Ketika jam pulang sudah tiba. Ashley pun segera membereskan barang-barangnya, kali ini ia memutuskan untuk pulang ke rumah mengunjungi sang kakak. Setibanya disana, beruntung karena Sam berada dirumah.
"Ashley? Aku begitu merindukanmu."
"Maaf kak. Jika begitu, untuk malam ini bolehkah aku menginap?" Seru Ashley yang menyandar manja pada kakaknya.
"Apa kau sudah izin dengan tuan Caster? Aku tidak ingin dia ..."
"... jangan pedulikan dia, kak." Pungkas Ashley.
"Jika dia marah, aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padamu. Sebaiknya kau..."
"... Elden adalah Erian." Lagi-lagi Ashley memotong pembicaraan kakaknya. Sam yang mendengar penuturan adiknya pun begitu terkejut.
"Erian? Cinta masa kecilmu itu?" Sahut Sam, dan Ashley hanya menganggukkan kepalanya.
Untuk menghilangkan rasa janggal sang kakak, Ashley menceritakan semua kejadian yang sudah ia dengar dari EL kemarin. Sam bersyukur karena adiknya telah bertemu dengan orang yang sudah ia tunggu selama ini. Namun di sisi lain, Elden Caster terkenal sebagai pria yang menyeramkan, dan tak mengenal ampun.
Ponsel Ashley berdering berulang kali, namun gadis itu tampak mengabaikan panggilannya. Panggilan tersebut berasal dari EL. Merasa lelah, Ashley segera masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
Menyadari adiknya telah tertidur, Sam menutup kembali pintu kamarnya. Kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintunya, Sam bertanya-tanya akan tamu yang datang di saat malam seperti ini. Lalu, ia segera membukanya.
"T-tuan Caster? A-ada keperluan apa?" Sam gelagapan ketika melihat siapa yang datang.
"Kak, aku Erian. Apa kau masih mengingatku? Tetangga lamamu ketika berada di ..."
"... aku ingat, Ashley juga sudah menceritakannya padaku."
"Ashley ada disini 'kan? Bisa aku menemuinya?"
"Dia sudah tertidur di kamarnya. Masuklah dulu." Ungkap Sam, dan EL pun segera melangkah ke dalam.
Ketika EL tengah duduk, Sam beranjak menuju dapur untuk membuatkan minuman untuknya. EL meluaskan pandangannya ke seisi rumah hingga Sam datang menghampirinya, dan duduk di hadapannya.
"Erian, maaf maksudku tuan Caster."
"Kau tidak perlu memanggilku seformal itu padaku, kak."
"Baiklah. EL, kalian sudah bukan anak kecil lagi, kalian sudah tumbuh dewasa, dan pasti kalian pun tahu mengenai perasaan kalian masing-masing. Aku hanya ingin mengatakan, hubungan kalian tidak akan bisa kembali seperti dulu."
"Kenapa tidak bisa?"
"Memberikan bunga daisy putih padanya tidak bisa membuktikan perasaanmu yang sesungguhnya, EL. Saat itu, kalian masih begitu kecil, dan kalian belum mengerti apa itu cinta. Mungkin daisy putih yang kau berikan hanya simbol pertemanan saja, bukan untuk hal yang lebih."
"Tidak seperti itu. Meski aku tidak mengerti apa itu cinta. Tapi, aku memang menyukainya, dia selalu berada di sisiku saat itu, dan kami melakukan banyak hal bersama."
"Jika benar begitu, bukankah seharusnya kau mencarinya? Kau mungkin bisa melupakan janjimu. Namun, apa kau bisa semudah itu melupakan seseorang? Kau bukan hanya melupakannya, kau bahkan bertunangan dengan wanita lain. Jadi, semua itu dapat ku simpulkan dengan jelas. Jika perasaanmu dulu tidaklah lebih hanya untuk seorang teman kecil."
Elden terdiam mendengar semua ucapan Sam. Ia memang bersalah dalam hal ini, sangat bersalah. Selama ini, ia memang tidak berniat sedikit pun untuk mencarinya, itu semua karena dia memang tidak mengingatnya.
Jika bukan ungkapan Ashley kemarin, entah sampai kapan ia akan melupakannya. Karena sudah mengingatnya, ia pun bertekad untuk menebus segalanya pada gadis kecilnya dulu.
Saat itu, Elden memohon pada Sam untuk membantunya memperbaiki semuanya, Elden tidak ingin kehilangannya lagi, dan ingin bersamanya untuk saat ini. Sam hanya menghela nafasnya ketika mendengar permintaannya.
"Ini sudah malam, sebaiknya istirahat saja disini. Tidurlah di kamarku. Besok, kau bisa jelaskan semuanya pada Ashley." Tutur Sam, dan EL pun mengangguk dengan cepat.
•••
Matahari pagi telah kembali, dan Sam pun sudah siap untuk berangkat bekerja. EL yang baru membuka matanya pun berniat untuk meminjam baju milik Sam, dan Sam memintanya untuk mengambilnya langsung di dalam lemari.
"Aku tidak sempat membuatkan sarapan untuk kalian. Tapi, bisakah aku memintamu untuk membuatkan sarapan untuknya?"
"Serahkan saja padaku."
Kemudian EL segera bangkit dari ranjang, dan memilih untuk membersihkan tubuhnya lebih dulu. Lalu, ia segera masuk ke dalam dapur, dan membuatkan sarapan untuk mereka.
Ashley telah membuka matanya, dan ia segera membasuh wajahnya seraya berkumur. Menghirup aroma makanan, ia segera menuju dapur, dan melihat seseorang tengah menyiapkan makanan.
"Kak, aku tidak ingin bekerja. Bolehkah aku tetap disini?" Tutur Ashley yang langsung memeluknya dari belakang, wajah Ashley juga tampak tak bersemangat saat itu.
"Tidak ku sangka jika kau memperlakukan kakakmu sendiri dengan begitu mesra." Ungkapnya, dan suara itu bukanlah milik sang kakak. Dengan cepat Ashley pun melepaskan pelukannya, dan melangkah mundur.
"KAU?" Ashley menyahut ketika orang di hadapannya berbalik, dan orang itu hanya tersenyum menanggapinya.
"Kau tahu? Aku sangat iri dalam hal itu." Orang itu kembali menyunggingkan senyumnya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments