"Aku nggak salah dengar kan, kak?" tanya Zora setelah ia berhasil meneguk minuman di gelas. Wajahnya tidak terlalu menunjukkan bagaimana perasaan hatinya saat ini, terkejut, namun masih bisa mengendalikan diri.
"Ya, aku dan Vada sudah menikah," Elvan mengulangi ucapannya dengan sangat jelas.
"Astaga, aku benar-benar terkejut mendengarnya kak. Kapan kalian menikah? Dan... Setahu aku selama ini kakak masih belum bisa move on dari kak Zoya. Apa kakak menikahi Vada karena benar-benar cinta dan sudah melupakan kak Zoya, aku sedih kalau iya. Atau kakak menikahinya karena hak lain?"
"Sudahlah, tidak usah di bahas lagi. Hanya itu saja yang ingin aku katakan. Lanjutkan makannya!" potong Elvan cepat. Zora tak perlu tahu alasan di balik pernikahannya dengan Vada. Biarlah itu menjadi rahasia yang tak perlu orang lain tahu, termasuk Zora.
"Ya ampun, aku baru balik semalam dan paginya daat berita sangat mengejutkan seperti ini. Tapi aku senang, kalau akhirnya kakak bisa menemukan pengganti kaka Zoya dan kakak bahagia," kata Zora tersenyum. Entah senyum itu tulus atau tidak, yang jelas raut wajahnya sedikit berubah.
" Hem... " Elvan mengangguk.
" Aku harus meminta maaf kepada Vada, aku kira semalam dia pembantu. Astaga, pasti dia kesal sama aku. Soalnya dia penampilannya beda banget sama kak Zoya, aku kan jadi nggak berpikir kalau ternyata dia istri kakak. Kakak juga nggak belain dia semalam, malah diam aja... Aduh aku jadi merasa bersalah. Aku harus meminta maaf dengan Vada," Zora menunjukkan wajah menyesalnya.
"Kau bisa melakukannya nanti, lanjutkan makannya. Aku berangkat dulu. Kalau perlu apa-apa bisa bilang ke pelayan atau mbok Darmi. Enjoy your Day!" Elvan bangkit dari duduknya dan meninggalkan Zora dengan ekspresi wajah yang kini sudah berubah masam.
"Selamat pagi, tuan muda," sapa asisten Rio yang sudah menunggu.
"Hem..." sahut Elvan pendek. Ia masih kesal dengan istrinya yang pergi tanpa pamit. Kerja aa yang berangkatnya masihagi buta, pikirannya semakin kesal. Asisten Rio hanya bisa menghela napas karena pagi-pagi sudah di suguhi wajah horor bosnya.
Setelah kepergian Elvan, Zora meletakkan sendok dan garpu yang di pegang ya dengan kasar. Ia menatap sebal makanan yang ada di atas meja lalu bangkit dari duduknya tanpa berniat menghabiskan sarapannya.
🖤🖤🖤
Selesai mengantar koran ke pelanggan, Vada memilih sarapan di kost. Ia sengaja membawa bekal untuk sarapan dari rumah.
"Vada, kamu di dalam?" tanya pemilik kost sekaligus toko bunga tempat Vada bekerja.
Vada menoleh ke pintu, "Ya bu, masuk aja!" seru Vada.
"Ya ampun, masih hidup kamu. Aku kira udah acara tujuh hari. Seminggu lebih ngilang nggak ada kabar, kemana aja kamu tiba-tiba hilang di telan bumi dan sekarang tiba-tiba udah nongol lagi. Masih mau kerja di toko nggak kamu, kalau nggak biar aku cari gantimu.
"Maaf, bu. Kemarin ada urusan penting. Maaf ya..."
"Dih sok penting!" cibir bu Sukma.
"Masih mau kerja di toko nggak kamu itu, atau udah nemu pekerjaan baru? Biar aku cari gantimu saja, siniin kunci tokohnya, biar aku kasih ke orang lain," omel bu Sukma.
" Tentu saja aku masih mau kerja, ibu kan tahu aku nggak ada kerjaan kalau siang, nyanyi masih sorean, kadang malam. Jangan cari pengganti ya ya ya, ibu kan udah anggap aku kayak anak sendiri, ya kan?
"Ck, paling bisa ngerayu kamu, katakan, selama ini kemana? Bikin ibu khawatir aja!"
"Ada bu, urusan di panti," jawab Vada bohong.
"Yang bener? Ku kira kau kawin lari sama si Mirza Mirza itu,"
"Enggaklah, ngapain lari kalau kawin di tempat aja enak," seloroh Vada.
"Otak kamu ya, kenapa jadi pintar begini. Eh tapi, nggak usahlah kamu kawin sama Mirza itu, mending aku jodohkan kamu dengan anakku yang lagi kuliah di Bandung saja. Lepas dia wisuda nanti, aku kawinkan kalian, bagiamana? Cocok?" kata bu Sukma smbil mengibas-ngibaskan kipas di tangannya.
"Nggak, nggak cocok bu, anak ibu terlalu ganteng buat aku. Nggak cocok!" Vada menggeleng keras.
" Ck, bilang aja anak ibu jelek, kenapa harus kau sanjung terlalu tinggi. Nanti ibu udah terbang jatuhnya langsung terjun bebas, kan remuk nggak cuma sakit,"
Vada hanya meringis, jika di tanggapi ocehan bu Sukma bisa menyita waktu sarapan Vada.
"Sarapan bu, udah makan belum?"
"Makan apa kamu? Enak nggak?" bu Sukma melirik makanan di piring Vada.
"Aku ambilkan piring sebentar," Vada langsung berdiri untuk mengambil piring.
"Aku perhatikan, tampilanmu berubah. Apa yang bikin berubah ya,?" bu Sukma tampak berpikir.
"Power rangers kali ah berubah," timpal Vada terkekeh.
"Astaga!" seru bu Sukma sampai Vada terlonjak Karena kaget.
"Apa sih bu, bikin kaget aja,"
"Bajumu itu yang bikin kamu berubah, baju mahal ini. Ibu aja yang kaya nggak sanggup beli baju brand ini, oh my god! Jujur sama ibu, kamu nggak kerja aneh-aneh kan? Nggak jadi simpanan om om kan?" jiwa julod bu sukma keluar.
Vada melihat baju yang ia kenakan, ia hanya asal memakai apa yang sudah tersedia di mansion milik Elvan. Ia bahkan tidak tahu berapa harga baju tersebut. Tapi, melihat ekspresi bu Sukma yang orang kaya dengan baju dan tas branded saja begitu shock melihat bajunya, sudah bisa ia simpulkan jika harganya pasti fantastis. Vada langsung merasa insecure, merasa tidak pantas memakai baju itu.
"Ah ibu bisa aja, ya enggaklah mana mau jadi simpanan om om. Ini tuh KW, bu Suk," Vada ngeles sebisanya.
Bu Sukma menjeb di panggil bu Suk oleh Vada. Sudah sering ia omeli gadis itu tapi tetap saja tidak kapok.
"Iya sih, pasti KW ya. Aku aja yang kaya nggak mampu beli, apalagi kamu. Udah berdebar-debar tadi jantung ibu,"
"Hehehe kayka lagi jatuh cinta aja berdebar-debar, kan yang jual baju KW brand mahal banyak bu. Yang harga tiga puluh lima ribu aja ada. Ya, ini contohnya yang aku pakai,"
"Iya sih, tapi.... Ah sudahlah ibu jadi mumet malahan. Ibu pergi aja, masih ada urusan. Jangan lupa kerja!"
"Nggak jadi ini makannya bu?"
"Nggak!" sahut bu Sukma.
Vada menghela napas lega, akhirnya ibu kostnya pergi juga. Untung saja rumah bu sukma dengan kos-kosannya jauh, coba kalau dekat, sudah pasti Vada akan selalu di buat pusing. Tapi biar begitu, bu Sukma orangnya baik, ia selalu maklum. Jika Vada belum bisa membayar sewa kosnya karena uang yang susah ayah ia kumpulkan terkadang harus di gunakan untuk keperluan anak panti.
"Hati-hati bu Suk!" seru Vada. Bu suka berhenti sebentar lalu mendengus sebal.
Vada terkekeh melihat wanita berbadan bulat itu pergi sambil mengomel. Hiburan di pagi hari, pikirnya.
🖤🖤🖤
Asisten Rio sejak pagi tadi sudah menjadi bulan-bulanan kekesalan Elvan. Laki-laki itu masih memikirkan istrinya yang sama sekali tak pamit kepadanya, bahkan Vada berani menghilang sejak subuh, terlalu kelihatan kalau gadis itu sengaja menghindarinya.
"Apa dia marah karena di bilang pembantu?" gumamnya lirih.
"Ya, tuan muda?" asisten Rio serasa mendengar sesuatu.
"Apa?" tanya Elvan sewot.
"Tidak tuan muda, sepertinya saya yang salah dengar," kata asisten Rio.
"Periksakan telingamu ke THT!"
"Baik, Tuan muda," sahut Asisten Rio.
"Perasaan tadi emang dia ngomong sesuatu, masa sih aku yang salah dengar?" batin asisten Rio.
"Yo...." panggil Elvan. Namun asistennya itu tak menyahut.
"Yo..!" ulang Elvan dengan manikkan nada bicaranya.
"Ya, tuan muda?"
"Benar-benar perlu ke THT telingamu," kata Elvan. Asisten Rio hanya diam, pasrah mendengar hardikan bosnya.
"Ini orang, cuma masalah nggak di pamitin istri yang tak dianggap aja udah uring-uringan setengah hidup begini, bagaimana kalau udah bucin? Apa ini tanda-tanda tuan muda sedang menuju bucin?" batin asisten Rio.
🖤🖤🖤
Sekitar pukul sembilan malam, Vada selesai manggung di cafe.
"Wihh makin mantap suaranya, ngilang lama muncul-muncul makin oke aja penampilan kamu, semakin good looking juga," seloroh Roni.
"Kalau aku belum nikah, udah aku ajak saingan itu si Mirza," imbuhnya.
"Abang bisa aja, aku ke toilet dulu bang. Biasa sebelum. Pulang mau setor dulu," kata Vada nyengir.
"Mbak Vada!" panggil pelayan cafe saat Vada hendak ke toilet.
"Ya? Kenapa Vik? Kangen sama aku?" canda Vada.
"Iya nih mabk, kangen sama suara emasnya. Tapi tadi mantap sih, mbak Vada semua yang isi, jadi kangennya terobatilah. Eh ya mbak, jadi lupa kan aku. Ini ada kiriman buat mbak Vada," Vika menyodorkan sebuah box berwarna merah muda dengan aksen pita hitam.
"Buat aku? Dari siapa?" Vada menerima box itu.
"Nggak tahu mbak, orangnya langsung pergi waktu mbak Vada turun dari panggung. Penggemar mbak Vada kali," kata Vika.
"Oh, oke. Makasih ya?" Vada tersenyum, ia melanjutkan langkahnya ke toilet.
Sebelum keluar toilet, Vada penasaran dengan isi box yang ia letakkan di depan cermin toilet tersebut.
"Apa sih isinya, penasaran," gumamnya. Ia menarik pita hitam yang membentuk simpul di atas box.
"Aaargghh!" teriak Vada terkejut begitu membuka box tersebut dan isinya ada bangkai tikus. Vada langsung melempar box itu ke lantai. Ini kali pertama ia mendapat kejutan teror seperti itu.
Vada menoleh ke sekitar, sepi, tidak ada siapapun selain dia di toilet tersebut. Setelah berhasil mengatur napasnya, Vada mengambil box itu lalu membuang ya di tempat sampah.
"Siapa sih yang iseng banget ngirimin kayak gini, maksudnya apa coba?" gumamnya sendiri sambil mencuci tangan di wastafel.
"Vik, beneran nggak tau siapa yang ngirimin hadiah tadi?" tanya Vada sekli lagi kepada Vika sebelum ia keluar dari cafe.
"Benar mbak, cuma.bilang nitip buat mbak Vada aja gitu, orangnya langsung pergi. Kenapa emangnya?" tanya Vika penasaran.
"Nggak apa-apa kok, yaudah aku balik ya. Udah malam," pamit Vada. Ia tak ingin menggegerkan penghuni cafe dengan apa yang baru saja ia alami. Mungkin hanya kelakuan orang iseng, ia mencoba berpikir positif tanpa menaruh curiga kepada siapapun.
Saat keluar dari cafe, langkah Vada terhenti. Matanya terpaku pada sosok yang kini sedang berdiri di depannya dengan senyum yang selalu membuatnya jatuh cinta.
"Mas Mirza...."
🖤🖤🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
✨️ɛ.
berharap "turun ranjang" nih yee.. /Chuckle/
2024-12-30
0
Anisatul Azizah
jelas tidak tulus laaah, Zora kan berharapnya gak dapat Zoya bisa dg dia😉
2024-03-17
0
Alivaaaa
haduuuhhh
2023-09-30
0