Setelah mengetahui ada noda darah di selimut ya, Vada langsung mengecek sprei.
"Mam pus! Bakal kena amuk ini mah. Aduh Vada, bagaimana bisa kamu mengotori sprei suami kulkasmu ini," Vada hanya bisa meringis kepada suaminya yang tetap menatapnya datar.
"Maaf tuan, biar aku cuci sprei dan selimutnya. Tapi, saya mau membersihkan diri dulu," ucap Vada.
"Biar pelayan yang melakukannya," kata Elvan.
"Hah? Jangan, tidak perlu biar aku saja, tuan," ucap Vada cepat. Apa yang akan para pelayan gosipkan jika mereka mencuci sprei dan selimut itu.
"Kau bersihkan dirimu di kamar mandi. Pelayan akan datang dua menit lagi untuk menggantinya," kata Elvan tak bisa di bantah.
"Tapi..."
Elvan langsung menatapnya tajam.
"Baiklah kalau begitu, em... Tapi... Aku butuh pembalut tuan," ucap Vada lirih.
"Apa?"
"Pembalut," jawab Vada malu-malu.
Dengan santai, Elvan berjalan menuju ke kotak P3K.
"Sana mandi!" Elvan menyodorkan gulungan kecil pembalut luka kepada Vada.
Vada mendelik, "Di kira luka apa, malah di kasih perban. Astaga, ini suami es balok ternyata ada sisi bodohnya juga. Kalau punyaku di balut, situ punya aset kagak bisa masuk, tuan! Eh kenapa jadi mikirnya ke situ sih," Vada merutuki pikirannya yang mulai ngaco.
"Ehem! Mau berdiri terus, atau lekas mandi. Pelayan sudah datang," kata Elvan.
"Tapi..."
Elvan heran, perempuan di depannya ini kebanyakan tapinya.
"Apa?" tanya Elvan dari sorot matanya.
"Bukan itu pembalut yang aku maksud. Tapi pembalut untuk datang bulan,"
Elvan menautkan alisnya menatap kain kasa yang ada di tangannya, "Lalu?" tanyanya.
"Aku tidak bisa memakai itu,"
"Masuklah ke kamar mandi, aku yang urus,"
Vada melongo setengah tak percaya, suaminya mau mencarikannya pembalut? Masa sih.
"Cepat!"
"Iya iya! Galak amat, sekalian cd-nya!" Vada langsung berjalan cepat menuju kamar mandi di kamar itu.
"Menyusahkan!" gerutu Elvan.
Elvan menyuruh mbok Darmi yang sudah menunggu di depan pintu dengan dua pelayan.
Tanpa bertanya apapun keada Elvan, Mbok Darmi langsung mengis untuk mengganti sprei.
"Kalian harus buta dan bisu, mengerti maksud simbok?" tanya mbok Darmi. Ia tak ingin ada yang bergosip soal apapun setelah ini. Ia meminta pelayan itu untuk menganggap tidak melihat apa-apa dan tidak bisa bercerita soal apapun tentang drama pagi ini. Ia tak ingin Vada malu.
"Mengerti, kami permisi dulu," dua pelayan itu melangkah pergi meninggalkan mbok Darmi dan Elvan.
"Simbok juga permisi, tuan," pamit mbok Darmi.
"Tunggu, mbok!" sergah Elvan.
Mbok Darmi mengurungkan langkahnya.
"Apa mbok punya pembalut yang untuk menghentikan darah datang bulan?" tanya Elvan ragu.
Mbok Darmi mengerti sekarang, ternyata itu darah datang bulannya Vada. Ia pikir itu adalah darah perawan Vada, ia cukup terkejut saat melihat noda darah tadi. Diapakan gadis itu sama tuanya hingga darahnya terlalu banyak untuk ukuran pecah perawan, pikir mbok Darmi sesaat tadi. Pasti dua pelayan tadi juga berpikir demikian, makanya mbok Darmi mewanti-wanti mereka.
"Dia bilang bukan ini,"
"Simbok tidak punya, tuan. Simbok sudah tidak kedatangan tamu bulanan lagi. Biar simbok carikan sebentar,"
Mbok Darmi segera pergi, ia meminta pembalut kepad salah seorang pelayan di mansion tersebut lalu memberikannya kepada Elvan.
Elvan menerimanya, lalu ia menuju ke walk in closet untuk mencari apa yang tadi Vada katakan.
"Merepotkan sekali!" gerutunya sambil memandangi kain berbentuk segitiga berwarna merah jambu di tangannya. Ini aneh, benar-benar aneh, ia bahkan rela mencarikan gadis itu cd.
🖤🖤🖤
Zora mendekati Vada yang sedang memasak untuk sarapan di dapur. Ia mengepalkan tangannya saat melihat tanda merah di leher Vada.
"Vada, apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Zora ramah.
"Eh, tidak usah Zora. Ini hampir selesai. Kamu tunggu di meja makan saja," sahut Vada tersenyum.
"Aku tunggu di sini saja, kau tahu dulu kak Zora tidak pernah memasak untuk kak Elvan. Kak Elvan melarangnya berada di dapur, katanya tidak mau kuku kuku cantik kakakmu jadi jelek. Tapi sama kamu beda ya, dia malah nyuruh kamu masak di dapur,"
Vada hanya tersenyum tipis mendengarnya.
" Kenapa kamu mau sih di suruh masak. Masak itu kan merepotkan, belum lagi kalau kena pisau atau kena cipratan minyak panas. Kak Elvan kok tega nyuruh kamu susah-susah buat masak, nanti aku bilangin dia deh, biar adil sama kamu, kayak memperlakukan kak Zoya dulu. Dulu aja kak Elvan manjain kak Zoya banget, sama kamu kok tega begini,"
Lagi-lagi Vada tersenyum, Entah kenapa ia merasa gadis di sebelahnya ini seperti memiliki niat yang tidak baik. Setiap kali mereka bertemu, Zora pasti selalu membicarakan soal masa lalu Elvan dengan Zoya. Jika memang dia berniat baik, Vada bersyukur. Tapi, bukankah seorang wanita yng baik akan berusaha menjaga perasaan wanita lainnya. Namun, yang Vada rasakan dari Zora berbeda, ia merasa Zora malah sengaja memanasinya dan entah apa tujuannya.
"Tidak perlu kamu menasihati suamiku, Zora. Bukan dia yang menyuruhku untuk masak, tapi aku sendiri yang mau. Bukankah memang seharusnya seorang istri mengurus suaminya," kata Vada.
"Tapi kan ada pelayan Vada, tugas mereka ya mengurus dan melayani tuannya," sanggah Zora.
"Kau salah Zora, biarkan ada pelayan, tapi aku mau mengurus suamiku sendiri dengan tanganku. Tidak hanya urusan di ranjang saja, tapi urusan perut juga perlu dimanjakan. Dan sejauh ini Elvan sangat menyukai masakanku," sahut Vada yang merasa geli dengan ucapannya sendiri. Ia tidk tahu, sebenarnya Zora benar-benar baik, atau hanya pura-pura.
"Ya sudah kalau begitu. Ini mau masak apa lagi?" tanya Zora.
"Oh, ini mau buat tumis cumi jagung lada hitam," jawab Vada.
"Wah, kayaknya enak tuh, em... Bisa nggak jangan pakai lada hitam? Aku alergi lada hitam soalnya, pakai saus tiram biasa aja," ponya Zora.
"Baiklah," sahut Vada pendek.
Selesai memasukkn semua bahan dan tinggal menunggu matang, tiba-tiba Vada kebelet ingin buang air kecil.
"Em, Zora," Vada memanggil Zora yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Ya?" Zora menoleh.
"Bisa tolong tungguin ini sebentar nggak? Aku kebelet, cuma. Sebentar kok, ini juga udah mau matang," kata Vada..
"Tentu saja mau, Vada," Zora tersenyum.
🖤🖤🖤
Elvan turun dari lantai dua dan langsung menuju meja makan saat Vada selesai menyiapkan sarapan untuknya.
"Tuan, mau sarapan apa?" tanya Vada.
"Ambilkan saja apapun," sahut Elvan.
"Pfft! Vada kau memanggil suami sendiri tuan? Kau lucu sekali, pantas saja kemarin aku mengira kamu pembantu di rumah ini," Zora terkekeh.
"Itu, maksud aku tuan suami. Tapi kadang aku hanya manggil depannya saja, biar lebih singkat, iya kan tuan suami?" kilah Vada.
Elvan tak menyahut, ia hanya mengedipkan kedua matanya mengiyakan ucapan Vada.
"Oh begitu, kirain..." kata Zora.
"Aku mau dong, cumi tu isinya tadi. Pengin nyobain, kayaknya enak," Zora mengambil nasi dan cumi tumis jagung yang Vada sosodrkan kepadanya.
"Oya kak, aku punya kabar bagus. Aku mau memperpanjang masa liburan aku di Jakarta. Kalau cuma seminggu tellu sebentar, aku masih merindukan suasana di sini. Jadi aku putuskan tambah seminggu lagi di sini. Nggak apa-apa kan?" ucap Zora kepada Elvan.
"Lakukan apapun yang buat kamu senang, rumah ini selalu terbuka untukmu," sahut Elvan.
"Aaaahh, makasih... Kakak emang terbaik. Sayang ya, kakak dan kak Zoya nggak jadi menikah. Aku jadi ggal jadi adik ipar kakak,"
"Kau akan tetap jadi adikku, Zora," ucap Elvan. Ia melirik Vada, perempuan itu seerti tidak menghiraukan pembicaraan mereka. Walaupun sebenarnya dalam hati Vada merasa sebal, karen selalu Zoya yang di bahas.
"Iya, aku tahu. Kakak akan tetap sayang sama aku, kayak dulu kan. Tahu nggak sih, masa dulu kak Zoya pernah bilang kalu misal kak Zoya dan kak Elvan nggak bisa bersama, dia minta ku gantiin posisi dia coba. Haha aneh banget kan permintaannya," kata Zora.
" Eh, Vada sorry ya, nggak bermaksud apa-apa. Kecepolosan aku, maaf banget ya. Jangan tersinggung,"
Vada tersenyum," Nggak apa-apa, santai saja Zora. Itu kan sudh masa lalu. Yang penting kan sekarang. Tapi maaf juga ya, karena ternyata yang gantiin Zoya bukan kamu, tapi aku. Aku yang jadi jodohnya Elvan. Kamu enggak apa-apa kan?" serang balik Vada.
"Ya enggak apa-apa dong, aku malah senang tahu, karena kak Elvan menikahinya sama perempuan baik kayak kamu, yang penting kakak bahagia buat aku mah," sahut Zora tersenyum.
"Bis kita mulai sarapannya?" ucap Elvan yang sadar situasi.
"Jadi ngobrol kan malahan. Ayuk makan, Vada!" ajak Zora dn Vada mengangguk.
"Tuan suami mau tambah apa?" ucap Vada lembut, membuat Elvan tersedak.
"Hati-hati akalu makan, ini minum dulu," Vada menyodorkan air putih untuk suaminya. Elvan meliriknya, "Dasar mulut manis," batinnya.
Di tengah-tengah sarapan mereka, tiba-tiba Zora merasa nyeri ada perutnya.
"Aduh!" Zora mengaduh.
"Zora, kenapa?" tanya Elvan.
"Nggk2 tahu kak, perutku nyeri. Biasanya kalau nyeri begini kalau makan lada hitam. Aku alergi lada hitam kak," Zora meringis kesakitan.
"Padahal Aku tadi udah bilang sama Vada kalau aku alergi lada hitam. Tapi mungkin Vada lupa,"
Vada menggeleng, "Aku nggak pakai lada hitam, Zora,"
"Iya, nggak apa-apa, Vada. Mungkin kamu lupa. Atau karena kamu kesal sama aku gara-gara kemarin aku ngatain kamu pembantu, jadi kmu sengaja memasukkan lada hitam. Aduh, aku minta maaf ya, Vada. Aku benar-benar menyesal karena hal itu, maafin aku,"
"Nggak Zora, aku nggak kesal, aku nggak marah sama sekali. Dan aku juga nggak masukin lada hitam," Vada menoleh, rahang Elvan sudah mengeras, wajah dinginnya menatap tajam kepada Vada.
"Aduh kak, sakit!" pekik Zora.
Vada bangkit dari duduknya, "Ayo aku bantu ke kamar, tuan tolong panggilkan dokter untuk Zora," ucap Vada.
"Lepaskan!" sentak Elvan. Ia bangun dan mengambil alih memapah Zora. Vada langsung mundur tiga langkah mengambil jarak.
"Tuan," Vada merasa perlu untuk menjelaskan. Ia tak mau di salahkan untuk sesuatu yang tidak ia lakukan.
Elvan menghentikan langkahnya sekejap,"Kau berhutang penjelasan kepadaku, Vada," ucap Elvan dingin
"Aku tidak melakukannya," ucap Vada jujur.
Elvan hanya menghela napasnya lalu kembali memapah Zora menuju kamar gadis itu.
"Tidak apa-apa Vada, aku tidak menyalahkanmu, kakak jangan salahkan Vada, jangan marah dia, dia pasti tidak sengaja," Ucap Zora. Elvan hanya diam dan terus memapahnya.
Vada terpekur menatap punggung suaminya yang perlahan menghilang dari pandangannya, "Siapa yang akan tuan percaya? Tentu saja dia bukan? Karena dia adiknya Zoya, wanita yang tuan cintai," gumam Vada dalam hati.
🖤🖤🖤
💠💠LIKE dan komennya jangan lupa...klik like enggak berat kok, yang berat itu nahan rindu😄😄💠💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
✨️ɛ.
biasa gitu, anak mudanya dibikin bego dulu..
2024-12-30
0
Anisatul Azizah
kamu siapanya Non??? adik ipar gagal aja sok2an
2024-03-17
1
Lily Miu
bagus pinter emang
2023-09-16
1