"Beneran ini nggak mau makan? Cuma mau lihatin aku makan aja? Mau aku suapi?" tawar Mirza. Laki-laki itu memang selalu bersikap hangat dan perhatian. Bagaimana bisa Vada tidak jatuh cinta lagi dan lagi.
"Beneran mas, aku udah kenyang banget. Nanti tambah gendut kalau makan lagi. Lagian masa do suapi, malu di lihat orang," seloroh Vada. Tak henti nya ia terus memandang lekat pria tampan dan baik tersebut, bahkan bagi Vada, Mirza bagai malaikat yang diturunkan oleh Tuhan ke bumi. Ia benar-benar ingin menikmati momen ini untuk terus menatap kekasihnya. Karena mungkin ini adalah makan malam terkahir mereka setelah ia mengatakan yang sebenarnya kepada Mirza.
"Gendut juga enggak apa-apa, sayang. Aku tetap cinta, bahkan akan semakin cinta. Lagian malu sama siapa coba, aku kan nyuapin acar sendiri, calon istri dan juga calon ibu untuk anak-anakku nanti," sahut Mirza tulus.
Jleb!
ucapan Mirza serasa sangat menohok bagi Vada, menancap langsung ke dasar hatinya.
Sakit
Kecewa dan marah dengan diri sendiri
Merasa bersalah
Sudah pasti Vada rasakan. Mimpinya dengan Mirza adalah sama-sama, menua bersama, menjadi keluarga yang harmonis dan penuh cinta. Namun, kini ia merasa telah menodai mimpi mimpi indah itu.
"Kok diam? Pasti langsung mikirin orang tua aku ya? Kamu tenang aja ya, mama aku pasti akan setuju dengan hubungan kita. Aku akan buktikan ke mama kalau kamu adalah yang terbaik buat aku. Tahu nggak, sayang. Aku lagi dapat proyek besar banget. Tahu Adhitma group?"
Vada langsung bereaksi mendengar nama perusahaan suaminya di sebut.
"Pernah dengar, kenapa emangnya mas?" tanya Vada gugup.
"Proyek besar itu kerja sama dengan perusahaan itu, sayang. Mereka mempercayakan perusahaan mas untuk mengisi furniture lengkap untuk perumahan mewah yang sedang mereka bangun. Padahal perusahaanku lagi kekurangan dana, bahkan sebagian karyawan terpaksa dihentikan, bisa di bilang hampir collaps...."Mirza menghentikan ceritanya sejenak untuk minum. Sementara Vada hanya bis meremat jari jemari nya di bawah meja mendengar cerita Mirza.
"Tapi, mereka juga malah menawarkan suntikan modal. Kesempatan yang sangat langka. Dan kamu tahu, mama sama papa mulai luluh dengan hubungan kita karena aku berhasil menggandeng perusahaan sebesar itu karena kamu. Ya, kamu motivasi aku sayang. Hal yang tidak bisa papa lakukan sejak dulu. Perusahaan itu bahkan melirik saja tidak pernah kata papa. Tapi, waktu aku mengajukan kerja sama dengan mereka, mereka langsung menerimanya. Aku yakin, setelah ini berhasil. Akan ada perusahaan-perusahaan besar lainnya yang melirik perusahaan. Dan aku yakin, orang tuaku akan segera menyetujui hubungan kita. Terima kasih, sayang. Kamu adalah motivasi terbesar untuk terus sukses. Tidak lama lagi, aku akan melamar kamu dan saat itu aku pastikan orang tuaku akan menyambutmu dengan pelukan hangat mereka," mata Mrza berbinar saat bercerita. Terlihat jelas raut bahagia dan puas di wajahnya.
Tapi, tidak bagi Vada. Justru wajahnya langsung pucat. Mengisyaratkan betapa hatinya hancur berkeping-keping mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Mirza dengan begitu bahagianya. Dan juga bahagia bagi Vada, dengan catatan semua keadaan masih sama seperti sebelumnya.
Vada membuang napasnya kasar lalu tersenyum, "Selamat ya mas, akhirnya mas bisa buktikan ke orang tua mas Mirza kalau mas bisa menjadi kebanggaan mereka. Aku ikut seneng dengarnya," katanya tulus dari hati paling dalam.
"Terima kasih sayang, semua juga berkat doa kamu yang selalu mendukung aku, you are my everything, Sabrinaku," Mirza meraih tangan Vada yang sudah berkeringat dingin.
"Apa kerja sama ini sangat berpengaruh dengan perusahaan mas Mirza?" tanya Vada untuk memastikan langkah yang harus ia lakukan setelah ini.
Mirza mengangguk, "Sangat, apalagi aku juga mau mengembangkan usaha dalam bidang property. Jadi ini harus berhasil," jawab Mirza.
"Kalau tidak? Emm misalnya kerja sama kalian batal, apa yang akan terjadi? Apa akan berpengaruh besar? Maksudnya untuk perusahaan mas Mirza,"
"Bangkrut, sudah pasti. Bahkan bisa sampai ke meja hijau. Dan aku harus membayar pinalti yang sangat fantastis . Resikonya sangat besar, tapi jika berhasil, keuntungannya lebih besar lagi," jelas Mirza menerawang.
"Tapi kamu jangan khawatir, aku pasti berhasil, sekarang saja sudah terlihat jelas hasilnya. Aku bahkan sudah memanggil para karyawan yang sempat di rumah kan untuk bekerja kembali. Sejauh ini kerja sama dengan Adithama group sangat baik, dan semoga ke depannya akan lebih baik lagi," smbung Mirza optimis.
Vada yakin ini semua sengaja Elvan lakukan untuk membuatnya terus berada dalam perangkapnya. Jika ia melakukan kesalahan, perusahaan Mirza yang akan hancur. Elvan sengaja menggunakan Mirza untuk menjeratnya terus berada dalam lingkaran pernikahan tersebut supaya bisa terus menyiksanya, membalas dendam atas kematian Zoya.
"Dasar Elvan bareng sek! Manusia kutub! Nggak punya hati!" umpatny dalam hati
Sekuat hati Vada menahan rasa sesak di dadanya. Ingin sekali ia memeluk kekasihnya itu dan meraung-raung memohon maaf atas apa yang sudah terjadi.
"Itu yang mau aku kasih tahu sama kamu, sekarang giliran kamu mau cerita apa? Tadi katanya mau cerita sesuatu," kata Mirza.
"Eh iya kah? Aku malah lupa mau cerita apa, nggak penting kok. Mas lanjutin makannya, terus pulang ya, aku udah capek," sahut Vada.
Ia tak mungkin menghancurkan kebahagiaan yang sedang kekasihnya rasakan dengan menceritakan semuanya sekarang. Tidak, ini bukan waktu yang tepat, Vada tidak akan sanggup melihat kebahagiaan Mirza berubah menjadi kekecewaan dan amarah, bahkan mungkin kehancuran. Ia benar-benar tidak sanggup.
🖤🖤🖤
Sepanjang jalan menuju ke kost, Vada lebih banyak diam dan membuang muka ke luar jendela. Tangan kiri Mirza tak pernh lepas menggenggam tangannya.
"Sayang, kok diam aja sih dari tadi. Capek ya?" tanya Mirza memecah keheningan.
"Iya mas. Capek banget," sahut Vada tersenyum.
"Kan aku sudah sering bilang, kamu ambil aja satu pekerjaan, jangan capek-capek. Nanti kalau sudah jadi nyonya Mirza, aku nggak mau kamu kerja sampai kayak gini. Aku mau kamu fokus aja urus aku sama anak-anak kita, biar aku yang kerja keras buat kalian,"
Vada menelan ludahnya kasar, sudut matanya sudah berkaca-kaca. Ia segera mengalihkan pandangan keluar jendela kembali. Tak ingin Mirza tahu kalau saat ini ia sedang menangis.
Sama di kost, Mirza langsung pamit dan menyuruh Vada untuk segera istirahat.
"Aku langsung pamit ya, kmu langsung istirahat. Besok aku ke luar kota lagi, proyek baru ini mengharuskan aku sering ke luar kota. kamu jaga diri baik ya sayang,"
Vada mengangguk, "Mas juga hati-hati," ucapnya.
Tak diduga, Mirza mencium kening Vada. Membuat Vada sedikit berjengit, "Bekal buat aku kerja," ujar Mirza mengerling.
Vada hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Bye sayang, i love you!" Mirza akhirnya benar-benar masuk ke dalam mobilnya kembali dan melajukan mobil itu perlahan meninggalkan Vada yang terus menatap kepergiannya.
Untuk sekedar membalas tiga kata terkahir yang Mirza ucapkan, Vada tak memiliki keberanian. Cinta, dia memang cinta, tapi dia sadar kalau kini dirinya bukanlah Vada yang dulu lagi. Ia merasa tidak pantas mengatakan cinta karena dia secara tidak langsung sudah menghianati Mirza.
💠💠Mana nih supportnya buat Vada, like komen dan votenya yok gaskeun... 😊😊💠💠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
✨️ɛ.
nyesek loh ini.. 🤧
semua gegara si coklat oleh².. /Hammer/
2024-12-30
0
Alivaaaa
ikut nyesek rasanya 🤧
2023-09-30
1
Ida
pilihan yg syulit bagi Vada 😕
2023-09-10
0