Vada berjalan dengan pelan, di bantu oleh para perias yang memegangi gaunnya yang cukup berat. Ingin rasanya Vada kabur saat ini juga. Namun, hal itu mustahil bisa ia lakukan. Jika kabur, ia harus pergi kemana mengingat di sekelilingnya saat ini hanya ada lautan. Sementara ia tak bisa berenang sama sekali. Apa yang ada di depannya, benar-benar harus ia hadapi.
Elvan tertegun melihat Vada yang kini sudah beridir tepat di depannya. Ia terpana oleh kecantikan gadis pemilik mata indah tersebut. Gaun yang seharusnya di pakai oleh tunangannya tersebut, begitu pas, melekat sempurna di tubuh Vada yang juga memiliki tubuh bak gitar Spanyol.
Elvan berusaha menahan diri untuk tidak terlalu kentara jika ia diam-diam memuji kecantikan perempuan yang sebentar lagi akan menjadi istri sahnya tersebut. Wajah dingin yang ia tunjukkan untuk Vada. Elvan meyakinkan dirinya siapapun perempuan yang memakai gaun mewah dan mahal itu pasti akan terlihat cantik, terutama jika Zoya yang memakainya. Pasti akan jauh lebih cantik dan aura kebahagiaan akan terpancar. Karena cita-citanya menikah dengan mengenakan gaun mewah rancangan desainer ternama dan berlangsung di atas kapal pesiar mewah menjadi kenyataan.
Namun, Elvan segera sadar, bahwa gadis di depannya bukanlah Zoya, melainkan Vada. Setidaknya, mata peninggalan Zoya dapat melihat itu semua. Melihat Elvan telah mewujudkan mimpinya.
Sungguh, siapa saja yang bisa melihat sehancur apa hati pria itu pasti akan ikut merasa tersayat. Namun, pria berwajah dingin itu selalu berhasil menyembunyikan kesedihannya di balik wajahnya yang arrogant.
Vada Berkali-kali harus berusaha menelan salivanya ketika matanya bersirobok dengan kedua mata pria dingin di depannya. Gagah dan tampan, kata yang terlintas di benak ya. Namun segera ia usir, pikirannya tersebut. Tatapan tajam hingga terasa menusuk ke jantungnya, membuat Vada langsung menunduk pasrah.
Tak banyak yang menghadiri acara pernikahan diadakannya tersebut. Hanya beberapa orang saja. Termasuk laki-laki yang membeli bunga di toko bunga sekaligus berperan sebagai penculiknya, yaitu asisten Rio. Vada bersumpah, tidak akan pernah melupakan wajah laki-laki yang mengantarnya ke dalam perangkap ernikahan bosnya tersebut.
Vada meremat kedua tangannya, menatap sebal kepada asisten Rio yang sama sekali bergeming dengan wajah datar tama dosanya.
Ketika Vada dan Elvan duduk bersanding, suasana menajdi terasa sangat sakral. Semua sudah siap lengkap dengan penghulu dan syarat pernikahan lainnya. Rupanya asisten Rio benar-benar memikirkan segala sesuatunya. Ia sudah menyelidiki Vada sebelumnya, gadis yatim piatu yang sejak kecil tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandiri, tidak tinggal lagi di panti asuhan sejak memasuki sekolah SMA.
Vada meremat jari jemarinya kuat-kuat saat kata SAH itu terucap. Menahan segala gejolak rasa yang menghujam di dadanya. Ya, kini ia telah sah menjadi istri laki-laki asing di sampingnya.
Vada memejamkan matanya yang terasa sangat panas. Setetes air mata keluar dari sudut matanya. Impiannya untuk bersanding dengan kekasihnya kini pupus sudah. Di ujung matanya, Vada teringat akan Mirza, kekasihnya. Pengorbanan dan perjuangan Mirza untuknya selama ini terasa sia-sia sudah karena tanpa sengaja ia telah menghianati kekasihnya tersebut.
"Tegakkan kepalamu, jangan menangis. Aku tidak suka kau menangis dengan mata Zoya!" bisik Elvan penuh peringatan.
Vada segera menghela napas dalam dan berusaha menghalau air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Menikah diatas kapal pesiar mewah, dengan dekorasi yang serba wah dan elegan tentu saja wanita manapun akan senang. Tapi tidak dengan Vada, ia justru bergidik ngeri dengan semua kemewahan yang ada di sekitarnya. Sebenarnya laki-laki seperti apa yang memaksa menikahinya tersebut. Hingga terasa sangat mudah bagi pria itu untuk melakukan semuanya. Bahkan mungkin hanya dengan menjentikkan jarinya saja, apa yang pria itu inginkan menjadi kenyataan.
Tangan Vada gemetar ketika penghulu menyuruhnya untuk mencium punggung tangan suaminya. Tangan yang terasa dingin, sedingin wajah pria itu tentunya. Sementara Elvan, entahlah apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu sekarang.
Vada tak mengira jika pernikahan itu kini benar-benar terjadi dan sah. Ia pikir awalnya hanya gertakan dari pria yang kini sudah menjadi suaminya tersebut. Menurut kepolosannya, tak hanya perempuan yang mau menikah hanya dengan orang yang dicintainya saja, namun juga berlaku untuk laki-laki. Ia pikir mana mungkin Elvan akan menikahinya, seorang gadis yang terlalu... Biasa saja untuk bersanding dengannya.
Namun, pikirannya salah besar, nyatanya kini di tangannya sudah ada buku nikah yang legal secara hukum. Sebegitu cintanyakah suaminya itu dengan mendiang tunangannya hingga rela menikahinya demi mata yang kini menjadi miliknya.
Oh, jangan lupakan dendamnya juga. Pria itu membencinya setengah hidup karena menyebabkan tunangannya meninggal. Da untuk satu hal itu, Vada benar-benar merasa perlu meluruskan. Ia tidak menyebrang sembarangan. Meskipun buta ia sudah sangat hati-hati waktu itu. Tapi, Elvan tetaplah Elvan yang tidak mau peduli dengan penjelasannya.
Setelah acara sakral itu selesai, semua orang pamit, entah kemana mereka perginya, aakah langsung hengkang dari kaal pesiar itu atau masih berada di sekitar sana, Vada tidak peduli. Toh diantara mereka tidak ada keluarganya sama sekali, yang memang ia tidak punya. Kecuali mbok Darmi, Vada merasa nyaman berada di dekat wanita berusia Senja tersebut.
Vada menelan salivanya saat Elvan berjalan mendekatinya.
"Dengar baik-baik, sejak kau setuju dan tidak menolak menikah denganku, kebebebasanmu sudah berada di tanganku!" ucap Elvan datar.
Vada langsung membulatkan kedua matanya, ia ingin sekali protes.
"Setuju? Tidak menolak!? Hei Tuan! Bahkan Kau tidak memberiku kesempatan untuk bicara soal pernikahan ini! Apalagi menolak!" ingin sekali Vada berteriak memaki Elvan sambil menunjuk-nunjuk wajah laki-laki itu menggunakan jari telunjuknya. Tapi, tentu saja tak mungkin ia melakukannya. Ia masih terlalu sayang dengan nyawanya dan juga orang-orang di sekitarnya.
"Protes?" tanya Elvan dingin saat kedua mata indah itu melotot menatapnya.
"Tidak Tuan suami, mana saya berani," jawab Vada nyengir. Padahal dalam hati ia gondok sekali. Laki-laki di depannya di rasa sangat irit sekali bicara, tapi sekali bicara selalu membuatnya kicep seketika.
Elvan menautkan alisnya mendengar Vada memanggilnya dengan sebutan tuan suami, namun wajah dinginnya segera kembali.
"Bagus kalau kau mengerti," ucap Elvan. Dan tanpa bicara lagi, laki-laki itu melangkahkan kakinya melewati Vada begitu saja. Diikuti asisten Rio di belakangnya. Aura dingin saat terasa saat Elvan lewat di depannya. Namun, wajah dingin itu segera mengangkat ketika menatap dan melewati mbok Darmi.
Mbok Darmi tersenyum kepada Elvan saat mata mereka bertemu, ia mengangguk paham apa yang harus ia lakukan.
Semua orang benar-benar sudah pergi dari tempat acara, termasuk pengantin prianya, menyisakan Vada dan mbok Darmi saja.
Mnok Darmi mendekati Vada, "Ayo cah ayu, simbok antar ke kamar pengantin," kata mbok Darmi lembut.
"Eh...?" Vada menatap mbok Darmi penuh tanda tanya. Dan mbok Darmi hanya mengangguk.
"Vada Vada, nasibmu! Katakan say good bye pada kebebesanmu, Vada," rintih Vada dalam hati,. Mengasihi dirinya sendiri. Dalam hitungan jam saja, kini dunianya benar-benar berubah. Secepat itu juga statusnya menjadi istri.
Dan haruskah status keperawanannya juga segera berubah? Otak Vada bahkan menjadi blank seketika hanya karena mendengar kata kamar pengantin.
💕💕💕
Dan di sinilah sekarang Vada berada, di sebuah kamar pengantin yang sudah di hias sedemikian indah dan romantisnya. Ya, romantis bagi mereka pasangan yang saling mencintai tentunya. Namun, terasa seperti neraka bagi pengantin paksaan seperti Vada.
Berkali-kali ia meremat jari jemarinnya, keringat dingin juga sudah mulai menggenang di dahinya. Dalam bayangannya, orang setelah menikah pasti akan melakukan yang dinamakan malam pertama. Membayangkannya saja sudah membuat dada Vada kembang kempis. Tak bisa ia bayangkan melakukannya bersama orang yang masih sangat asing dengan ya, meskipun itu suami sahnya sendiri.
Vada terperanjat ketika pintu kamar terbuka, namun ia segera bernapas lega karena rupanya yang masuk mbok Darmi. Dengan langkah anggun dan tersenyum, mbok Darmi masuk ke kamar.
Mbok Darmi datang ternyata untuk pamit keada Vada. Gadis itu kini malah merengek untuk tidak di tinggalkan seorang diri di sana, terutama di kamar tersebut.
"Jangan tinggalin Vada mbok, mbok di sini saja. Nanti pulangnya bersama-sama," rengek Vada.
"Nggak bisa cah ayu, di sini kan sudah ada tuan muda, suami kamu sekarang,"
"Justru itu! Justru itu mbok yang buat Vada takut. Vada takut diapa-apain sama dia. Vada takut, Vada belum siap mbok. Vada ikut mbok saja ya, Please??" Vada memohon. Ia menggenggam erat tangan mbok Darmi.
Mbok Darmi menggeleng, "Kamu sudah menjadi istrinya. Apapun kamu harus ikhlas, rela melakukannya, jika tuan muda memintanya. Itu akan menjadi pahala buat kamu, cah ayu," kata mbok Darmi lembut. Vada membenarkan ucapan mbok Darmi. Pasti yang di maksud adalah ibadah di atas ranjang. Tapi, tetap saja, rasanya ia belum rela memberikan hak untuk suaminya. Bahkan mendengar kata suami saja kini bulu kuduk Vada meremang, aneh.
"Tapi mbooookk...." Vada mengiba, namun mbok Darmi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Simbok sudah di tunggu. Mbok balik duluan ya? Mbok tunggu di Jakarta," kata mbok Darmi sambil berdiri lalu meninggalkan Vada yang terbengong-bengong sendiri.
"Jakarta? Memangnya sekarang mereka lagi ada di mana?" Vada bertanya-tanya dalam hati.
Karena kelelahan, Vada tertidur dengan masih memakai gaunnya yang berat. Entahlah, kemana perginya para perias itu yang seharusnya membantunya melepaskan gaunnya.
Dalam tidurnya, Vada merasa seperti bermimpi ada yang membogem pipinya.
"Astagfirullah!" Vada langsung nyebut ketika melihat sesosok pria tampan tengah sedikit menunduk sambil menepuk-nepuk pipinya dengan keras.
Elvan menautkan kedua alisnya mendengar Istrinya beristighfar saat melihatnya.
"Buka gaunmu!" pinta Elvan.
"Eh...?" Jantung Vada langsung menabuh genderang perang. Dag dig dug dag dig dug. Ia langsung menyilangkan kedua tangannya di dada. Mengambil ancang-ancang untuk.... Mungkin menentang aset masa depan milik suaminya jika hal yang tidak ia inginkan terjadi.
🖤🖤🖤
💠💠Yakin Vada berani nendang aset masa depan Elvan? Nggak yakin aku 😄😄
Jangan lupa like, komen dan hadiahnya, serta pencet ❤️nya biar masuk list favorit kalian.. Terima kasih 🙏🏼💠💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Henny Aprilaz
hahaha lucu c vada...nyimak thor sampai bab ini 😘
2023-10-11
2
Jaga Rasa Jaga Rasa
up lagi 😁
yga lebih seru 😁
2023-09-26
0
FUZEIN
Wowwww
2023-09-21
0