Aku bergegas turun dari ojek dengan perasaan kacau penuh amarah. Aku telah sampai di depan sebuah kantor sesuai alamat yang ada di kartu nama. "Permata Studio." Kubaca tulisan di atas bangunan kantor itu. Kantor bergaya minimalis itu masih tampak sepi. Jam menunjukkan pukul 08.07 WIB.
Aku bergegas mendorong pintu kaca dan masuk ke dalam kantor itu. Seorang wanita cantik segera berdiri dari balik mejanya dan menyapaku. "Silakan masuk, Mbak!"
"Ada yang bisa dibantu?" tanyanya begitu ramah.
"Aku ingin bertemu dengan Alya Permata," ucapku dengan suara bergetar. Jantungku berdebar kencang, emosiku hampir tak tertahankan.
"Sudah ada janji sebelumnya?" tanya wanita itu dan aku hanya menggeleng.
"Tunggu sebentar ya, Mbak." Lalu, wanita itu menghubungi seseorang via telepon.
Tak lama berselang wanita itu menutup telepon dan berkata padaku, "Silakan, Mbak!" Wanita itu mengantarkanku ke ruangan di lantai dua. Pintu ruangan itu tertutup rapat dan di depannya kubaca tulisan 'Chief Architect'.
Ia kemudian mendorong gagang pintu di hadapannya. Saat pintu terbuka udara begitu sejuk menerpa kulitku. Aku cukup terpukau ketika memperhatikan seisi ruangan yang begitu bergaya dan instagrammable. Ruangan itu ternyata cukup luas. Terdapat meja kerja di ujung ruangan dan sofa empuk tak jauh dari pintu.
"Silakan masuk, Mbak! Silakan menunggu di sini dulu sebentar! Ibu Alya sedang menuju ke sini," ucap wanita itu begitu ramah.
Aku hanya diam lalu melangkahkan kakiku masuk ke ruangan itu. "Silakan duduk!" ucap wanita itu mempersilakan aku duduk di sofa yang terlihat begitu tebal dan nyaman.
Aku pun duduk di sana dan wanita itu meninggalkanku sendirian. Aku memperhatikan sekelilingku, mataku memutari seisi ruangan tanpa beranjak dari tempat dudukku. 'Ternyata Alya bukan wanita biasa sepertiku. Segala kemewahan ini dimilikinya,' batinku.
Beberapa menit kemudian seseorang memasuki ruangan. Aku tercengang dengan penampilan wanita di hadapanku. Aku melihatnya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ia bak supermodel tinggi semampai. Rambutnya sebahu dibiarkan tergerai. Kulit wajahnya sangat halus dan licin seperti kulit artis Korea. Ia tak terlalu banyak memakai riasan, namun kecantikannya sangat bersinar.
Tubuhnya terbalut kemeja putih gading dan rok pensil selutut yang membuat lekuk tubuh sempurnanya terlihat jelas. Kaki jenjangnya menggunakan sepatu stiletto hitam yang membuat tubuhnya tampak semakin tinggi.
Ia mendekat ke arahku dan aku bisa mencium aroma tubuh yang begitu segar dari badannya. Aku seolah terbius dengan aroma itu dan mengagumi keharumannya. Ia berkata, "Maaf membuatmu menunggu."
Dia wanita yang sangat ramah. Senyuman manisnya mampu menjatuhkan hati semua pria yang memandang. 'Benar kata ibu, Alya wanita yang sempurna,' batinku dengan hati bergetar.
Ia duduk di sofa berhadapan denganku. Betis putihnya yang mulus dan licin terpampang nyata di hadapanku.
"Aku Alya Permata, Kepala Arsitek di sini. Senang bertemu dengan Anda." Ia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Namun, aku hanya terdiam dan tak membalas salam tangannya.
Sehingga, ia kembali menarik tangannya dan lanjut berkata, "Ok. Apa yang mau kita bahas hari ini? Anda butuh desain bangunan rumah, interior, eksterior, atau mau renovasi rumah, atau yang lainnya?" Ia masih tersenyum dengan begitu ramah.
"Aku ingin membahas Mas Darwin," ucapku. Seketika itu juga senyum yang terkembang di wajahnya memudar.
"Aku Rania," ucapku tegas. "Istri Mas Darwin." Aku mengangkat tangan kiriku menunjukkan cincin pernikahan kami.
"Oh... jadi kamu Rania," ucap Alya dan ini cukup mengejutkanku. Karena, ternyata Alya tidak terkejut mendengar aku adalah istri Mas Darwin. Itu artinya dia sudah mengetahui itu sebelumnya.
"Kamu cantik juga," ucapnya kemudian.
"Tidak usah bermulut manis!" Aku segera berdiri dari tempat dudukku. "Aku sudah tahu semuanya, kamu ada main dengan suamiku, Mas Darwin." Amarahku menggelegak. "Kamu harus jauhi Mas Darwin!"
"Tidak bisa dan tidak akan," ucap Alya dengan nada menekan. "Dia milikku."
"Mengapa kamu menginginkan Mas Darwin? Dia sudah beristri dan sebentar lagi punya anak. Kamu bisa dapatkan pria lain manapun yang kamu sukai. Mengapa harus Mas Darwin? Kamu murahan dan tidak tahu diri." Aku begitu marah.
"Aku mencintainya. Kau tak bisa merebutnya dariku," ucapnya.
Aku semakin mendidih dan ingin sekali menjambak rambutnya hingga rontok. "Wanita murahan!" ucapku. Aku ingin menjambaknya, namun ia segera melangkah mundur dan berkata, "Ruangan ini dilengkapi CCTV. Aku bisa menuntutmu jika kau melakukan perbuatan tidak menyenangkan."
"Kau ke sini hanya untuk menyerangku," ucapnya. "Benar-benar tidak berpendidikan," ledeknya.
"Kaulah yang tidak punya pendidikan dan moral," ucapku. "Wanita perusak rumah tangga orang," umpatku.
"Haha... haha...." Ia tertawa dan aku semakin jijik melihatnya. "Prok! Prok! Prok!" Ia menepukkan kedua tangannya.
"Benar kata orang... pelakor saat ini makin terdepan," ucapnya dengan sinis.
"Wanita tidak tahu malu!" jeritku begitu kesal.
"Kaulah yang tidak tahu malu," ucapnya. "Kau bilang aku wanita perusak rumah tangga. Kaulah wanita perusak itu."
"Apa yang kau banggakan saat menunjukkan cincin di jarimu kepadaku?" tanyanya. "Bahkan, aku juga memiliki cincin yang sama denganmu." Ia mengangkat jarinya. "Kau pikir cincin di jari Mas Darwin adalah cincin pernikahanmu?"
Dalam sekejap aku teringat dengan cincin yang kutemukan di dalam meja kemarin. "Kau bisa lihat cincin yang Mas Darwin pakai. Akan ada namaku di baliknya, bukan namamu."
"Aku adalah istri pertama Mas Darwin." Ucapannya serasa merontokkan semua sendi-sendiku dalam sekejap. Aku terbelalak tak percaya.
"Kami menikah sah secara agama tujuh tahun yang lalu." Aku tak percaya dengan ucapannya.
"Kau boleh menyandang status sebagai Nyonya Darwin, tapi akulah cinta matinya." Aku terdiam mendengar ucapannya. "Kau bisa mengandung anaknya, tapi kau takkan pernah bisa mendapatkan hatinya."
"Malam-malam yang ia habiskan bersamamu, selalu ada aku di sana menemaninya. Malam pertama pernikahan kalian, dia menghabiskan waktunya di depan laptop teleconference denganku hingga larut malam."
"Kau berbohong!" teriakku. "Kau hanya ingin membuatku sakit hati."
"Apa yang kau ketahui tentang sakit hati?" ucapnya sinis. "Kau tak tahu betapa sakitnya hatiku ketika harus merelakan suami yang kucintai menikah lagi. Kau tak tahu betapa terlukanya aku saat harus membiarkan suamiku menghabiskan malam-malamnya bersama wanita lain. Kau tak tahu hancurnya hatiku ketika tahu maduku hamil anak suamiku. Sedangkan, aku ... selama 7 tahun berdoa siang dan malam, berobat ke segala tempat, tapi tak kunjung bisa memberikan anak untuknya." Ia melelehkan air mata di kedua pipinya.
"Kau tak pernah tahu semua rasa sakit itu!" teriaknya. "Kau tak tahu betapa banyak air mata yang telah kutumpahkan dalam pernikahan ini," ucapnya pelan.
"Kau bohong!" teriakku. "Aku tak percaya. Akulah istri Mas Darwin. Jangan mencoba untuk playing victim!"
"Kau boleh bertanya pada keluargaku. Semua anggota keluargaku tahu Mas Darwin adalah suamiku," ucapnya. "Atau, kau bisa bertanya pada ayah Mas Darwin. Dia hadir di pernikahan kami dulu."
Mataku kembali terbelalak. 'Ayah Mas Darwin tahu Mas Darwin sudah menikah,' ucapku dalam hati.
"Kau berbohong," ucapku.
"Aku tidak bohong. Kau adalah maduku, duri dalam pernikahanku. Perusak kebahagiaan rumah tanggaku," hujatnya.
"Itu tidak benar. Kau bohong. Kau bohong."
"Kau bohong!" ucapku dengan keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Erni Kusumawati
Rania cepat pergi.. ternyata Darwin menikahimu hanya demi anak.. nanti bgtu anakmu lahir maka dia akan mengambil gak asuh anakmu dan di saat itu pula dia akan membuangmu layaknya sampah yg tdk berguna...
Tdk mungkin laki2 berpendidikan dan mapan mau mempunyai istri yg tdk berpendidikan dan berkedudukan pula.. walaupun ada itu sangat jarang sekali terjadi.. apalagi di zaman sekarang ini.. sedikit mustahil..
2023-04-20
0
Bunda*RaGasNa
Jangan2 Ibunya juga tau kalo anaknya udah nikah..
2022-02-09
3
Ati Wanti
semngat Thor, lnjut
2021-12-19
2