertahan sampai sekarang. Nyonya tampar tetap melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik. Bahkan nyonya Tamara lebih memilih mengurus suaminya yang kini lumpuh dan menetap di luar negeri dari pada mengurus dan menemaninya di Jakarta. Kadang membuat ia berpikir, apa kehadirannya sebegitu tidak pentingnya dia untuk mereka berdua.
Kesibukan, serta masalah rumah tangga orang tuanya di masa lalu, perlahan menciptakan pribadi Elvan yang tak hanya dingin namun juga arrogant. Demi menarik perhatian keduanya, tak Jarang Elvan kecil sampai remaja membuat ulah di sekolah maupun di rumah.
Elvan menghela napas dalam, ia paling benci dan tidak suka jika melihat ibunya menangis.
"Sudahlah, jika kalian ingin mengetahui apakah benar aku sudah menikah, jawabannya ya. Aku menikah dengan gadis biasa penerima donor mata dari Zoya. Setidaknya masih ada mata Zoya yang bisa ku miliki. Siapapun gadis itu, aku harap kalian tidak mengusiknya. Jangan pernah mengusik rumah tangga Elvan, Seperti Elvan yang tidak pernah mengusik kalian. Elvan ke atas dulu, besok Elvan kembali ke Jakarta," ucap Elvan dan langsung bangkit dari duduknya meninggalkan kedua orang tuanya.
🖤🖤🖤
Elvan menatap luar jendela kamarnya. Menerawang jauh ke depan. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini, yang jelas tiba-tiba dalam benaknya, ia teringat istrinya.
"****!" umpatnya, kenapa dia jadi kepikiran Vada. Apa dia merindukan istrinya tersebut. Elvan mengusap wajahnya kasar.
Kegiatan panas yang mereka lakukan waktu itu, rintihan dan Desa han Vada terus saja berputar di otaknya.
Mengakui atau tidak, ia sangat menikmati percintaan paksa yang ia lakukan terhadap Vada. Bahkan gadis itu memiliki tubuh yang lebih seksi daripada Zoya yang memiliki tubuh cenderung lurus.
Terlebih lagi ternyata istrinya itu masih perawan, hal yang ia pikir sudah langka akan di temukan. Pasalnya, saat pertama kali dulu melakukannya dengan Zoya, wanita itu sudah tidak Virgin lagi dan Elvan mempermasalahkan hal itu karena dia sangat mencintai Zoya.
Elvan benar-benar tak bisa melupakan rasanya yang lebih legit daripada Zoya. Padahal istrinya itu hanya pasrah tak memberikan perimbangan yang berarti untuknya.
"Tidak, itu karena aku merindukan Zoya," gumamnya dalam hati.
Elvan menghela napasnya kasar. Sampai kapanpun tak ada yang bisa menggantikan posisi Zoya di hatinya. Namun, lagi-lagi tubuh polos Vada terlintas di benaknya yang membuatnya mengumpat berkali-kali.
🖤🖤🖤
💠💠Satu bab lagi, tapi like dan komennya jangan di lewatkan ya.. Tengkyu 🤗💠💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
✨️ɛ.
nah kan, yg jaga Mr. Gen ini, bukan manusia..
fix, si Elvan menjalankan ritual pesugihan.. 🫢
2024-12-30
0
✨️ɛ.
janjangan yg dapat perawannya joyah si dimdim..
2024-12-30
0
✨️ɛ.
pesugihan..
2024-12-30
0