Vada mengerti sekarang, ia segera kembali ke kamarnya untuk mencari baju 'dinas malam'. Hanya itu yang ada di dalam pikirannya, apalagi yang suaminya paling inginkan darinya kecuali terpenuhi hasrat biologisnya. Meski di kata tak ada cinta, namun kebutuhan biologis pria itu harus terpenuhi tanpa syarat yang bernama cinta.
Karena tugas istri yang lain sepertinya tidak akan berpengaruh untuk ia lakukan malam ini, satu-satunya, ya satu itu. Bukankah kepala atas akan dingin jika kepala bawah sudah meledak.
Vada sibuk memilah-milah pakaian mana yang akan ia kenakan. Ia benar-benar tidak ada pengalaman soal urusan ranjang. Di tangannya kini ada beberapa baju tidur. Tapi, ia bingun harus memakai yang mana karena semuanya sangat kurang bahan menurutnya.
"Vada, kamu sedang apa?" Zora tiba-tiba masuk.
Vada menoleh.
"Sorry, tadi pintunya nggak di tutup, jadi aku nggak sengaja lihat kamu lihatin lingeri - lingeri itu," kata Zora.
"Zora, menurutmu diantara semua ini, mana yang paling bagus dan sopan?" tanya Vada, mungkin Zora lebih paham soalnya dia kan tinggal di luar negeri.
Zora ingin tertawa rasanya, "Mana ada lingeri yang sopan. Kamu ada-ada aja. Emang mau buat apa sih? Kak Elvan yang nyuruh?" tanyanya.
"Bodoh!" batinnya menghina kepolosan Vada.
Vada menggeleng, "Bukan, aku berbuat salah, jadi aku harus minta maaf dengan benar, aku ingin melakukan yang terbaik untuk suamiku malam ini, kamu paham kan maksudku?" cerita Vada dengan polosnya. Ia tak tahu jika saat ini hati Zora sedang butuh pemadam.
"Oh begitu, ini kayaknya lingeri-lingerinya kak Zoya deh, dulu aku sering lihat kakak pakai ini semua, soalnya kan kalau kak Elvan di rumah kak Zoya sering menginap di sini, aku juga sering ikut sesekali," kata Zora, padahal bohong belaka. Semua itu baru dan tidak ada satupun yang milik Zoya. Asisten Rio sendiri yang memesan seluruh pakaian untuk Vada di butik langganan.
Hati Vada mencelos, benarkah semua ini milik Zoya. Lalu seberapa sering mereka dulu tidur bersama? Lalu jika dia memakai salah satu dari lingeri itu, apa Elvan akan melihatnya sebagai Zoya? Tiba-tiba hatinya terasa di cubit. Ada rasa sakit dan kecewa di sana.
"Apa yang kamu sedihkan Vada? Seharusnya senang, karena kamu tak perlu susah-susah pakai perasaan saat melakukannya, jika Elvan juga tak memakai hatinya," batinnya menghibur diri.
"Wahhh, kalau kamu pakai ini pasti rasa rindu kak Elvan sama kak Zoya terobati. Dia jadi bisa bayangin kalau kamu itu kak Zoya, ya?. Sini aku pilihkan yang paling bagus! Sesuai selera kak Elvan, aku hapal banget udah," Zora sengaja memilihkan lingeri paling seksi dan tidak ada sopan-sopannya sama sekali. Ia yakin, Elvan justru akan mengecap Vada sebagian wanita murahan, menjijikkan yang menghalalkan segala cara untuk merayunya. Bahkan laki-laki itu akan meninggalkannya begitu saja tanpa menoleh, Vada benar-benar akan malu.
🖤🖤🖤
Vada membungkus dirinya yang sudah memakai pakaian 'dinas malamnya' menggunakan selimut tebal. Ia berjalan cepat menuju ke lantai atas. Ia tak jadi memakai apa yang Zora pilihan, ia menggunakan instingnya sendiri baju 'dinas malam' mana yang akan ia gunakan. Tidak seperti wanita murahan, elegan, namun tetap terlihat seksi dan menggoda.
Setidaknya ini yang bisa ia lakukan untuk malam ini, demi kebaikan semuanya. Terutama Mirza. Ini yang bisa ia lakukan untuk laki-laki itu supaya tetap aman. Mungkin memang sudah jalannya ia dan Mirza tidak bisa bersama. Setelah ini ia harus merelakan hubungannya dengan Mirza. Mengabdi kepada Elvan sebagai istri, meski hati masih belum bisa sepenuhnya menerima takdirnya.
Vada meyakinkan diri kalau ini tidak salah, "Merayu suami sendiri tidak salah kan? Tidak dosa juga? Tentu tidak, dari pada merayu suami orang. Kamu kuat kamu bisa Vada. Anggap aja ibadah, bukankah menyenangkan suami itu ibadah dalam rumah tangga?" gumamnya meyakinkan dan menghibur diri sebelum membuka pintu kamar Elvan.
Ceklek!
Pintu terbuka, Vada menyembulkan kepalanya ke dalam dan ternyata suaminya sudah kembali ke kamar. Laki-laki itu sedang berdiri membelakanginya.
Vada berjalan mendekat.
"Tuan, " Vada memberanikan diri memeluk Elvan dari belakang. Bersamaan dengan itu, selimut yang tadi membungkus tubuhnya terurai, jatuh ke lantai.
Elvan menoleh, demi melihat ekspresi wajah sang istri yang tiba-tiba berani memeluknya tersebut.
"Maafkan aku, aku siap meminta maaf dengan benar. Aku siap melakukan tugasku sebagai istri malam ini," ucap Vada tulus.
Elvan memutar badannya, kini posisi Vada berubah menjadi memeluknya dari depan.
Menyadari apa yang istrinya kenakan, Elvan mengurai pelukan Vada demi melihat tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Glek! Elvan hampir tersedak ludahnya sendiri melihat penampilan seksi Vada. Rambut tergerai indah dengan leher jenjangnya yang putih, serta apa ini, astaga! Istrinya memakai lingeri merah menerawang, sehingga bentuk lekuk tubuhnya yang kini tanpa sadar selalu menjadi candu bagi Elvan terlihat sangat jelas dan semakin... seksi.
"Kau mau menggodaku?" tanya Elvan parau, berusaha menahan gejolak yang tiba-tiba saja menyerangnya.
"Tidak, bukan begitu, aku hanya ingin meminta maaf dengan benar sebagai istri. Supaya tuan mau memaafkan?" jawab Vada.
Elvan mengerling, "Caranya?" tantang Elvan.
"Bukankah seperti ini caranya?" Vada menunduk, melihat tubuhnya yang berbalut lingerie.
"Hanya itu?" tanya Elvan.
Vada menggeleng pelan.
"Lalu?" desak Elvan.
Vada berjinjit, ia menarik tengkuk Elvan lalu mencium bibirnya pria tersebut. Vada benar-benar menguapkan rasa malu, gengsi dan rasa bencinya demi mendapatkan maaf.
Elvan cukup takjub dengan sikap sang istri yang dinilai nya cukup berani tersebut. Meski belum mahir dalam berciuman, tapi ia akui hasratnya semakin terpancing. Elvan sengaja diam mematung, tak membalas ciuman Vada. Ia ingin melihat seberapa gigih istrinya itu.
Vada melepas ciumannya. Ia menatap lekat wajah Elvan. Elvan yang tak kuasa setiap kali menatap mata Vada, langsung melengos. Vada memberanikan diri menarik dagu Elvan lalu kembali mencium bibir suaminya yang sedingin es balok itu.
Masih tak ada respon dari Elvan, membuat Vada hampir frustrasi. Ia sudah menurunkan harga dirinya, tapi suaminya itu malah terkesan cuek. Vada tidak tahu saja kalau sebenarnya Elvan mati-matian menahan diri untuk tidak agresif menerkamnya duluan.
"Ya ampun, aku serasa mencium es balok, dingin dan kaku!" pekik Vada dalam hati.
Vada kembali melepas pagutannya lalu mendengus.
"Tuan, apa tuan tidak ingin membalas?" tanya Vada yang mulai kesal. Apa laki-laki di depannya ini tidak tertarik melihat tubuhnya yang seksi? Benar-benar kelainan kalau sampai benar, pikir Vada.
"Apa?" Elvan masih memasang wajah jaim.
"Apa harus aku jelaskan banget? Tentu saja ciumanku, apalagi?" jawab Vada polos setengah ngegas.
🖤🖤🖤
💖Lanjut satu part lagi, jangan lewatkan like dan komennya ya 💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Henny Aprilaz
vadaaaaaa😂😂😂😍😍😍
2023-10-11
1
Lily Miu
hahahha iya serasa harga diri terkoyak gitu y
2023-09-16
0
Lily Miu
ya laki kalau dikasih malah seneng zora
2023-09-15
0